Chapter - 11

444 57 3
                                    

Duduk diatas sebuah dek kapal dan merencanakan sebuah pelayaran untuk liburan musim panas sepertinya terdengar sangat menyenangkan untuk sebagian orang.

Tapi kurasa hal itu tidak berlaku bagi sekumpulan demigod yang sedang merapatkan kematiannya dalam sebuah pelayaran.

Untuk tetap fokus dalam satu menit saja sebenarnya sudah cukup menyiksa bagi demigod dengan kelainan GPPH, apalagi berdiam diri sepanjang waktu seperti ini.

Hei, maksudku bukankah rapat selalu terdengar membosankan?

Jason melirik Percy dan kemudian Percy balas melirik Annabeth. Dan lucunya Annabeth malah melirikku. Oh bagus, sekarang semua atensi tertuju padaku.

"Eh? Apa?" tanyaku pura-pura bingung demi menghindari menjadi yang pertama memimpin rapat ini. Padahal aku sempat berharap bahwa Percy atau Jason lah yang akan memimpin rapat ini.

"Kami menunggumu membuka suara karena sepertinya kau lah yang paling pertama mendapatkan petunjuk mengenai apa yang akan kita hadapi." Suara Frank akhirnya terdengar setelah entah berapa lama hanya berdiam diri.

Aku mendengus dan memutar bola mataku ke atas.

"Oke, kalau bermimpi dikukung oleh gelapan dan berteriak-teriak semalaman dapat dikategorikan sebagai petunjuk, well mungkin memang aku yang sudah mendapatkan petunjuk." Sarkasku.

Leo terlihat seperti akan meledak karena tawanya setelah melihat ekpresi Frank setelah kusindir seperti itu.

"Tenangkan dirimu, Leo. Baiklah, lanjutkan Lean." Ujar Jason pada kami berdua.

"Di dalam mimpiku, aku bertemu dengan wujud asli atau wujud fisik sang kegelapan. Well dia itu sangat—kau tahu lah—gelap. Jadi aku tidak bisa melihat apapun selain bayangannya. Dan sang kegelapan itu.." ceritaku terputus dan kemudian aku melirik ke arah Annabeth seolah meminta persetujuannya.

Annabeth mengangguk meyakinkanku.

"Mengurungku. Mengukungku dan kemudian membuatku tidak bisa bergerak, bahkan sulit rasanya untuk bernapas. Ia mengancamku." Ujarku akhirnya mengakui apa yang sudah terjadi di dalam mimpiku.

Seperti yang bisa kita duga, Percy nyaris naik dari tempat duduknya dan begerak ke sampingku jika tidak ditahan oleh Annabeth.

"Lean, apakah ia menyiksamu? Kau baik-baik saja kan? Katakan padaku dimana lokasi si berengsek itu. Biar kutebas kepalanya." Ujar Percy menghujaniku dengan rentetan pertanyaan.

"Oh please, jangan berlebihan, Perce. Aku baik-baik saja." Ujarku sambil mengibaskan tanganku di udara seolah menyiratkan bahwa itu bukanlah yang besar. Padahal sebenarnya aku lumayan ketakutan saat bermimpi seperti itu.

"Lagipula kau tak akan bisa menebas kepalanya, Otak Ganggang. Dia itu kegelapan, bayangan. Tidak mungkin riptidemu bisa menebasnya." Sahut Annabeth sambil mendesah pelan.

Percy lalu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Ia nyengir dan kembali duduk di tempatnya.

"Okay, musuh kita ini adalah sesuatu yang abadi, tidak bisa dilihat, gelap, dalam bentuk bayangan dan ditambah fakta bahwa ia tidak bisa ditebas. Lantas bagaimana cara kita mengalahkannya?" tanya Jason setelah berhasil menyimpulkan kengerian yang akan kami hadapi.

Hazel yang berada di samping kiriku spontan menggenggam tanganku.

Kami berdua mengarahkan pandangan ke arah Will Solace yang sejak berada di kapal tidak bersuara sama sekali selain termenung.

"Karena itu kami membutuhkanmu, Will." Ujar Hazel menatap Will dengan mata kayu manisnya yang teduh.

Will terperanjat seolah ditarik secara paksa dari lamunannya.

Alleanna's Stories (Percy Jackson and Heroes of Olympus Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang