"Lo kayaknya, sukak banget bilang gue angkuh ya? Lo terlalu suka menilai orang yang bahkan sama sekali belum lo tau latar belakangnya seperti apa."
Bintang Marcelio
———
"Kak Bintang?! Gue serius ih."-kesel Mentari. "Gue udah ngomong panjang lebar, dan lo bilang buang-buang waktu? Hellow...! Anda waras?"-sewot Mentari dan menatap Bintang dengan jengkel.
"To the point aja deh!"-perintah Bintang yang kembali menatap jam di tangannya.
"Sok sibuk banget nih cowok."-batin Mentari kesal. "Okey. Jadi gini, gue cuman mau lo bilang ke semua orang kalau kita ini gak pacaran."-jelas Mentari.
"Ogah!"
"Ih, kok ogah sih?"-tanya Mentari tak terima. "Ooo... Gue tau!"-Mentari mengangkat jari tunjuknya seakan menemukan sebuah jawaban. "Jangan-jangan, lo naksir gue ya?"-tanya Mentari dengan menunjuk-nunjuk Bintang dan mata bulatnya yang di sipit kan.
Bintang mendengus mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut mungil gadis di depannya ini. Suka? Bahkan Bintang tidak pernah berpikir sampai di situ. "Pede lo terlalu tinggi."-ucap Bintang dengan tersenyum miring.
"Terus apa dong?"-tanya Mentari lagi. "Nih ya, kalau orang pacaran itu atas dasar cinta. Tadi lo bilang, lo gak cinta sama gue. Tapi kenapa lo pengen gue jadi pacar lo? Atau lo punya rencana jahat ya?"
"Lo cerewet amat sih."-kesal Bintang. Selain suka tersenyum, ternyata gadis ini sangat lah cerewet dan suka menuduh sembarangan.
"Makanya, jawab!"-suruh Mentari. Dia mengerucutkan bibirnya, membuat ia terlihat lucu.
Ingin sekali Bintang tersenyum melihat wajah gadis itu, tapi ia tahan sehingga wajahnya terlihat sangat datar. "Simbiosis mutualisme."-ucap Bintang dengan suara tegasnya.
"Simbiosis mutualisme?"-heran Mentari mendengar ucapan Bintang. "Maksud lo kak, simbiosis mutualisme gimana sih?"
"Gue pacaran sama lo, untuk jauhin cewek-cewek yang sukak sama gue. Dan lo, bisa dapat pacar setampan gue. Jadi, kita sama-sama menguntungkan. Simbiosis mutualisme!"-jelas Bintang sambil mengalihkan pandangan dari Mentari.
"Apa? tampan? Wow...!"-heboh Mentari sambil tertawa.
"Lo bisa diem gak? Kalo gak bisa, gue pergi nih."-kesal Bintang melihat Mentari yang terus saja tertawa, membuat keduanya semakin menjadi pusat perhatian dari siswi yang berlalu lalang untuk pulang.
"Iya-iya, gue diem."- ucap Mentari masih dengan sisa tawanya. "Tapi nih ya kak, tingkat pede lo lebih tinggi dari pada gue deh kayak nya."-kekeh Mentari.
"Gue emang ganteng!"-tegas Bintang menatap Mentari tajam. "Cuman cewek gila kayak lo, yang bilang enggak."
Ganteng sih , tapi sombong. "Tapi nih ya, apa untungnya gue punyak pacar ganteng? Lo pikir gue gak bisa dapetin pacar lebih dari lo?"-tanya Mentari dengan gaya sombong miliknya.
"Mana ada cowok yang mau sama lo. Udah pendek, cantik juga enggak."-ucap Bintang meremehkan.
Pendek? Mentari sebenarnya tidaklah pendek. Tingginya normal kok, untuk ukuran gadis SMA. Dan, enggak cantik? Mentari memang enggak cantik,tapi Mentari itu manis dengan lesung di kedua pipinya.
"Enak aja lo bilang gue pendek. Gue itu normal ya, untuk untuk ukuran gadis remaja."-sewot Mentari. "Dan satu lagi, lo bilang gue gak cantik? Ia sih gue gak cantik. Tapi nih ya, gue itu manis kayak gulali."-bangga Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Mentari
Teen FictionSilahkan kalian berimajinasi sendiri tentang kisah Bintang dan Mentari. --- Bintang Marcelio. Pentolan sekolah dengan segudang masalah di sekolahnya. SMA Tribumi adalah tempatnya bertemu dengan siswi yang super ceria seperti Brinata Mentari. Bintang...