8. Karena Novel

32 9 2
                                    

Mohon maaf, bukan maksud menuntut.  Tapi, semua penulis pasti menginginkan Bintang dari seorang pembaca. Maka dari itu, saya harap kakak-kakak yang membaca cerita ini, tolong tinggalkan jejak. 🙏😊

———

     "Konsep-konsep pendapatan nasional, yaitu---

     "Pendapatan nasional mulu buk yang di bahas. Kemarin pendapatan nasional, sekarang pendapatan nasioal, terus lusa pendapatan apa lagi? Pendapatan ibu selama sebulan?"-celutuk Bayu yang duduk di bangku paling belakang.

     Seluruh siswa/siswi penghuni kelas 11 Ips1 tertawa mendengar celutukan asal dari mulut sang pembuat onar di kelas.

     Lain dengan murid di kelas, Ibu Manalu guru Ekonomi di kelas 11, menatap Bayu dengan sorot mata tajam di balik kaca mata hitam bulatnya. Guru yang berdarah batak itu, memperlihatkan kekesalannya terhadap murid badung yang memotong ucapannya tadi.

     "Apa yang kau bilang ini Bayu? Tidak sopan sekali mulut kau."-semprot Bu Manalu dengan logot bahasa bataknya.

     "Mampus lo bay! Macam-macam saja kau dengan guru batak itu."-ejek Taufan yang duduk di sebelah Bayu dengan mengikuti bahasa bu Manalu.

     Sementara Bayu, merutuki mulut ceplosnya yang tidak tau tempat. Sebentar lagi, ia akan jadi amukan guru gajah di depan sana. Guru gajah yang dimaksud, karena bu Manalu itu punya badan besar seperti gajah. "Duh, gimana dong nih?"-panik Bayu menatap ke arah Taufan dan mendorong bahu Bintang dan Leon di depannya.

     Taufan hanya tertawa kecil melihat sahabatnya yang ketakutan. Sementara Bintang dan Leon hanya menaikkan bahu, tanda tidak tau.

     "MAJU KAU KE DEPAN BAYU!"-teriak bu Manalu dari depan kelas.

     "Sialan lo bertiga! Gak ada yang mau bantuin gue."-kesal Bayu lalu maju ke depan kelas dengan perasaan jengkel.

     "Apa maksud kau berbicara seperti itu? Sudah bosan kau masuk ke kelas ku ini?"-tanya bu Manalu.

     Anak-anak di kelas itu hanya bisa menahan tawanya saat melihat guru itu berbicara. Logot batak yang ia ucapkan terlihat lucu, di tambah air liurnya muncrat saat berbicara.

     Di tanya seperti itu, Bayu tidak bisa menjawab dan malah menatap ketiga sahabatnya. Di sana, Taufan dan Leon mengejek kearahnya dengan menucapkan kata'Mampus!'tanpa suara. Sementara Bintang malah tertidur dengan lipatan tangan di atas meja, seolah tidak peduli.

     Sebuah ide melintas di otak licik Bayu. Ia menatap Bintang dengan tersenyum jail. "Saya hanya menyampaikan yang Bintang bilang bu."-jelas Bayu dengan wajah polos tak berdosa.

     "Bintang?"-tanya bu Manalau. Ia menatap Bintang yang teridur di lipatan tangan di atas meja. "BINTANG MERCELIO!"-panggil bu Manalu dengan keras membuat muncratan air liurnya keluar mengenai wajah Bayu.

     "Buset, nih orang bikin banjir kelas aja."-batin Bayu mengomel sambil mengusap wajahnya.

     Sementara Bintang yang merasa namanya di panggil, langsung mengangkat kepalannya dan menatap ke depan dengan mengangkat sebelah alisnya, bingung.

     "Kedepan kamu!"-perintah bu Manalu.

     Meski pun bingung, Bintang tetap melangkahkan kakinya kedepan menuruti perintah guru itu. Sementara Taufan dan Leon saling tatap, dan merutuki Bayu yang malah melibatkan Bintang yang tak bersalah sama sekali.

Bintang MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang