Bertemu Bulan dan Bintang

936 61 8
                                    

“Assalamualaikum, bapak pulang!” salam pak Ahmad, di ambang pintu rumahnya.

“Waalaykumsalam, BAPAK!” kedua anaknya berlomba-lomba memeluk pak Ahmad.

“Lho, kok Bulan gak istirahat dikamar? Nanti Bulan tambah sakit lho," tanya pak Ahmad.

“Bulan tadi udah tidur kok dikamar, lagian, kalau Bulan ketemu bapak, sakitnya juga udah membaik” hibur anak perempuannya yang bernama Bulan.

“Bintang, kamu jagain adik kamu dengan baik, kan, selama bapak kerja di Jakarta?”

“Iya dong, pak. Tapi, kadang Bulan suka ngambek,” jawab anaknya yang laki-laki.

“Kakak juga suka marah-marah sama Bulan,” protes adiknya sambil menjulurkan lidah bermaksud meledek.

“Bapak, yang disana itu siapa? Kok, ngeliatin kita terus?” Tanya anak laki-laki pak Ahmad sambil menunjuk ke arahku yang masih bertengger di depan pintu.

Pak Ahmad tersenyum yang artinya bertujuan untuk menyuruhku masuk dan memperkenalkan diri.

“Eum .... halo! Namaku...” omonganku terputus.

“Kak Fexi!!” jerit anak yang bernama Bulan sambil memelukku.

“Iya. Namaku Fexi. Salam kenal, Bulan,” sahutku.

“Kok, kakak tahu namaku?”

“Soalnya, kakak punya kekuatan untuk mengetahui nama orang!” jawabku. “Oh iya, kamu kok juga bisa tahu nama kakak?”

“Bulan, kan, juga punya kekuatan kayak kakak,” katanya.

“Bulan, sini! Sebenarnya, kamu tahu dari mana nama kakak itu?” anak yang laki-laki berbisik kepada adiknya, tetapi bisikannya dapat terdengar olehku.

“Jadi gini, kak Bintang. Kak Fexi itu idolaku, kakak tahu kan aku suka baca buku? Nah, sebagian besar buku yang aku punya, penulisnya itu kak Fexi," ujar Bulan sambil berbisik pula.

“Anak-anak, sekarang coba kalian perkenalkan diri kalian!” pinta pak Ahmad.

“Namaku, Bulan Tsabita Arsyiella, Umur 6 tahun!”

“Kalau namaku Bintang...”

“Bintang kecil di langit yang biru!!” sambung Bulan.

Aku hanya terkekeh kecil melihat tingkah Bulan yang selalu mengejek kakaknya itu.

“Enak aja. Namaku bukan itu tau!” protes Bintang. “Namaku itu Bintang Angkasa, umur 8 tahun,”

“Salam kenal, Bulan, Bintang!” sapaku. Bulan dan Bintang tersenyum.

“Oh iya, pak. Kenapa kak Fexi datang kerumah kita?” tanya Bulan.

“Itu .... Karena .... karena..” Pak Ahmad memikirkan jawaban yang tepat untuk diberikan ke anak-anak, karena, tak mungkin jika pak Ahmad menjelaskan bahwa aku sedang kabur diam-diam dari rumah.

“Begini, Bulan. Kakak itu lagi study tour di daerah sini, tapi, kakak ketinggalan bis rombongan, untungnya, ada pak Ahmad yang mau memberi kakak tumpangan untuk kesini,” jelasku mengada-ada.

Bulan dan Bintang manggut-manggut mengerti.

“Bincang-bincang dengan neng Fexi nya udah dulu, ya. Karena, neng Fexi butuh istirahat, setelah melakukan perjalanan panjang. Mari neng, saya antar ke kamar yang akan kamu tiduri,” ajak pak Ahmad.

Bulan dan Bintang nampak sedikit kecewa.

“Kita kan bisa ngobrol lagi lain waktu,” hiburku.

Suatu hari nanti (KKPK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang