Saturday
Tengah malam Seokjin terbiasa untuk mengalami sebuah fase di mana jiwanya terlepas dari raga, lagi-lagi hal tersebut terjadi semenjak kecelakaannya beberapa minggu silam. Jujur Seokjin merasa tak senang. Akan tetapi, setidaknya yang satu ini membuatnya dapat berkelana tanpa ada yang menyadari—bukannya cuma memberikan citra menyeramkan soal hantu yang gentayangan.
Satu dua kali tubuhnya melayang menuju rumah temannya, beberapa kali ia pergi ke tempat seseorang yang bahkan alamatnya tak ia ketahui; keahlian magis tersebut akan ia manfaatkan sekarang untuk mengunjungi rumah shaman yang mengusik sorenya. Walaupun, hari yang harusnya diawali dengan senyuman hangat serta pagi yang manis, sekonyong-konyong langsung berubah suram—sialan sekali 'kan hawa shaman tersebut.
Rumah tersebut tidak besar, agak bergaya kuno dengan berbagai macam lukisan hewan atau orang, terdapat ornamen aneh, serta gantungan-gantungan seperti pemuja setan. Seokjin bisa melihat manusia ini menghasilkan uang yang lumayan, cuma karena memang dasarnya punya selera nyentrik, alhasil rumah yang bisa dibangun megah bagai istana jadi berubah sesak—dengan kesan kelam dan mistis. Tanpa salam ataupun ketukan, Seokjin langsung melayang melewati kaca jendela lantai dua.
"Aku tidak mengundangmu."
Sekonyong-konyong Seokjin terlonjak—sebenarnya tidak bisa karena raganya tertinggal, tapi anggap saja seperti itu. Wanita yang dilihatnya kemaren sore kini tengah duduk di meja bundar dengan taplak merah yang menjuntai, ada sulir serta pinggirnya dijahit dengan benang emas. Si wanita sudah tak mengenakan pakaian sirkusnya, ia berubah normal dengan piyama berwarna merah—walaupun motifnya masih tribal—dan riasan matanya telah hilang.
"Panggil aku Jinjoo," ujar perempuan tersebut seraya menutup kotak yang baru dirapikannya. Ia tetap melipat tangan di atas kotak cokelat tersebut, kemudian mengunci pandangan Seokjin. "Mau apa ke sini?"
"Memperingatimu untuk tidak mengganggu Sara lagi."
"Sara?" Jinjoo berpikir sejenak. "Oh, gadis tadi sore. Aku tidak mengganggu gadismu itu, malahan aku berusaha membantunya."
"Dengan cara menyuruhnya cepat pergi dari sini? Tidak akan kuizinkan!"
Tubuh Seokjin melaju, angin dingin berembus sampai beberapa barang dalam ruangan tersebut jatuh, suara jendela yang terbanting dan beling pecah saling bersahutan. Kemudian proyeksi Seokjin berhenti tepat di hadapan sang paranormal, dengan mata melotot yang mengerikan—seolah mau copot. Kendati demikian Jinjoo tetap bergeming, menatap lawannya dari atas sampai bawah.
"Kau masih belum menyadari apa yang tengah kau lakukan, Kim Seokjin?"
🌕🌗🌑

KAMU SEDANG MEMBACA
Blurred Line
Фанфик[Completed] Ada dua hal menarik semenjak perpisahan mereka. Pertama, setelah tak sadarkan diri selama satu malam, Seokjin bangun dengan indra yang sangat baik dan bertambah; sedikit makhluk halus menemani rutinitasnya. Kedua, mereka benar-benar berp...