14 [End]

712 67 8
                                    

"Kalau itu keputusan kakak aku ga bisa ngapa-ngapain," Lia menjeda ucapannya lalu kembali berkata, "semoga cepet sehat ya kak."

"Makasih ya dek, kamu juga jaga kesehatan."

Walaupun Lia sudah berkatasepertinitu dan bahkan sudah menampakkan senyumnya, Lia tetap saja berkaca-kaca, air matanya tak dapat ia tahan lagi, ia berdiri dan berjalan ke arah pintu dan keluar dari tempat tersebut.

Mimho tahu bahwa Lia pasti akan merespon ceritanya seperti itu, maka dari itu ia ikut berdiri dan mengejar Lia yang sudah lumayan jauh di depan.

Ia kemudian berhenti di depan Lia dan memeluk Lia erat.

Sukses disaat itu juga air mata Lia turun dengan deras dengan Minho yang mengusap-usap kepalanya.

"Udah, udah. Jangan nangis ya dek?" Minho berusaha untuk meredakan tangisan Lia yang malah semakin deras ketika ia berkata seperti itu.

"Kakak?"

"Iya, kenapa hm?"

"Kakak yang sehat ya di sana, aku bakal nunggu kakak."

Lia mengelus pipi tirus Minho pelan, mengamati dengan seksama pahatan Tuhan yang amat indah, ia tak bisa berkata apa-apa, hatinya berdesir perih ketika mengetahui fakta-fakta tersebut secara sekaligus, namun apa boleh buat?

Minho memilih untuk tidak mengeluarkan suara apa pun dan menikmati sapuan dari tangan halus Lia di pipinya, untuk terakhir kalinya.

Minho menatap tepat di manik mata Lia, di sana terpancar kesedihan dan kerapuhan dari orang yang berada di depannya ini. Ia ingin memeluk Lia dengan sangat erat hingga suara menginterupsi kegiatan mereka.

"Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan CB742 tujuan Sydney, Australia dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A04, terima kasih."

"Kakak pergi dulu ya?" Ucap Minho sembari mengusap pelan pipi kanan Lia yang kian merona.

"Jaga kesehatan, kakak ga bakal lama kokㅡ" Minho harap.

Lia menganggukkan kepalanya pelan dan kembali memeluk Minho sebelum Minho pergi.

"Udah ya? Kakak pergi."

"Iya," jawab Lia sembari melambaikan tangannya.

★★★

"Ryu?"

"Kenapa lo ga bilang dari awal?"

"Gue... Gue ga bisa."

Hyunjin menundukkan kepalanya dalam-dalam, sungguh ia menyesal karena ia tidak memberitahukan Ryujin dari awal, karena kalau sekarang pun dimana ia tidak terikat lagi oleh perjodohan tersebut, ia harus kembali berjuang dari awal.

Ya mau tak mau, suka tak suka ia memang harus seperti itu lagi kalau memang dia masih mau memperjuangkan Ryujin.

Flashback ●  ON

"Pa, aku ga mau dijodohin sama Hyunjin."

"Kamu jangan bikin papa marah ya."

"Pa, aku ga mau! Aku mau cari kebahagiaan aku sendiri, ga gini!"

"Berani kamu melawan papa?!"

"Maaf pa, tapi untuk kali ini aku ga bakal tinggal diam."

Minju kemudian berlari menuju mobil dengan tas di gendongan dan menjalankan mobilnya secepat yang ia bisa.

Sedangkan ayah dari Minju sudah kelimpungan sendiri akibat ulah anaknya. Ia lagi dan lagi mengirimkan suruhan untuk mengikuti anaknya, namun karena sang anak sudah berjalan cukup jauh, suruhannya tidak dapat menemukan jejak dari Minju.

Tomorrow for sure...

"Apa?"

"Akhirnya kamu angkat nak."

"Kenapa?"

"Pulang ya?"

Minju sebenarnya tidak ingin kabur-kaburan seperti ini, namun ia tahu perihal Hyunjin yang putus dari kekasihnya karena cinta monyet dia yang dulu. Tapi memang watak dari sang ayah yang keras kepala, ia akhirnya memilih langkah nekat.

"..."

"Pulang ya nak?"

"..."

Masih tak terdengar sahutan dari Minju, dan akhirnya sang ayah pasrah dan berkata, "Okelah kalo itu mau kamu, papa bakal batalin perjodohannya, tapi pulang ya."

"Oke, aku pulang."

Tut... Tut...

Minju segera mematikan telepon antara ia dan ayahnya dan menancapkan gas menuju rumahnya.

Flashback ●  OFF

★★★

Kondisi Lia sekarang tak bisa dikatakan baik, Lia tampak seperti orang tak memiliki tujuan hidup.

Ketika Ryujin mengunjungi rumahnya, baru saja ketika membuka pintu, nampak tisu yang tergeletak dimana-mana, bau tak sedap karena tong sampah yang isinya sudah berceceran, dan Lia yang menungkupkan badannya di atas kasur.

Ryujin tahu perihal Minho, jujur Ryujin pun ikut iba melihat Lia menjadi seperti ini. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, Ryujin hanya bisa mengawasi Lia, tidak bisa melarang Lia, Lia adalah orang yang keras kepala.

"Udah ya Li?"

"Ryu..."

Lia kemudian berdiri dan memeluk Ryujin erat, dan menangis di pundak Ryujin. Ryujin menjatuhkan kantong belanjanya dan memeluk Lia sembari mengusap punggung Lia.

"Udah ya? Minhonya gapapa kok."

"Tapi Ryu, kenapa dia ga ngasih tau dari awal?"

Ryujin tak bisa mengatakan apa pun, jika ia berkata sesuatu, ia takut itu dapat menyinggung Lia dan malah membuat Lia menjadi lebih parah dari ini.

★★★

3 years later...

"Felix?"

"Anu... Iya kak?"

"Gimana Minho?"

"Sebenarnya kak..."

"Sebenarnya?"

"Kak Minho ingatannya harus dihapus supaya traumanya hilang."

"Terus?"

"Dan ingatan tentang kakak dihapus."

fin.

★★★

a.n.
Terima kasih semua yang udah mau ngikutin cerita ini!! Epilog nyusul ya!

Gembel「Lia × Lee Know」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang