04

1.1K 137 4
                                    

Mungkin Lia dan Seungcheol sudah mengitari kampus ini selama setengah jam, kaki Lia bahkan sudah sedikit--atau bahkan sangat--sakit, dan begitu pula Seungcheol.

Seungcheol sudah berkali-kali memberitahu Lia untuk berhenti mencari orang tersebut, namun Lia tetap bersikeras untuk tetap mencari orang itu--Minho.

Saat mereka sedang beristirahat, Lia melihat seseorang yang baru saja keluar dari ruangan dosen dengan muka lesu.

Lalu Lia menunjuk orang tersebut dan menyikut tangan abangnya dan berkata, "Itu bang orangnya."

"Hah? Yang mana?"

"Yang baru keluar dari ruangan dosen."

"Oh, Minho, yaudah mintain gih."

"Temenin," Lia memasang muka melasnya dan menunjuk-nunjuk kecil ke arah Minho.

"Dih, ogah siapa yang butuh?

"Plislah, kalo lo ga manggilin itu orang, gue ga jadi traktir lo ya."

"Iya iya, tapi lo yang ngomong ya?"

"Siap abang."

Lia memberikan hormat kepada abangnya yang sudah berjalan ke arah Minho.

"Dek, oy!"

"Eh, iya napa bang?"

"Tuh, ngomong sendiri sana."

Lia kemudian mengalihkan pandangannya menuju ke arah Minho, dan segera berjalan ke arahnya.

"Hai kak."

Lia menyapa teman abangnya itu dengan riang. Dengan sedikit lambaian tangan serta senyum yang merekah di wajah Lia.

"Hehe, kak, kayanya buku aku kebawa kakak deh."

"Iya, emang."

"Hehe, boleh minta ga kak?"

"Ga."

Minho berjalan ke arah parkiran menjauhi Lia serta Seungcheol yang sedari tadi hanya menatap dua insan tersebut dari jauh.

"Eh, kak. Plisss."

Lia mencegat Minho dan memasang muka memelas tepat di depan wajah Minho.

"Hadeh, lo imut banget dek, hehe."

Minho mengacak surai Lia dan tersenyum. Sedangkan Lia hanya terdiam karena terkejut akan kelakuan teman abangnya itu. Dan wajah Lia sekarang sudah berubah seratus persen menjadi tomat jika ia berkaca.

"Hehe."

Lia menggaruk bagian belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Tapi, buku lo ada di kosan gue, gimana?"

"Gatau deh kak."

Lia masih canggung karena perbuatan kakak kelasnya itu beberapa menit yang lalu, bahkan sempat terlintas di pikiran Lia bahwa kakak kelasnya itu bipolar.

"Yaudah, lo ikut gue aja dulu."

"Eh, mau kemana emang kak?"

"Kosan lah."

Muka Minho yang awalnya cerah-cerah saja berubah menjadi datar akibat pertanyaan--yang menurut Minho tidak berbobot--itu.

"Sepet amat itu muka, eh ada ayang bebebnya Minho nih, hai dek" Seseorang datang dari arah belakang Lia dan merangkul Minho, tapi tak lama setelah itu, ia pergi meninggalkan Lia dan Minho.

"Maap ya soal yang tadi, emang rese anaknya," Minho menjeda sebentar lalu melanjutkan perkataannya. "Btw, jadi gak?"

"Jadilah, kuy."

Lia menggandeng tangan Minho lalu menarik Minho menuju parkiran.

Mungkin memang keduanya memang sama-sama bipolar.

Dan mungkin juga mereka melupakan keberadaan Seungcheol disitu.

★★★

"Makasih ya kak."

"Iya."

Sekarang Lia sudah turun dari motor Minho yang berhenti di depan rumahnya. Sedangkan Seungcheol, dia hanya memandangi mereka dari jendela kamarnya dengan tatapan sinis.

"Yaudah, gue balik ya."

"Iya, hati-hati kak."

"Iya, makasih cantik."

Lia kemudian melambaikan tangannya ke arah Minho dengan muka memerah yang setia menghiasi wajahnya, sedangkan Minho sudah menghilang dari pandangan Lia sedari tadi.

"Heh, gila! Masuk rumah lo!"

Seuncheol yang melihat drama tersebut merasa jijik atau iri lebih tepatnya, akhirnya menyuruh adiknya untuk segera masuk ke rumah, karena selain itu, kondisi langit sekarang sudah mulai berubah menjadi jingga.

"Iya iya."

Lia memasuki rumah dengan wajah kesal, suasana hatinya yang awalnya baik berubah menjadi kesal dalam sekejap karena saudaranya. Tapi tak bisa dipungkiri kalau dia sangat senang karena bisa berinteraksi secara intens dengan kakak kelas yang--mungkin--ia suka.

★★★

"OY?! LO SAWAN?!!"

"Apaan sih Ryu?"

Lia menatap Ryujin jengah karena reaksi temannya yang berlebihan. Ya tapi gimana ga kaget, Lia itu terkenal banget karena judes, sedangkan sekarang Ryujin jelas-jelas sedang melihat Lia sedang senyum-senyum sendiri sambil memegang kepalanya.

"Serem lo anjir."

"Lah, kenapa sih?"

"Seorang Lia senyum senyum sendiri itu adalah sesuatu hal yang sangat langka."

"Ya sesuka gue dong."

"Cerita coba cerita, kepo nih gue, atau jangan jangan lo senyum-senyum sendiri karena temen abang lo yang lo ceritain kemaren??!"

"Hehe, tau aja lo Ryu."

Lia kemudian menceritakan kronologi demi kronologi apa saja yang terjadi kemarin, dan reaksi Ryujin sudah tertebak, Ryujin pasti akan meneriak--

"LIAAAAA!!! AKHIRNYA LIA GUE UDAH GEDE!!!"

"Astaga Ryujin! Stop!"

"Hehe, oke," Ryujin menjeda pertanyaan lalu berkata lagi, "Pepet kek, biasanya lo juga agresif, sekarang kok malah sok malu-malu sih?"

"Gue itu masih shock bajing."

"Sekarang masih?"

"Udah enggak sih."

"Yaudah, pepet gih."

"Lo kok kayanya seneng banget kalo gue mepet kakak itu."

"Banget dong, lo kan terakhir mepet orang waktu itu."

"Iya deh."

Lia menutup percakapan mereka berdua dengan pergi meninggalkan Ryujin seorang diri di kelas.  Karena sebenarnya waktu belajar di sekolah ini sudah usai.

"EHH!! LIAAAA!! TUNGGUIN GUEEEE!!"

Ryujin segera berlari keluar kelas, namun ia juga menyempatkan diri untuk menutup pintu kelas, karena dia tidak ingin merepotkan tukang bersih sekolah.

★★★

a.n.
Hai haiiii. kembali lagi, semoga ga bosen ya, anyway terima kasih sudah membaca, maaf baru apdet ya btw

Gembel「Lia × Lee Know」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang