6 - Bohongan tapi beneran.

40 7 0
                                    

Buat lo yang sering jadiin hati sebagai mainan. Mon maap ni, ini hati bukan barbie yang kalo kepalanya lo copot bisa dibalikin lagi.

-author2k19-

***

Matahari pagi seakan sedang dilanda kekesalan. Tak henti hentinya ia membuat seluruh manusia bumi meneteskan peluh. Begitu pula dengan anak anak XI IPA 1 yang sedang melaksanakan penilaian olahraga.

Kini giliran Bembo, sahabat Adzriel yang berposisi sebagai Center di Tim basket andalan SMA Diponegoro. Dengan mudah ia menshoot dan memasukan bola kedalam ring. Hingga nilainya pun nyaris sempurna. Semua siswa duduk dengan tenang sambil melihat dan memperhatikan teman yang sedang dinilai.

Berbeda dengan siswi yang duduk menyendiri dengan buku Bahasa Inggrisnya yang tebalnya melebihi bedak SPG sales HP. Tak ada niatan mempelajari bidang olahraga yang dinilaikan. Ia sibuk membaca dan membaca agar lomba storytellingnya minggu depan lancar.

"Carissa Eleanor, nomor urut 11!" seru Pak Fajar, guru olahraga mereka.

Tidak ada sahutan dari sang pemilik nama. Ia masih tetap terpaku dengan buku yang ada ditangannya.

"Sekali lagi, Carissa Eleanor, nomor urut 11!" nada suaranya meninggi.

"CARISSA WOE!"

"LO CONGEK ATAU APA SIH?!"

"BEB BURUAN INI!"

Mendengar cercaan dari teman temannya, Carissa mendongak menatap mereka. Dengan wajah bodohnya ia meminta jawaban.

"Kenapa sih? Berisik banget!" ucapnya bodoh.

"Lo itu dipanggilin terus bego!" sanggah Stella.

Dika yang tau emosi Carissa akan meledak, segera angkat suara.

"Udah sono, kasian Pak Fajar nunggu." ujarnya lembut.

Carissa menurut beranjak meninggalkan Dika yang berada di seberangnya. Ia melemparkan buku bahasa Inggrisnya dan sukses mengenai kepala Stella. Stella yang kesakitan mengomel dan memaki Carissa. Semua siswi terdiam, penilaian tetap berlangsung.

"Heh, punya mata nggak sih lo! Buta?! Dasar cabe, sok sok an banget sih!"

Carissa melirik sinis penuh kemenangan. Pak Fajar yang tak ingin berlama lama membuang waktu tetap melanjutkan penilaian.

"Masukkin bolanya ke ring sebanyak 5 kali. Setiap satu bola nilainya 20, yok dimulai dari sekarang!"

Pak Fajar mengaplikasikan stopwatchnya. Carissa berusaha untuk terus memasukan bola kedalam ring. Nihil. Kemampuannya pada bidang basket 0%. Stella yang melihat hal itu tertawa dengan puas.

Dika yang memperhatikan pacarnya itu mendengus sebal. Hanya memasukan bola saja dia tidak bisa. Padahal bagi Dika itu adalah hal yang sangat mudah. Ia berfikiran untuk mengajari Carissa nanti setelah penilaian selesai.

"Sudah, Carissa minggu depan kamu harus menggulang! Setelah penilaian berakhir atau mungkin sekarang kamu bisa menggunakan ring yang berada di Utara." jelas Pak Fajar yang hanya diangguki oleh Carissa.

Dengan malas, gadis itu menuju ring basket yang berada di Utara lapangan. Ia meraih sebuah bola basket dan memantulkannya ke tanah. Berulang kali ia mencoba, namun tetap saja gagal.

"Gimana mau masuk kalo teknik lo salah?!" kesal Dika.

Entah sejak kapan ia berada disana. Ia meraih bola dan memberikannya kepada Carissa. Sedangkan dia sendiri beralih memegang kedua tangan gadisnya dari belakang. Dengan perlahan tapi pasti Dika mengajarkan tehnik yang benar. Berulang kali bola lolos masuk kedalam ring. Carissa yang cerdas dengan mudah langsung dapat menangkap bagaimana teknik yaang benar.

Tanpa mereka sadari banyak pasang mata yang menyorot pada keduanya. Stella, Siska, dan Santi hanya melongo. Mungkin, mereka sudah membenarkan kabar Dika dan Carissa yang berhubungan itu benar.

"Hah?! Gue juga mau kaya gitu ihhh!" hiperbola Stella.

Kali ini, dua sejoli itu sedang bermain satu lawan satu. Dika yang sesekali membiarkan Carissa lolos dan memasukan bola ke ring tersenyum puas. Carissa yang tak terima dihadang oleh rivalnya, menginjak sepatu basket milik Dika. Alhasil ia lolos dan memasukan bola ke ring.

Kini keduanya merebahkan diri ditengah lapangan. Tubuh mereka banjir keringat. Tawa tak henti hentinya keluar dari mulut mereka.

"Dalam suatu hubungan itu harus pasti. Walau kita cuma boongan tapi harus keliatan beneran." Dika angkat suara memecah keheningan.

"Em, iya bener sih. Jadi gue harus tau apa yang jadi favourite lo dan apa yang jadi alergi lo. Haha, gampanganya yang lo suka dan nggak suka!"

"Em, gue suka- makan sama tidur. Gue nggak suka kalau makan sama tidur gue keganggu." terang Dika.

"Kalo gue nih ya, gue suka nulis dan pastinya belajar! Gue nggak suka kalo- nulis dan belajar gue keganggu. Oh ya, nggak usah chatt gue kalo nggak berfaedah!"

Kekehan keduanya terdengar. Semua arah pandang masih tertuju pada dua manusia jenius dilapangan. Bahkan banyak yang tersenyum tanpa sadar melihat mereka bersama.

***

Tin tin

Suara sensor remote kontrol mobil milik Dika menggema. Dirinya amat sangat lelah sekarang. Setelah berfutsal ria di club sepak bola kesayangannya, ia memutuskan untuk segera tiba dirumah.

Bersenandung ria tanpa beban, ia lakukan untuk memecah keheningan didalam mobil. Sesekali menggerak gerakan kepala menikmati lagu yang diputar. Perlahan namun pasti Dika mengemudi.

Drtt

Ponselnya bergetar, ia menekan tombol dikabel earphonenya. Ternyata mamanya menelepon.

"..."

"Ha? Oke mah 5 menit lagi nyampe!"

"..."

"I love you more."

Mendapat kabar yang menggembirakan ia memacu kuda besinya lebih cepat lagi. Tanpa menghiraukan umpatan dan sumpah serapah pengemudi lain.

Dari arah yang berlawanan, sebuah truck berkecepatan tinggi melaju mendahului kendaraan lain. Dika yang tak menghiraukan keadaan, terus memacu kuda besinya.

BRUK

Dika dan mobil kesayanggannya terlempar jauh. Dika sempat menarik nafas dan mengerjapkan mata. Darah mengucur dari dahi, hidung dan mulutnya.

Samar samar ia masih mendengar teriakan dari para warga. Ada yang berusaha membuka pintu dan memecahkan kaca. Namun, lambat laun di penglihatan Dika. Semua menjadi buram tak nampak jelas. Perlahan kelopak matanya tertutup. Lalu, tap! Semua gelap, hitam. Pendengaran tak berfungsi lagi.

***

Hai guys 🐹
Ketemu lagi sama author hehe.
Maap lama up, soalnya banyak tugas huhu:(
Jagan lupa vote and comment yaa:)
See you next time!

-Aurellia

EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang