[ Re:XXX • 128 ]

264 25 9
                                    


Rogan tersenyum melihat kedatangan orang tuanya. Sekitar satu jam ia sudah menunggu kedatangan mereka. Bukan di tempatnya bekerja. Bukan pula di rumahnya. Melainkan di rumah mertuanya. Ibunya bahkan sudah lupa kapan terakhir kali mereka bertemu. Karena selama beberapa bulan terakhir, Rogan memang sangat sibuk.

Dan ditengah kesibukan Rogan, hanya Ibunya yang selalu mengirimkan pesan agar ia tak lupa makan. Menasehatinya panjang lebar mengenai beberapa hal. Terutama adalah permintaan untuk segera memiliki momongan.

Hal yang pertama kali di bahas saat Ibunya menemui Ibu mertuanya, tentu saja untuk membahas masalah momongan tadi. Rogan hanya menepuk bahu Ayahnya. Tersenyum lebar kearahnya. Rogan hapal benar dengan seluruh bahasa tubuh Ayahnya. Terutama perubahan ekspresi wajah Ayahnya saat tersinggung.

Rogan lantas bangkit berdiri. Ia terlihat berjalan keluar menuju mobilnya. Saat kembali, ia meletakkan sebuah laptop di atas meja. Terlihat mencari sebuah folder. Lalu memainkan sebuah video, yang memperlihatkan istrinya yang terlihat selalu fokus di depan laptop. Terlihat sibuk menonton televisi. Berulang kali keluar masuk ke dalam satu kamar. Membuat kedua orang tua Rogan, terutama mertuanya, terlihat sedikit kebingungan.

Terutama saat video tersebut memperlihatkan Rogan yang pulang sangat larut. Atau pulang menjelang pagi. Terlihat sibuk di dapur seorang diri. Sibuk membereskan rumah, meski baru pulang kerja. Termasuk memperlihatkan Rogan yang selalu menikmati makanan yang ia masak seorang diri. Dan setelah beberapa waktu berlalu, terlihat istrinya yang menikmati masakan yang di masak Rogan, seorang diri pula.

"Sepertinya anak Ibu bukan menikahi putra saya. Melainkan menikah dengan laptopnya," ucap Ibu Rogan sambil memicingkan mata menatap layar.

Rogan memberikan isyarat dengan satu tangan. Agar Ibunya yang cerewet, meski tidak secerewet Ibu mertuanya, untuk berhenti berkomentar. Ia pun lalu menghentikan video tersebut. Mematikannya. Lantas duduk menatap kedua mertuanya.

"Kapan terakhir kali Ibu datang ke rumah saya? Oh iya, sebulan yang lalu," ucapnya.

Rogan masih menghias wajah tampannya dengan sebuah senyum.

"Waktu itu... apakah Ibu mendengarkan penjelasan dari saya, kenapa saya menegur istri saya? Sekali lagi saya tegaskan, saya menegur. Bukan memarahinya. Itu kewajiban saya sebagai seorang suami."

Seperti halnya Rogan yang hapal benar dengan bahasa tubuh Ayahnya. Begitu pula dengan Ayah Rogan yang sudah hapal dengan bahasa tubuh putranya. Meski sedang tersenyum, tapi kedua tangan yang terkepal di atas lututnya, memperlihatkan bahwa putranya itu berusaha untuk tidak terlihat emosi. Ayahnya yakin, Rogan setengah mati menahan diri untuk tidak mengamuk saat ini.

"Sebelum menikah dengan putri Ibu dan Bapak, saya memintanya dengan cara baik-baik. Begitu pula dengan.... cara saya mengembalikan putri Ibu dan Bapak."

Ayah Rogan hanya bisa menghela nafas. Terutama saat melihat sudut bibir putranya yang terlihat sedikit bergetar. Ia lalu melirik kearah wanita yang dinikahi putranya. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia tak pernah sekalipun memberikan restu. Tapi karena dia adalah pilihan hati putranya, dengan berat hati, restu itu pun ia berikan.

"Mengenai apa yang putri Ibu dan Bapak perbuat di dalam kamar yang sering dia masuki. Sampai membuat kami tak pernah sekalipun tidur sekamar. Itu bisa kalian tanyakan sendiri kepada yang bersangkutan," Rogan kembali berujar.

Kali ini Rogan terlihat mengajak kedua orang tuanya untuk berdiri.

"Saya pamit. Untuk hal-hal yang lain, nanti akan dijelaskan oleh pengacara saya. Terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk menantu Ibu yang kurang ajar ini," ucapnya dengan kalimat menyindir. Karena kalimat tersebut selalu terlontar dari mulut Ibu mertuanya tiap kali ikut campur urusan rumah tangga putrinya.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang