IV

32 7 1
                                    

Aku tak memerlukan ibamu untuk memelukku. Tak usah sebaik itu jika hanya untuk meramu pilu.
Aku bisa menyeka air mataku sendiri. Dan di depan mereka, kamu tak perlu berpura-pura lagi.

Jika masih bersamanya, lalu untuk apa masih menahanku agar ada untukmu?
Kamu kira hatiku sekuat apa dicaci sebagai orang ketiga?
Jika dengannya saja, kamu mampu mendua. Bagaimana denganku? Sementara hati bisa berubah kapan saja.

Sampai kapanpun, pengkhianatan tak akan pernah bisa dibenarkan.
Tentangmu perlahan akan kubuat mati. Karena jika semakin jauh, akan saling menyakiti.

Katamu, aku datang pada saat yang tidak tepat. Lalu untuk apa masih memberiku harapan jika pada akhirnya kamu sendiri yang mematahkan.
Jangan mengharapkan aku mau dijadikan cadangan. Pergi saja sewaktu-waktu kamu mau. Aku tak butuh basa- basimu.

Seandainya pun kamu punya pilihan, aku hanya bisa menyarankan, kamu harus tetap menjaga dia yang lebih dulu ada.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Salam Kata!
🌻🌻🌻

K A T A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang