Gagal (VIII)

55 15 18
                                    

Jangan jadi matahari buat Gue, karna Gue gak se serakah itu. Cukup jadi bintang sirius. Karna bintang itu berarti bagi Gue, walaupun kecil tapi sanggup jadi yang paling terang diantara yang lain.

-Sherly Arabelle-

S

herly sampai didepan rumahnya.
Ia segera mengambil kunci yang ada di dalam tas nya.

Setelah mendapat kunci itu, Sherly segera membuka kunci. Namun anehnya saat Sherly memutar kunci untuk membuka pintu, tiba-tiba pintu itu terdorong dari dalam rumah.

Dan benar saja, ketika Sherly mengangkat kepalanya. Sherly terkejut melihat apa yang ada didepannya, terlihat ada laki-laki paruh baya berpostur lebih tinggi dari Sherly, di wajahnya muncul beberapa kerutan. Usianya berkisar sekitar kepala empat. Dengan menggunakan kaus putih lusuh, jaket denim ala Dilan dan celana jeans biru serta kalung besi polos.

Sherly menatap apa yang ada didepannya dengan tatapan tidak percaya. Dan saat itu hanya ada 1 kata yang terpikir dikepalanya. Yaitu melarikan diri.

Sherly segera membalikkan badannya dan hendak lari. Namun sayangnya orang yang ada dibelakangnya itu menarik tas Sherly, sehingga tubuh Sherly tertarik mundur.

"Mau kemana lo anak sialan?" Tanya orang yang menahan Sherly.

"Berani lo sama Gua hah?! Apa sekolah lo ga ngajarin sopan santun hah?!" Ucapnya lebih mirip teriakan, dan membuat Sherly meringis karena teriakan nya tepat di telinga Sherly.

"Setelah apa yang anda perbuat masih datang lagi?" Tanya Sherly dengan senyum sinis.

PLAK

"ANAK GATAU DI UNTUNG! SINI LO" Teriak cowok tersebut sambil menyeret Sherly.

****

KRIING

"Akhirnya, Surga datang setelah kiamat!" Ucap Leo dengan muka malas yang melankolis.

"Lebay lo! Kayak ga makan se-abad. Eh, tapi gua juga laper sih. Gegara pelajarannya si Tayo" Balas Dion.

"Yeu Gua bilangin bu Damri lo!" Ucap Leo dengan nada mengancam.

"Eh Yon, lo mau ke kantin sekarang? Diem-diem bae, nyengir sendiri lagi. Noh liat noh, cabe kelas mupeng semua" Tanya Dion sambil bergidik ngeri saat mengalihkan pandangan ke arah 'cabe kelas'.

"Lo pelet pake merk apaan si? Sampe cewe-cewek demen banget liat lo senyum.?! Coba gua yang senyum" kata Leo sambil melihat kearah 'cabe kelas'.

"Pada mati semua lo senyum!" ledek Dion.

Leo pun hanya mengelus dada dan menghembuskan nafas pasrah mendengar jawaban Dion.

Hening. Mereka bertiga terdiam, entah kenapa.

"ARION!!" Teriak Leo dan Dion bersamaan, teringat mereka ingin ke kantin tapi karena Arion tetap tidak bergeming, ia malah terus tersenyum layaknya anak yang diberikan pistol mainan.

Arion pun tersadar dari lamunan nya
"Eh? Hehe, iya gua mau ke kantin" Balas Arion sambil nyengir.

"Nah! Yau---" Perkataan Leo terhenti saat mendengar ucapan Arion selanjutnya.

"Tapi sama gebetan" Lanjut Arion masih dengan cengiran. "Gua duluan ya! Mau jemput gebetan menuju singgasana eaa" Pamit Arion. Bucin akut.

"Arion aja udah punya gebetan, gua kapan ya? " Gumam Leo frustasi yang masih terdengar oleh Dion.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang