어떤 마음으로 내 앞에 있는지

620 40 9
                                    

Pagi ini terasa sangat cerah. Aku memulai hari dengan semangat yang menggebu, bersama tubuh yang fit juga perasaan yang lebih baik dari kemarin. Aku bisa mengakui, Hyuk memberikan pengaruh yang baik untukku.

Aku akui, aku yang selalu mendominasi orang lain ini takluk pada seorang Kwon Hyuk. Aku tidak tau, tetapi berada di dekatnya sering membuatku terkejut. Mulai dari cinta satu malam itu, lalu pemerasan, pertikaian dan berakhir saling menyimpan hati, aku rasa dia adalah dinamika terbaik dalam hidupku selama ini.

Aku tidak pernah menduga dengan pengakuannya semalam. Aku mengira dia hanya mempermainkanku, tapi... Sangat terasa nyata. Aku berharap delusiku ini bukanlah hanya sekedar perasaan yang membuatnya tertawa. Aku... Aku ingin merasakan cinta lagi.

"Kau tidak mau pulang?"

Lamunanku buyar ketika Hyuk tiba-tiba bertanya di sela kunyahannya.

"Di pagi hari seperti ini kau sudah berhalusinasi? Apa yang kau pikirkan? Seks denganku?"

Aku seketika kecut, "Di pagi hari seperti ini kau sudah berpikiran kotor? Ayolah, siapa yang sedang berhalusinasi?" balasku sedikit mengejek, tetapi entah mengapa aku malah ingin tertawa karena responnya yang sangat lucu.

Dia tertawa kecil ke arahku. Baru aku sadari ternyata orang ini punya sisi manis juga.

"Jadi kapan kau akan pulang?"

"Bisakah aku menginap lagi di sini? Aku masih tidak ingin bertemu dengan orang-orang di sana."

"Aku tidak masalah kau tinggal, tapi apa itu baik, membiarkan ayahmu khawatir?"

"Kami pernah berpisah selama 5 tahun. Satu atau dua hari tidak akan masalah baginya."

"Kenapa berpisah? Kau tinggal bersama ibumu?"

Aku baru saja sadar, Hyuk belum tau tentang cerita itu. Haruskah aku katakan sekarang? Aku merasa jijik ketika mengingat masa lalu menyedihkan itu, namun aku juga merasa aman jika bersamanya. Aku yakin dia bisa mengerti.

"Tidak. Ayahku pernah dipenjara. Ibuku meninggal sewaktu aku masih kecil."

Hyuk mungkin terkejut mendengarnya, ditambah dengan betapa santainya aku bercerita seperti itu, dia mungkin takjub.

"Maaf," lalu tindakannya membuat jantungku berdebar di pagi hari, "aku tidak bermaksud," ucapnya pelan seraya menggenggam jemariku.

Aku hanya tersenyum. "Tidak masalah. Semuanya sudah lama sekali. Kau tidak perlu khawatir aku tersinggung."

Senyuman Hyuk atas ceritaku menular padaku sendiri, aku menjadi tersipu bahkan dengan suasana yang sederhana seperti ini.

"Jadi kau hidup mandiri sejak dulu? Wah, aku jadi mengerti datang dari mana sifatmu ini."

"Sifat yang mana? Aku tidak benar-benar mandiri. Aku selalu bergantung pada Chan dan keluarganya untuk bisa sampai ke titik ini."

Aku sadar ucapanku ini memancing rasa penasaran, namun tidak apa. Aku memang  ingin terbuka padanya. Dengan begitu dia bisa benar-benar mengerti aku, lalu dia akan melindungiku.

"Jadi Chan itu temanmu sejak lama?"

"Sejak... Hmm... Hampir sepuluh tahun? Aku sudah mengenalnya sejak lama. Aku bergantung dan berhutang budi seumur hidup pada Chan dan seluruh anggota keluarganya. Kalau bukan karena mereka, aku mungkin tidak akan hidup saat ini."

Aku tau, aku mengubah suasana bahagia di antara kami menjadi buruk, namun tak apa. Aku ingin dia bertanya. Aku ingin dia penasaran. Aku ingin dia ingin tau tentang diriku, latar belakangku, hidupku dan segala tentangku.

Bonnie & Clyde | DEAN 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang