B - That guy

795 128 4
                                    

bagian tujuh

Satu hal yang Chan tahu adalah, ia terbangun dengan para pelayan yang mendatanginya, menggantikannya baju, dan mendandaninya layaknya ia akan pergi ke suatu pesta. Lelaki itu mengernyit keheranan sebelum Brian datang.

"Kau akan dilelang." Bangchan melebarkan matanya.

Brian yang ada di depannya mengendikkan bahu. "Aku tak bisa melakukan apapun. Lebih baik kau kuserahkan pada orang lain dulu. Urusan ayahmu, biar aku yang mengurusnya. Lagipula aku sudah lama ingin menghancurkan bajingan itu."

Dan disinilah ia. Dengan puluhan mata yang menyorotnya. Ia merasa jijik dengan tatapan-tatapan lapar itu. Chan meneguk ludahnya kasar sebelum mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan hingga matanya menangkap satu objek yang menarik. Chan tau siapa lelaki manis itu. Beberapa jam sebelum ia berada disini, Chan sempat melarikan diri dan berhasil dilumpuhkan tak jauh dari pertemuan singkatnya dengan lelaki manis itu.

Bangchan bahkan bisa melihat bagaimana jernihnya matanya, bagaimana polosnya lelaki itu yang sibuk memakan ice creamnya. Chan memerhat

ikan semuanya.

"Kita lanjutkan saja. Untuk pelelangan ketiga, seorang pria keturunan Australia dan Korea, Christopher Bang." Chan menoleh ketika namanya disebut. Sudah pelelangan ketiga rupanya. Chan bahkan tak sadar karena terus memerhatikan lelaki manis yang menarik perhatiannya itu.

Matanya memandang semua orang yang ada disana. Beberapa menatapnya dengan tatapan yang jelas-jelas penuh dengan keinginan, sedangkan sisanya terlihat tidak peduli. Hingga matanya bertabrakan dengan manik mata polos itu. Mereka bertatapan selama beberapa detik sebelum si lelaki manis memutuskan pandangannya dengan menunduk.

Chan menyeringai kecil. Ia tahu lelaki itu tertarik padanya. Tingkahnya sungguh terbaca. Pikirannya berkenala. Lihat siapa yang baru saja menemukan hal menarik dalam hidupnya.

Matanya sekali lagi menatap si lelaki manis yang kini tengah berdebat dengan seseorang yang berwajah sama dengannya, tetapi terlihat lebih tua. Tak sadar jika kini ia tengah diseret untuk kembali pada tempatnya beberapa bulan ini.

"Kim Seungmin, adik dari Kim Wonpil, temanku." Chan menatap Brian yang tengah mengurus surat-suratnya.

"Jangan pernah membantah Wonpil, apalagi berlaku tidak baik padanya, kau mengerti, Chan? Mereka orang baik."

"Aku tidak pernah berlaku tidak baik." Secarik kertas Brian temukan di mejanya. Matanya memandang kertas itu sebelum bergerak kearah Chan yang masih menatapnya datar.

"Tapi kau pernah mencoba untuk kabur dari sini, bocah. Jangan coba-coba melakukan itu lagi pada keluarga Kim." Chan mengendikkan bahunya tidak peduli. Sedangkan Brian hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah.

"Lagipula Wonpil punya adik laki-laki yang manis. Kalian juga punya banyak kesamaan-" Brian menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, "Kurasa kau juga tertarik, melihat arah pandangmu terus tertuju pada Seungmin, bukan begitu?"

Diam. Chan hanya bisa diam dengan ekspresi yang seminimal mungkin keluar dari wajahnya. Membicarakan Seungmin membuat ia entah mengapa kembali membayangkan obsidian bulat yang indah itu. Seungmin benar-benar terlihat luar biasa.

.
.
.

Chan tak hentinya menatap Seungmin yang berjalan di sampingnya. Semua pikiran tentang pemuda yang sempat ia temui di jalan ketika sedang melarikan diri itu semakin memenuhi otak Chan. Orang waras mana yang rela membelinya dengan harga 150 juta won?

Sebenarnya ada rasa ingin bertanya perihal alasan lelaki manis ini membelinya, namun Chan urung menanyakan karena melihat wajah lelah lelaki di sampingnya itu.

Animosity ✗ chanminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang