Part 4

70 9 1
                                    

     Seorang pria tampan kini sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah She.

"Kok aku tiba-tiba jadi khawatir gini ya sama She?" tanya pria itu pada dirinya sendiri.

Ia terus memikirkan adik kesayangannya itu. "She, meskipun kamu nyebelin, aku tetep sayang sama kamu. Bagaimanapun juga kamu adalah adik kandungku yang sangat berharga untukku" batin Rhe.

Saat ia sedang berada di lampu merah, ia melirik mobil yang ada di pinggirnya. "Kayaknya aku kenal sama mobil itu" gumamnya pelan sambil memperhatikan mobil tersebut lamat-lamat.

Kedua matanya membulat sempurna ketika ia tau siapa pemilik mobil tersebut. Karena ia tidak mau emosinya meletup-letup di tengah jalan, ia memutuskan pergi mendahului mobil itu.

Tanpa butuh waktu lama.. Kini ia sudah berada di depan tempat yang ditujunya itu. Yaa... Kini Rhe sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit yang ditujunya.

Ia lalu berjalan menyusuri lorong-lorong dan mencari ruangan yang ia tuju.

Sampai...

Kini ia, sudah sampai di depan sebuah pintu ruangan yang dicarinya itu.

Ceklek... Pintu itu dibuka. Tubuh Rhe tiba-tiba mematung saat melihat adiknya yang tidak lain adalah She itu menangis sesenggukan. Ia lalu menghampiri adiknya.

"She..." gumamnya lirih sambil memegang pundak She.

"Kak Rhe?" tanya She hati-hati

"Kamu kenapa She?" tanya Rhe dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tunggu... 'Kamu'. Tumben kakak ngomongnya jadi lembut gitu? Apa ada sesuatu kali ya yang udah terjadi sama kakak? Atau kakak lagi sakit?" gumam She yang masih bisa terdengar oleh Rhe.

"Aku masih bisa denger She.." ujar Rhe dengan ekspresi datarnya itu.

"Udah.. Mulai sekarang, kita jangan pake istilah 'gue-lo', tapi pake istilah 'aku-kamu' aja" ujar Rhe.

"Ohh ya udah" jawab She pasrah.
"Pasti ada sesuatu yang terjadi sama kakak. Masa sih tiba-tiba kaya gitu? Kan aneh gituu" batin nya menambahkan.

Seolah-olah tau isi fikiran adiknya, Rhe langsung berdeham pelan.

"Ekhem.. Sebenarnya, aku punya sahabat muslim. Dia itu gaya bicaranya sopan banget. Aku jadi ingin ngikutin dia aja gituu" ujar Rhe menjelaskan sedangkan She hanya mangguk-mangguk.

"Oh iya, kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu kenapa She?" tanya Rhe serius

"Cieeee.. Khawatir" jawab She cengengesan

"She.. Aku serius" ujar Rhe penuh penekanan.

"Ohh iyaa iyaa.. Gue.. Ehh maksudnya aku.. Gapapa kak. Aku cuma kangen sama ibu. Jadi lo, eh maksudnya kakak gak usah khawatir sama gue.. Ehh maksudnya aku" ujar She sambil nyengir kuda.

"Ohh gitu yaa" ujar Rhe sambil menatap She dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aduh.. Maafin She kak. She belum bisa cerita yang sebenarnya" gumam She dalam hatinya.

"Kayaknya She nyembunyiin sesuatu. Tapi ya udah lah, mungkin dia belum siap buat cerita" batin Rhe.








Alhamdulillah....
Yaa.. Maaf karena belum greget ceritanya.
Maaf juga kalau nanti lama update nya yaa.. 😥
I'm sorry for all my mistake..
See you in the next part...
Syukron katsir... 😇

Al-Qur'an sumber bacaan yang utama yaa... 😊

AKU KEMBALI UNTUK PAMIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang