아니면 내가 아픈 건지

774 44 3
                                    

Musik pelan menemani suasana kelam yang mengitari pikiran gadis itu. Ia muram, menempelkan wajahnya di atas meja bar tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Ia belum menghabiskan banyak minuman, karena pada dasarnya datang ke tempat itu bukan untuk menghilangkan dahaga kehidupan dengan minuman keras.

"Kau selalu menemuiku dengan wajah seperti itu. Aku jadi merasa tersinggung." ucap seseorang yang menemaninya di sana, seorang pria—lagi-lagi.

"Untuk apa kau tersinggung?" Heeyoung mengangkat kepalanya sejenak, "aku saat ini benar-benar salty dan mudah marah. Kau tau?" setelah memberikan protes berserta omelan, ia kembali pada posisinya yang semula.

"Aku ini bartender. Bukan host."

"Bagiku kau tetap lelaki penghibur."

Sahutan Heeyoung menghentikan wajah kesal si pria dan ia malah tertawa setelahnya. Sambil mengelap gelas-gelas, ia menarik kursi tempatnya duduk dibalik meja bar. Pria tinggi itu duduk di hadapan Heeyoung. "Baiklah, apa yang membuatmu gundah, nona manis? bukankah waktu itu kau sudah baik-baik saja? Mengapa sekarang kelam lagi?"

Heeyoung mendengus, lalu akhirnya ia menegakkan kembali duduknya. "Pria itu menggelikan."

"Pria itu? Siapa?"

"Semua pria. Mereka begitu menggelikan."

"Ow, atas dasar apa justifikasi semacam itu? Kekasihmu selingkuh lagi? Aku kira kau tidak mau berhubungan dengan siapapun sekarang,"

Gadis itu berdecih, "kau banyak bicara sekali."

"Oke, maafkan aku. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang mengganggu pikiranmu?"

"Chan melamarku."

"Sungguh? Wah, selamat!"

Pria itu langsung saja dihadiahi Heeyoung sebuah tatapan sinis tanda ketidaksukaannya dengan respon pria itu. "Jangan bercanda. Aku tidak mungkin senang dengan itu. Lagi, dia melamarku setelah memanggilku pelacur. Kau pikir harga diriku ini bisa dengan mudah dipermainkan?"

"Kenapa dia sampai mengataimu pelacur? Bukankah dia itu sahabatmu?"

"It was a long story, I—"

"—I always have time, don't you remember?"

Nada bicara yang mendadak berubah juga ekspresi serius pria itu membuat Heeyoung gagap. Dia lupa kalau temannya yang satu ini memang sangat ajaib, sehingga ia kesulitan dengan memberikan respon, "aku... Aku tau... Tapi ini..."

"Ceritakan semuanya, ya? Tenang saja. Aku akan mati kalau memberitahunya pada orang lain."

Heeyoung semakin tercekat karena ekspresi, tatapan bahkan kalimat darinya benar-benar tidak bisa dielakkan. Pria ini, dia punya aura yang sulit untuk dihindari.

"Wooseok-a, bagaimana kalau berceritanya sambil—"

"—melakukan seks? Ah, tidak mau. Aku memang bekerja di club tapi aku bukan call boy. Kau itu selalu saja memikirkan hal seperti itu, ya?"

Heeyoung muram, "aku tau. Maaf, ya?"

"Tidak masalah. Sekarang ceritakan saja. Semua yang menjadi beban pikiranmu, aku akan dengarkan. Dan tidak perlu khawatir karena orang-orang di sini tidak akan peduli. Hanya aku yang akan mendengarkanmu."

"Damn, kenapa kau harus selalu jadi irresistible seperti itu, hm?"

"Bakal alami dominant?"

"Tied me up, master."

Seharusnya respon spontan yang diberikan Heeyoung barusan tidak akan meninggalkan bekas apapun. Namun, ia malah berakhir mengingat seseorang. Si Kwon Hyuk. Akar dari segala dinamika yang terjadi pada hidupnya belakangan ini. Lagi, ingatannya tidak mau berhenti sampai di situ saja. Adegan dalam bath up, pelukan erat di atas kasur juga ciuman spontan yang mereka lakukan, mau tak mau Heeyoung mengingat semua itu dan berakhir membuat kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya.

Bonnie & Clyde | DEAN 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang