🌹Chapter 1

502 68 10
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sebelumnya author mengucapkan terimakasih kepada teman - teman dan kakak - kakak yang telah membaca ceritaku bagian "prolog " dan yang sudah vote .
Semoga bisa menghibur dan bermanfaat bagi kita semua 😊.

Selamat membaca

🕌

Awal sekolah baru adalah hal yang dinanti - nanti oleh setiap pelajar namun, tidak semuanya karena ada juga pelajar yang enggan untuk pergi ke sekolah karena merasa kurang dengan liburan akhir semesternya.

Namun, bagi seorang gadis dengan keturunan campuran darah minang ini selalu semangat untuk pergi ke sekolah, karena sekarang adalah hari pertama ia memakai seragam putih abu - abu.

"Ayah kita berangkat sekarang yuk, takutnya nanti aku telat loh Yah, ini kan hari pertamaku sekolah," aku bergegas untuk memasang sepatu.

"Iya Farah, sabar sebentar lagian sekarang kan belum pukul tujuh, kamu nggak bakalan telat , " jawab ayah dengan santainya.

"Iya sayang, kamu jangan buru - buru, waktu masih lama kok, kamu udah periksa semua barang kamu? Nggak ada yang ketinggalan kan? " tanya Bunda.

"Kayaknya udah semua deh Bun,.... hmmm.... O iya, aku lupa tadi malam aku nulis buku terus pena nya masih di atas meja belajar Bun."

"Tuh kan, Bunda bilang juga apa, kamu itu kalau lagi buru - buru selalu ada yang ketinggalan deh." Bunda hanya tersenyum melihat aku selalu gegabah.

"Makasih ya Bun, Bunda selalu perhatian deh sama Farah, makin sayang aja nih sama Bunda, " langsung aku menuju kamar dan mencari penaku yang diatas meja belajar.

Bunda hanya menggeleng - gelengkan kepala dan tersenyum melihat ku.

Di dalam kamar aku sibuk mencari pena yang sudah kugunakan tadi malam, tapi sekarang kok nggak ada.

Jam terus berputar tapi aku belum menemukan jejak - jejak dari keberadaan penaku.

"Aduh...gimana nih, ntar belajar di sekolahnya gimana dong, " aku mulai frustasi dengan penaku.

Tanpa aba - aba aja adikku masuk ke kamar.

"Ada apa sih kak, kok mukanya kusut gitu?"

"Itu, pena kakak hilang, kamu lihat nggak pena kakak? "

"Mana Aqila tahu, Aqila heran deh sama kakak, kakak itu selalu ada aja yang hilang barangnya, kemarin sandalnya yang hilang sekarang pena lagi. Jangan - jangan kakak itu banyak dosa ya, jadi banyak aja musibahnya hahaha, " Aqila malah cengengesan.

"Kamu itu ya bukannya bantuin kakak, malah ketawa nggak jelas." Aku mulai kesal sama Aqila.

"Nanti kan bisa aja beli pena di koperasi sekolah, kalau kelamaan aku bisa telat nih, " sekarang Aqila yang mulai resah.

Aqila itu orangnya plinplan ya, kadang dia menyebut dirinya aku, kadang - kadang Aqila, tapi sama juga sama aku sih.

"Loh, kok malah mikirin Aqila sih, " gumamku dalam hati.

"Tapi, pena itu pena berharga kakak tahu, itu hadiah dari teman kakak. "

"Ada apa sayang kok lama banget cari penanya, udah ketemu?" tanya Bunda yang tiba - tiba aja masuk ke kamarku.

"Belum Bun," balasku singkat nggak bersemangat.

"Yaudah Farah, nanti kan bisa beli di koperasi sekolah, nanti kalian terlambat loh," saran Bunda.

Masjid Pengikat RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang