🌹Chapter 8

155 29 6
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sebelum membaca cerita ini jangan lupa vote.

Happy reading

🕌

Siang ini hari tidak terlalu terik dan cuaca yang mendukung untuk aku, Falisha dan juga Aqila untuk pergi ke toko buku.

"Sha, Aqila kita berangkat sekarang aja ya, takutnya nanti kesorean."

"Oke," jawab Falisha dengan singkat tanpa panjang lebar.

"Siiip Kak," ucap Aqila dengan wajah yang tak sabar untuk membeli buku yang sudah lama
dinanti-nantikannya.

"Bun, Aqila berangkat dulu ya."

"Ya sayang hati-hati di jalan, jaga adik kamu ya."

Aku, Aqila dan Falisha salam kepada bundaku sebelum berangkat ke luar rumah.

Karena kami berangkat bertiga jadi kami berencana untuk memesan taxi online agar muat semunya. Untungnya Falisha sudah memesan dari tadi jadi kami tak perlu menunggu lama.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil tepat berhenti di depan kami. Aku, Falisha dan Aqila masuk ke dalam mobil dibagian jok belakang agar bisa duduk bersama.

Perjalanan kami menuju ke toko buku tak terlalu lama tapi karena sekarang hari minggu jalanan dipadati oleh kendaraan pribadi yang ingin pergi rekreasi dan sekedar refreshing. Seperti biasanya jalanan kota Bandung, tempatku tinggal ini selalu dipadati oleh kendaraan.

Ketika mobil yang kami tumpangi sudah memasuki jalan raya atau lebih tepatnya di pusat perkotaan, tidak jauh dari tempat lampu merah kami sekarang terlihat kerumunan orang yang sedang melihat sesuatu seperti telah terjadi sebuah kecelakaan.

Beberapa kendaraan yang lewat memilih untuk menepi dan melihat apa yang sedang terjadi namun, tidak sedikit pula kendaraan yang memilih tidak menghiraukan dan tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Saat kami mendekati tempat tersebut ada satu hal yang mencuri pandangan ku sebuah motor yang tergeletak di tepi jalan itu.

"Berhenti Pak," ucapku sedikit berteriak.

"Motor itu kayak motornya Kak Adam deh, tapi kayaknya nggak mungkin. Apa jangan-jangan...," gumamku yang langsung dipotong oleh Falisha.

"Kenapa Far, kok berhenti sih?" Falisha bingung dengan tingkahku.

"Sha, kayaknya itu motornya Kak Adam deh."

"Haa, kamu yakin Far?"

"Aku yakin banget Far, soalnya aku pernah naik motor itu." Aku langsung bungkam karena keceplosan ngomong sama Falisha.

"Apa!? Kamu pernah diboncengin sama Kak Adam?" Falisha mulai memasang wajah senyum rayuannya.

"Sha sebaiknya kita lihat aja yuk."
Aku langsung turun dari mobil.

"Pak, kami turun sebentar ya Pak," ucap Falisha sebelum keluar dan disusul oleh Aqila yang juga keluar.

"Ooh, iya neng," jawab sopir taxi sambil mengangguk setuju.

Kami bertiga menerobos kerumunan tersebut.

"Astagfirullahal'azim."

"Sha, Kak...kak Adam Sha," ucapku gemetaran dan tak terasa air mata turun dari mataku. Aku tak kuat melihat Kak Adam seperti ini.

"Pak, kenapa korban tidak dibawa ke rumah sakit?" tanya Falisha kepada salah seorang Bapak yang menolong Kak Adam.

Aqila yang mengikutiku dan Falisha berusaha untuk bersembunyi dibelakang punggungku, mungkin karena masih kecil jadi dia merasa takut melihat darah yang begitu banyak keluar dari tubuh Kak Adam yang terluka.

"Iya Dek, mobil ambulans akan segera sampai."

Baru saja dibicarakan oleh bapak itu bunyi ambulans yang khas dan familiar ditelingaku terdengar dengar jarak yang tidak terlalu jauh.

Semua orang bergegas untuk membantu mengangkat Kak Adam untuk dimasukkan ke dalam ambulans.

Aku yang melihatnya diam tak bergeming, kejadian ini terasa seolah mimpi buruk bagi diriku. Aku berharap bisa cepat-cepat bangun dari mimpi buruk yang mengusik ini, namun kenyataannya ini bukanlah mimpi tapi ini kejadian yang tak pernah kuharapkan. Namun, takdir yang telah dibuat oleh Allah Swt. tak akan bisa kita hindari sejauh apa pun kita menghindar jika kita ditakdirkan untuk terkena kecelakaan maka tak kan bisa bisa kita menghindar. Jika Allah Swt. tak mengizinkan kita untuk terjadi kecelakaan maka bagaimana pun cara kita untuk bunuh diri dengan kecelakaan maka tak akan pernah berhasil. Semua takdir hamba-Nya sudah ditentukan oleh-Nya sebelum kita diciptakan.

🕌

Terimakasih sudah membaca cerita ini. Sebelum keluar tinggalkan jejak dulu untuk author ya bisa dengan vote dan comment agar author semangat untuk melanjutkan kisah ini.

Syukron.

Masjid Pengikat RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang