4 - Anin bukan jalang!

56 13 2
                                    

Hidup itu harus punya tujuan. Harus dipersiapkan dari sekarang. Kalo kalian hidup tapi nggak punya tujuan, kenapa kalian hidup? Mending nemenin munkar nakir di alam barzah.

-author2k19-

***

"Kak Ica."

Carissa mendongak menatap seorang gadis yang umurnya sekitar 15 tahun. Pandangannya mengabur, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Eh Anin, sini duduk disamping Kak Ica."

Gadis itu mengangguk dan beranjak duduk disebelah kakaknya itu. Anin mengernyitkan dahi saat air mata dapat lolos dari mata kakaknya.

"Kak Ica kenapa?"

"Eh, nggak papa kok, Dek. Anin udah makan?"

"Belum kak, makanannya nggak enak." Anin mengerucutkan bibirnya.

Carissa terkekeh pelan. "Yaudah, adek mau makan apa?"

"Em apa ya?" Ujarnya berlagak berfikir.

Namun, akhirnya berseru. "Anin pengen Pizza Cheesy Crust dong kak, hehe."

Tangan Carissa bergerak mengacak rambut adiknya itu. Ia menganggukkan kepalanya dan menatap adiknya penuh kasih sayang.

Perempuan dengan otak jenius itu membuka aplikasi dan memesan pizza disalah satu kedai secara online. Ia tidak hanya memesan satu box, bahkan ia memesan 10 box Pizza Cheesy Crust.

"Kak Ica masuk yuk, temen temen Anin banyak yang kangen nih!" ajak Anin bersemangat.

Carissa tersenyum manis mengikuti adiknya. Saat ia sampai di ruang keluarga semua anak yang berada di sana bergegas memeluk Carissa. Carissa berjongkok dan mengusap pelan puncak kepala seorang anak.

"Kak Ica ajalin aku gambal yuk!" ujar seorang bocah tersebut.

"Embun mau gambar apa?"

"Mau gambal masa depan bisa nggak kak?"

Carissa terkekeh, lalu duduk didepan meja tanpa alas tikar. Menggambil beberapa alat untuk menggambar.

"Masa depan itu nggak bisa digambar, tapi dibuat planning." terangnya lembut.

"Planning itu apa kak?" bingung Embun.

"Planning itu perencanaan yang kita buat. Kalo kita bikin planning buat masa depan, itu sama aja kita punya tujuan yang udah kita rencanain."

Embun mempoutkan bibirnya. Carissa menggalihkan pandangannya mencari Anin. Ternyata gadis itu sedang berlatih merias dengan teman seumurannya. Carissa mengulum senyum manis. Namun, seketika senyumnya luntur saat mendapati cairan kental berwarna merah keluar dari hidung adiknya.

Carissa panik dan bergegas menuju pada adiknya yang terus menerus berusaha menghapus darah tersebut. Temannya pun panik dan segera mencarikan tisu untuk Anin.

"Adek jangan ngedongak!" perintahnya.

Anin menurut dan menurunkan kepalanya. Tisu sudah hampir habis tapi darah tetap terus menggalir. Hingga akhirnya tersisa 2 lembar tisu, darah segar itu berhenti mengalir. Semua yang berada disitu lega.

"Sejak kapan adek suka mimisan?" tanya Carissa penuh arti.

"Akhir akhir ini adek suka gitu kak. Mungkin kecapean." alibi Anin.

"Yaudah yuk ganti baju."

Carissa berdiri dan menuju kamar Anin. Ia menyiapkan baju untuk adiknya. Carissa mengernyit saat melihat adiknya kesakitan sembari memegang lutut dan punggungnya. Ia seolah menggabungkan dengan peristiwa tadi. Namun, cepat cepat ia mengabuang jauh pikirannya.

EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang