자연스레 떠진 눈에 담긴 넌

3K 76 4
                                    

[Author POV]

Drink

.

.

.

.

.

Smoke

.

.

.

.

.

Pour up

.

.

.

.

.

Di sudut meja barista, seorang pria tengah meneguk segelas minuman keras tanpa jeda. Bahkan teruknya rasa minuman itu tidak mengurungkan niatnya untuk menyalurkan seluruh isi gelas menuju kerongkongannya. Ia tidak ingat sudah berapa belas gelas yang ia teguk, tetapi ia hanya terlalu tahan untuk segera kehilangan kesadaran. Itu tidak ada apa-apanya, keyakinannya begitu.

Satu lagi gelas ia teguk setelah mulai kehilangan kendali dengan menumpahkan beberapa mililiternya di meja. Perasaannya karena itu memburuk, terutama setelah ia ingat kembali tentang alasan mengapa ia berakhir di sana. Ia marah. Bahkan jika ada kata-kata yang lebih tepat untuk menggambarkan perasaan yang lebih parah dari pada itu, ia akan memilihnya.

Gelas diletakkan dengan tenaga sedikit berlebihan sehingga terdengar sedikit suara keras karena benturan. Si barista segera melirik ke arah pria itu, memperhatikan apakah tamunya yang satu ini akan membuatnya rugi atau tidak. Nyatanya pria itu tidak peduli, ia tetap meneguk kembali si minuman, bahkan kali ini langsung dari botolnya. Tidak ada perbaikan mood bahkan setelah tetes terakhir dari botol itu ia habiskan. Hanya tersisa matanya yang mulai kehilangan fokus beserta kepalanya yang dilanda vertigo.

"Gimme one more bottle." Racaunya, mengacungkan satu jari namun kepalanya tak lebih tinggi dari pergelangan tangannya.

Si barista mengerti apa yang dia katakan, tetapi sepertinya permintaan itu tidak bisa ia indahkan begitu saja. "Tuan? Apa perlu saya carikan taksi?"

"Gimme one more bottle you son of a b*tch! I give you one single request and you ignore me? Bullsh*t!" dia memukul meja dengan keras, bangun dari posisinya dengan sedikit terhuyung. Dari wajahnya saja, semua orang akan menduga kalau dia positif mabuk. Terlihat usahanya cukup keras untuk tetap membuka mata ataupun berdiri tegak, namun ia memilih pergi dari meja bar.

Sudah diduga, keadaan seperti itu tentu tidak akan menghasilkan efek yang baik. Meski bertahan sekuat tenaga, vertigo yang mulai menjadi itu menyerang seluruh inderanya, hingga hanya butuh beberapa langkah sampai ia kehilangan keseimbangan. Ia bisa dibilang beruntung, pendaratannya lebih empuk dari yang ia pikirkan. Dada wanita. Ah, lucky. Ketika mata yang kabur itu melihat belahan dada yang menggiurkan, ia tersenyum. Keberuntungan di antara naas yang beruntun.

"Permisi?"

Suara feminim itu membangunkannya untuk kembali berdiri tegak, meski sedikit kabur ia jelas sedang menatap pada seorang wanita cantik.

"Maaf,"

Ia masih punya sedikit dignity, tidak ingin terlihat buruk lebih lama sehingga ia melangkah menjauh darinya. Tetapi lagi-lagi ia dikalahkan oleh putaran di kepalanya. Ia jatuh hampir tersungkur. Sekali lagi wanita itu menolongnya.

"Kau baik-baik saja?"

Mungkin karena kesadarannya semakin menguap, ia menggeleng tanpa beban.

"Kemarilah, kau sangat kacau. Padahal kau manis juga."

Bonnie & Clyde | DEAN 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang