Chapter - 7

877 113 1
                                    

“Apa yang kau sembunyikan dibelakangku?” bisik Annabeth tepat di telingaku. Aku mendesis dan menghindar darinya.

“Bukan apa-apa.” Jawabku enteng.
Annabeth menyipitkan matanya dan menatapku dengan raut wajah tidak percaya. Aku hanya nyengir dan mengalihkan tatapanku darinya.

“Aku yakin kau pasti memiliki sesuatu yang kau sembunyikan dengan Hazel. Terlihat dari gelagatmu yang sangat aneh.” Ia masih  menyudutkanku.

“Bukan hal yang penting, Anne. You don’t have to worry.” Kataku dan masih berusaha mengelak dari tuduhannya.

“Haah.. ya sudahlah.” Ia akhirnya menyerah dan berjalan mendahuluiku untuk segera mencapai Percy.

Aku tersenyum kecut dan menggeleng pelan. Ya sudah lah, setidaknya untuk saat ini Annabeth tidak mencurigai kami.

* * *

“Silahkan beristirahat di sini. Tolong jangan sungkan-sungkan.” Kata seorang pria beraut wajah manis yang tidak kuketahui namanya.

Aku tersenyum tulus dan mengangguk pelan.

“Terima kasih atas tawaran dan pelayanannya.” Kataku lalu menunduk pelan sebagai tanda hormat. Pria tersebut hanya balas dengan senyuman tipis dan anggukkan.

“Anggap aja rumah sendiri, tapi jangan dijual yah.” Celetuk Jason di belakangku.

Aku menoleh kebelakang dan tertawa. Dasar, yang benar saja! Masa iya aku disuruh menjual perkemahan?

“Mana sertifikat tanahnya? Kalau nggak boleh kujual, lebih baik kugadai saja.” Balasku dengan cengiran disudut bibirku.

Mereka semua tertawa mendengar penuturanku. Aku sedikit menghindar dari keramaian.

Di saat para demigod lain sudah mulai beristirahat dari aktivitasnya dan masuk ke dalam Kohortnya, aku malah berjalan menjauh menyusuri jalan setapak.

Awalnya aku hanya berencana berjalan-jalan sebentar hingga mengantuk, tapi toh ternyata rasa kantuk itu tak kunjung datang. Aku mendesah pelan saat menatap langit malam yang gelap dengan taburan ribuan bintang.

“Ah, aku iri.” Gumamku pelan sambil mencoba memperhatikan rasi bintang. Kenyataannya aku bukan Centaurus yang pandai membaca astronomi dengan mata telanjang.

Dihadapanku saat ini terbentang luas pemandangan malam dari Roma baru. Yah seperti rumah-rumah dengan lampu menyala. Aku merasa seperti menonton Peter Pan. Nyala lampu dari rumah-rumah itu terkesan sangat indah sekali, seperti bubuk pixie Tinker Bell.

Aku melihat ada sebatang kayu berukuran besar yang dibiarkan terbaring horizontal, sepertinya sengaja dibuat untuk tempat duduk. Tanpa pikir panjang pun aku berjalan kea rah kayu tersebut dan duduk di atasnya.

Pikiranku melayang-layang kepada misi yang akan kami hadapi. Seperti apakah musuh kami nantinya? Lebih berbahaya dari Gaea? Atau lebih lemah dari Kronos? Sulit dibayangkan, tetapi tetap berhasil membuat bulu kudukku berdiri.

“Hei.” Seru seseorang di belakangku. Ketika aku hendak menoleh, ada selimut tebal yang disampirkan dipundakku.

“Angin malam itu dingin, kau bisa sakit apabila terpapar lama-lama.” Ujar Percy sambil memasukkan kedua tangannya disaku celana jeansnya.

Aku terdiam sebentar dan kemudian tersenyum. “Terima kasih.” Ujarku tulus lalu mengalihkan pandanganku lagi.

Setelah lama saling berdiam diri, Percy akhirnya memutuskan untuk duduk di sampingku.

“Aku berencana tinggal di sana suatu saat nanti.” Tukas Percy yang langsung membuatku menoleh kembali kepadanya.

“Maksudmu?” tanyaku sedikit tidak mengerti.

Alleanna's Stories (Percy Jackson and Heroes of Olympus Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang