14.Takut

6.8K 231 2
                                    

Happy reading... Jangan lupa votenya yes...

Tak terasa pernikahanku dan Azlan sudah menginjak dua bulan, tapi tanda tanda aku hamil belum juga ada, aku mulai takut ya usiaku yang tak lagi mudah aku takut tidak bisa memberikan adik buat Armel. Bahkan armel sudah merengek meminta adik kepadaku.

Pagi hari yang cerah ini, Azlan masih tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh nya.

"Bang...bangun ihh, gak kerja?" Tanyaku duduk di samping ranjang dan menggoyang - goyangkan badan Azlan.

"Hari ini aku libur dek, kemaren aku gantiin Ziko jadi sekarang aku libur," jawab Azlan dengan suara parau.

"Ya udah, kalo gitu mandi dulu."

Azlan malah tak mendengar ucapanku, ia malah menarikku dan menjatuhkan ke kasur lalu memelukku.

"Ehh, lepas aku mau siapin sarapan buat kamu mama dan kakak"

Ya mama Azlan kadang kadang nginap di rumah kami.

"Biarin kita kaya gini dulu yah?"

Ucapan Azlan mampu membuatku terdiam. Aku nyaman jika di manja dan di perhatikan oleh Azlan, Azlan tak pernah absen untuk memanja dan memperhatikanku.

"Aku bangun tapi kamunya harus cium dulu ini," Azlan menunjuk bibirnya dengan telunjuk.

Aku menciumnya sekilas, namun Azlan malah melumatnya sebentar.

"Ihh abang jorok tau!"

"Biarin, soalnya aku gak semangat kalo gak gini," Azlan langsung beranjak dari tidurnya. Tapi sebelum itu aku memberikan handuk kepada Azlan.

"Kenapa? kamu juga kan udah tau."

Azlan biasa saja langsung pergi ke kamar mandi dengan tubuh polosnya.

Aku hanya menggelengkan kepala berulang kali. Azlan memang selalu begini. Memakai baju pun tidak di dalam kamar mandi. Menurut Azlan itu sah saja karna ia kan sudah halal.

Aki menyiapkan pakain untuk Azlan dan menyimpannya di atas kasur. Akupun beranjak keluar kamar untuk menyiapkan makan pagi bagi suami tercinta anak dan mertuaku.

"Azlan masih di kamar?" Tanya Mama Marta yang melihatku turun dari tangga.

"Iyah Ma, Azlan baru aja mandi." jawabku tersenyum

"Aku siapin makanan dulu yah Ma."

"Hmmm."

#####

"Hayoo loh.... Kok ngelamun sih?" Tanya Azlan yang sekarang berada di sampingku

Aku masih menatap lurus ke depan. Saat ini kami sedang berada di balkon luar kamar.

"Gak papa kok," jawabku pelan namun, masih dapat di dengar Azlan.

"Tuh kan? kenapa sih dek?" Tanya Azlan lagi menatapku dalam, sedangkan aku yang di tatap menatap lurus ke depan.

"Gak kok gak papa," Lagi - lagi jawaban itu yang aku berikan.

"Menurut kamu aku sekarang harus ngapain?" Pertanyaan Azlan sangatlah konyol.

"Terserah kamu."

"Kamu tau gak apa kata kelemahan cowo?" Tanya Azlan menatapku walau tanpa aku yang menatapnya.

"Apa?"

"Terserah dan Gak apa - apa," jawab Azlan yang saat ini pun menatap bintang yang berkelap -kelip di malam hari.

"Masa?"

"Iyah, bilangnya ini padahal dalam hati berkata lain."

Aku hanya terdiam saja, enggan menatap Azlan. Azlan yang merasa kesal pun akhirnya angkat bicara.

"Udah dong dek, kamu mau aku bagaimana? Oke sekarang aku balik lagi ke keluar" ucap Azlan yang akan beranjak pergi.

"Jangannnn," aku langsung berlari dan memeluk Azlan dari belakang.
Azlan mengelus tanganku dan membalikkan badannya.

"Kenapa kamu halangin aku untuk keluar kalau kamu ngak mau bilang ke aku kamu ada apa?" Tanya Azlan yang langsung saja memeluk erat pinggangku . Sedangkan aku membuang muka.

"Huhhh," Azlan meniup wajahku.

" abang ih..."

"Habisnya kamu cuek in abang"

" mana ada "

"Kebiasaan yah, kamu mah,"

Aku langsung saja memeluk Azlan dan bersandar di dada Azlan.

"Aku takut ?" Lirihku dalam hati sedih.

"Setiap detik bersama kamu, serasa berbulan - bulan tau gak?"

"Gak!"

"Hmmmm gitu, okey."

"Ehh hahaha Abang geli!" Ucapku yang saat ini, di gelitik badanku oleh Azlan.

"Hahaha ihh setopp setop! haha!"

Aku terus saja tertawa, akibat ulah Azlan yang menggelitikiku. Saat kami sudah lelah tertawa sedari tadi. Kami menatap satu sama lain tanpa berkedip. Azlan mendekatkan wajahnya ke arahku deru nafas kami bertubrukan, Azlan memulai aksinya.
Beberapa menit setelah ciuman panas itu, Azlan pun segera mengangkatku dan menjatuhkan ke atas kasur dengan pelan.

"Boleh kan?"

Aku tak menjawab aku hanya tersenyum dan mengangguk. Sudah beberapa minggu ini Azlan tak menyentuhku. Dan aku berharap akan ada buah cinta nanti tumbuh di rahimku. Bismillah.

My Brondong ( Falling in love ) End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang