우린 이렇게 살아있네

1.1K 55 0
                                    

Chan menjadi orang yang paling bahagia karena kesuksesanku. Bagaimana tidak? Aku menuruti semua keinginannya karena aku begitu senang.

"Hee--Heeyoung-a~"

"Hng?"

"Kau sedikit terlalu bersemangat, kau tau, 'kan?"

Aku hanya menertawakan wajah dan telinga Chan yang memerah karena aku. Tangannya meremas jok mobil dan apapun yang bisa ia genggam; kewalahan.

"Tapi kau suka, kan?"

"Iya. Aku... Aku suka, tapi... Kau sadar kita sedang ada di mana?"

"Di dalam mobilmu. Ayo kita pulang."

"Aku akan segera mengabulkannya kalau kau lepaskan itu."

Aku mendecih, "kalau aku tidak mau?"

Chan mendelik, "kau gila, Heeyoung-a. Aku bisa gila karenamu." aku hanya menyeringai di balik kegiatanku. Dalam hati aku menertawakannya. Dia menolakku namun juga menarikku untuk terus melanjutkannya. Sangat munafik. "Huh~ kau mempermainkanku,"

"Tapi kau suka."

"Iya aku suka."

Chan menarik rambutku, kemudian mencium bibirku. Aku hanya melakukan apa yang dia lakukan, tanganku mengambil alih memuaskannya. Lenguhan kudengar di antara lumatannya. Aku hendak berpindah ke atas pangkuannya saat gangguan datang.

Tok! Tok! Tok!

Kaca mobil Chan diketuk cepat.

Sial. Aku dan dia mengumpat karena melihat penjaga kampus di balik kaca itu. Segeralah kami merapikan diri termasuk Chan yang langsung menutup kembali celananya.

Kaca mobil diturunkan, kami memasang wajah paling polos yang bisa dipasang.

"Selamat malam, pak."

Aku hendak marah dan tertawa karena gelagat Chan yang luar biasa bodoh. Kulirik dia masih sangat kacau, menambah kecurigaan dengan gaya kewalahan juga senyum yang tidak meyakinkan.

Tapi aku juga langsung tersenyum, setidaknya mencoba lebih meyakinkan daripada Chan.

"Sedang apa kalian di sini?"

"Eh, kami-"

"Kami sedang menunggu mesin mobilnya  panas." aku menjawab asal dengan ide gila.

Chan menatapku bertanya-tanya, aku hanya mengabaikannya. Apa dia punya ide yang lebih baik? Kurasa tidak.

"Cepatlah pulang. Ini sudah malam. Mobil kalian menghalangi jalan."

"Ah, baik, Pak."

Sebelum kami menjadi lebih mencurigakan, Chan segera tancap gas dari sana.

Memang salah kami, berhenti di tengah jalan sekitar kampus. Sebenarnya itu salahku juga, haha. Chan menghentikan mobilnya karena aku yang mengganggu. Haha. Maafkan aku, Chan. Kau hanya terlalu menggemaskan untuk kubiarkan begitu saja.

Setelah cukup jauh dari area kampus, Chan yang fokus ke jalan akhirnya buka suara. Dan aku sudah menduga dia akan berkata seperti itu padaku.

"Tadi itu sangat berbahaya dan memalukan, kau tau? Kita hampir saja menjadi mahasiswa nakal yang melakukan hal tidak senonoh di kampus! Apa kau tau kalau penjaga tadi itu sangat dipercaya oleh Rektor kita? Bagaimana kalau dia tau kau berbohong? And those excuses, what the fuck? Tidak adakah alasan lebih realistis dan meyakinkan?"

"Omelanmu terlalu panjang, Pak Tua."

Padahal aku punya banyak kalimat yang seharusnya bisa menjawab semua kekhawatirannya. Tapi aku hanya sedang tidak ingin banyak bersoal, jadi aku diam.

Bonnie & Clyde | DEAN 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang