[ Re:XXX • 56 ]

615 73 6
                                    


"Dam, elu bisa gak, kalo gak nyuruh Illo ber-pose begitu?"

"Dih, gak lucu!! Emang lu pikir fotografernya gue? Tim produksinya gue juga?" Adam menjawab dengan alis berkerut. Tangannya lalu meraih majalah yang tergeletak di atas meja pantry. Perlahan ia membalik halaman demi halaman dan sesekali bersiul saat mengagumi foto-foto Amar dengan pose seksi pada majalah tersebut.

"Tau gini, gue gak mau Illo memahat badannya lagi!!" Rafael masih bersungut-sungut usai merebut majalah di tangan Adam.

"Entar gue beli sendiri! Elah, pelit amat liat bentaran doang!" Adam ikutan bersungut-sungut akibat perbuatan Rafael tersebut. "Lagian, Amar di bayar dengan pantas untuk ngelakuin pose seperti itu kan, Raf? Namanya juga iklan pakaian dalam. Masa dia harus make baju komplit?"

"Kalo gue cewek, kayaknya Kak Raf bakalan nyuruh gue berhijab deh, Dam."

"Bukan lagi. Dia bakal nyuruh elu pake Burka," Adam menimpali.

"Tapi ini tuh terlalu seksi, Illo... Terlalu menantang!!" Rafael sekali lagi mencoba untuk protes.

"Namanya juga jadi model, Kak Raf. Otomatis ya harus seperti itu."

"Seperti itu apanya?"

"Ya... Itu. Harus bisa ekspresif. Iya kan, Dam?"

Melihat dirinya diminta pendapat seperti itu oleh Amar, Adam menanggapinya dengan mengangkat bahu. Ia lantas tertawa lepas melihat Rafael tersenyum puas dengan reaksi yang ia berikan pada Amar. Terlebih saat melihat Amar gantian bersungut-sungut dengan reaksi Adam tersebut.

"Paling gak, Rafa masih bisa lebih ekspresif dalam menyampaikan protesnya. Lagian... Elu gak minta ijin dulu ama laki lu sebelum nerima job itu, Mar?"

"Yah Dam, gue pikir, ngapain juga gue minta ijin segala. Setiap kali gue renang pun, Kak Raf selalu keliatan bangga kalo gue cuma pake Speedo."

"Minimal dia dibayar, Raf," Adam menyela sebelum Rafael kembali mengutarakan protesnya. "Gue yakin, banyak fans Amar yang berani curi-curi foto ngeliat kalian makek pakaian renang yang sama-sama minim. Iya kan?"

Merasa terpojok, Rafael lalu mengacak-acak rambutnya sendiri. Tapi ia lantas mengulurkan tangan dan menarik lengan Amar, saat matanya menangkap ekspresi getir di wajah pujaan hatinya itu.

"Sorry kalo gue keliatan lebay. Tapi tolong... Ini terakhir kalinya elu nerima job yang kayak gini. Ya?" Pinta Rafael dengan sedikit memelas.

Amar menghela nafas panjang. Melirik sebentar kearah Adam yang masih berdiri di seberang meja pantry. Kemudian ia mengangguk saat mendapati Rafael menatapnya dengan pandangan memohon.

"Gue rasa, setujuin aja permintaan Rafael, Mar. Entar gue bilang ke Manager lu, kalo pemotretan buat produk di majalah tersebut merupakan project eksklusif dari lu. Siapa tau, dengan begitu, tarif lu sebagai model bakalan naik berlipat-lipat ganda. Lumayan kan buat nambahin digit tabungan lu," Adam mencoba memberikan usul yang sekiranya bisa diterima oleh dua sahabatnya tersebut. "Anyway... Tuh Helio kayaknya seneng banget bisa ketemu ama Cieli dan Cielo. Kayaknya ada yang bilang ke gue, kalo Helio keliatan gak suka berteman ama anak seumurannya."

Ucapan Adam itu ditanggapi dengan tolehan dari Rafael dan Amar. Mereka tersenyum lebar melihat Helio nampak terlihat akrab dengan kedua putra Adam itu.

"Helio cuma bisa akrab sama anak-anak lu, Dam. Itu sih pendapat pribadi gue aja. Bener kan, Dad?" Amar menyenggol lengan Rafael.

"Hmm... Iya."

"Gak boleh begitu. Gue gak mau Helio jadi ketergantungan ama Eli dan Elo kedepannya. But, well... Mungkin Helio cuma pemalu. Dan gue rasa itu faktor keturunan," Adam berkomentar lalu kembali membolak balik halaman majalah di tangannya.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang