9

477 71 3
                                    

Sudut Pandang: Edogawa Ranpo

Aku mendobrak pintu agensi, hanya ada Kunikida dan Yosano.

"Dazai mana?!" tanyaku, setengah panik.

Kunikida mengangkat bahunya, "Sepertinya dia ke kontrakan lama nya".

"Edgar???"

"Ah, tadi dia mengajak Anata berjalan-jalan ke luar" jawab Yosano.

"Kemana?"

"Entah, katanya sih ke luar"

Aku menepuk wajahku, pasti Dazai menyuruh Edgar untuk membawa Anata ke kontrakannya. Secepat kilat aku pergi meninggalkan agensi, segera ke kontrakan Dazai.

Semoga masih ada waktu.

Kumohon semoga masih ada waktu.

Entah berapa kali aku tersandung kakiku sendiri. Dalam waktu kurang dari 15 menit, aku sudah bisa melihat kontrakan Dazai.

Kulihat Edgar bersama Anata hendak memasuki rumah kumuh itu.

"ANATA!!" Teriakku memanggilnya.

Anata menoleh, namun Edgar langsung membopongnya masuk.

***

"KUMOHON JANGAN BIARKAN DAZAI MENYENTUHNYA"

Kami berempat ada di dalam kontrakan Dazai, situasi menegang. Posisiku paling dekat dengan pintu masuk, lalu Edgar dan Anata ada diantara aku dengan Dazai.

"Edgar.. serahkan ia padaku, aku harus mengakhiri ini"

"TIDAK, EDGAR!! JANGAN!"

Edgar nampak kebingungan, tapi perlahan dia berjalan mendekati Dazai.

Kalau aku berlari dan merebut paksa Anata dari Edgar, tentu dia akan cepat-cepat menyerahkan Anata ke Dazai.

"Ranpo..." panggil Dazai, aku hanya menunduk.

Aku tahu ini harus dilakukan, tapi aku belum siap kehilangan Anata. Aku takkan pernah siap. Aku telah menemukan zona nyamanku di dalam pelukannya.

Edgar menurunkan Anata, ia menatapku dalam-dalam.

"Ranpo," panggil Anata, kali ini aku menoleh.

"Kau ingat, kan? Apa yang kukatakan padamu di hari itu?"

Aku terdiam sejenak, tentu saja suaranya yang lembut masih menggema di dalam benakku.

"Aku punya kasus yang harus kamu pecahkan. Kasus itu adalah aku."

"Tapi kenapa, Anata? Kenapa kau tunjukkan kehangatan padaku kalau pada akhirnya kau harus pergi?"

"Karena aku tak sanggup hidup seperti ini, pemilikku sudah meninggal, aku ini hanya kemampuan yang terpisah dari pemiliknya, sudah saatnya aku kembali.. makanya aku sengaja menemuimu di jembatan Yokohama,"

"Karena aku tahu, kau adalah detektif terhebat di dunia"

Anata tersenyum, wajahku memanas.

Menyedihkan, dunia ini benar-benar menyedihkan. Semua yang diperjuangkan dan dijaga selalu pergi meninggalkan, bahkan sebelum sempat digapai.

Tak ada gunanya berpegangan pada sesuatu yang bersifat sementara, sedangkan semua yang ada di dunia ini bersifat sementara.

Dunia ini...

"Terima kasih, Ranpo... Kau berhasil memecahkan kasus ini,"

Aku hanya bisa memandang Anata tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Ia berjalan mendekat ke Dazai, Dazai memejamkan matanya.

Anata mengulurkan tangannya, perlahan tapi pasti, Dazai menggapainya.

Tangan mereka bersentuhan, waktu terasa melambat.

Cahaya biru memenuhi ruangan, seketika muncul banyak bayangan berwarna putih disekitar Anata dan Dazai, bayangan-bayangan putih itu adalah arwah yang disimpan oleh Anata, kini arwah-arwah itu terbang bebas.

Pasti salahsatu dari bayangan itu adalah orangtuaku, dua orang yang amat kucintai dan kurindukan.

Anata memandang ke arahku, tersenyum, sebelum akhirnya ia sempurna menghilang bagai debu yang tersapu angin.

Anata sudah pergi.

THE LOST ABILITY - Bungou Stray Dogs FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang