[ Re:XXX • 54 ]

650 71 23
                                    


Thanks for waiting 🙏
🤳 The series resumes💁

"In love, there are no guarantees. In choosing our most intimate partners, we can commit mistakes. It is but part of being human."
- Justice Marvic Leonen in his concurring opinion on Republic v. Manalo, G.R. No. 221029, April 24, 2018

💖💖💖💖💖💖

Steve menoleh kearah Adam. Bukan Adam suaminya Joshua, tentu saja. Tapi Adam yang di perkenalkan sebagai sepupu oleh Adam yang lain. Ia memandang ke arah Adam, dengan wajah meminta persetujuan usai mendengar ajakan Dewa yang akan memberikannya free massage karena melihat Steve kelelahan.

"Silahkan aja. Kalian punya dua free voucher setiap bulannya," Adam berujar dengan senyum yang tak kalah manis dengan Adam satunya. Tapi Steve merasa, Adam yang ini selalu terlihat lebih menggemaskan dibandingkan Adam yang ia kenal lebih dekat. "Lagian, kalo elu ngerasain sendiri tekhnik massage disini, pastinya itu bikin elu makin gampang jelasin ke calon customer kita. Iya kan?" Adam melanjutkan.

"Berarti gue boleh pijet juga dong, Dam? Badan gue lagi pegel-pegel juga nih," Ronal, rekan seprofesi Steve, menyahut sambil memijat pundaknya sendiri.

"Boleh aja. Tapi kerjaan lu udah kelar?" Adam balas bertanya seraya memainkan pena dengan jemarinya.

"Udah dong, Dam. Tapi body massage ya? Bukan foot massage," Ronal bertanya lagi.

"Ke staff room aja. Tanya ke mereka, siapa yang bisa handle elu," Dewa menimpali. "Tapi jangan lupa kasih uang tips. Biar mereka semangat handle elu lagi," lanjutnya berbisik.

"Siap, Pak Koordinator!" Ronal menyahut dengan memberikan hormat, kemudian berlalu pergi. Ia takut Adam akan berubah pikiran dan memintanya untuk mengerjakan tugas yang lain.

"Enjoy ya," Adam berujar sambil merapikan jas miliknya.

"Mau kemana Dam?" Steve bertanya.

"Ke airport. Mau jemput Opa dan orang tuanya Joshua," jawab Adam masih dengan senyum manisnya. "Kalian duluan aja. Gue masih harus rapiin ini semua," Adam menunjuk kearah meja kerjanya.

"Sekalian jemput si 'dia' juga?"

Pertanyaan Dewa hanya di jawab dengan senyuman manis. Paling tidak, manis di mata Steve. Dan hanya Dewa yang bisa merasakan aura membunuh dibalik senyum manis Adam tersebut.

"Mau massage apa, Steve?" Dewa bertanya setelah ia dan Steve berpamitan pada Adam. Kini mereka sedang berjalan menuruni anak tangga.

Keduanya berjalan menelusuri koridor pembatas bangunan pertama, yang lantai kedua dipakai sebagai ruang kantor. Sementara, lantai dasar adalah lobby dengan ukuran lumayan luas. Karena biasanya banyak customer yang mengantri, ruang lobby di tata senyaman mungkin layaknya sebuah lobby pada hotel berbintang. Membuat siapapun yang baru pertama kali datang, langsung merasa nyaman dengan segala pelayanan para waiter. Tugas waiter tersebut adalah menyajikan banyak sekali minuman herbal dengan racikan modern.

Dewa mempersilahkan Steve untuk masuk ke dalam salah satu room dengan nuansa outdoor. Adam yang menjalani bisnis Spa ini, memang merancang setiap ruang massage bernuansa pribadi. Dengan tampilan luar layaknya sebuah paviliun berukuran mini. Terdapat dinding kaca sebagai pembatas dari taman indoor yang menghiasi dinding pembatas paviliun tersebut. Juga terdapat pula kerai bambu, sebagai pengganti tirai, yang biasanya dipakai jika cuaca diluar sedang sangat cerah. Bila hujan turun sangat deras, customer tak perlu khawatir kehujanan. Karena itulah fungsi dari dinding kaca yang mengelilingi ruang massage tersebut.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang