Suara kukukan ayam tetangga menandakan malam telah berganti pagi. Sofie yang menyadari hal itu, enggan sekali bangun dari tidurnya. Jangankan untuk bangun, membuka mata saja sudah sangat berat.
Namun rencananya untuk melanjutkan tidur gagal, ketika Ayahnya iseng menggedor-gedor pintu kamar dari luar. Gedoran iseng itu sangat berirama. Seperti drumband agustusan.
"Ayah, berisik ih," teriak Sofie sambil menumpuk kepalanya dengan bantal.
Ayah sama sekali tidak menghiraukan teriakannya. Ayah malah semakin menjadi.
"Iya nih, aku bangun." Sofie bangkit dari tempat tidur dan tertatih menuju wc dengan mata setengah tertutup.
Lima belas menit berlalu, Sofie keluar dari wc. Ia mengenakan seragam batik sekolahnya yang berwarna biru bermotif burung hantu. Sangar memang. Namun, itu telah menjadi ciri khas sekolah peninggalan Belanda tersebut.
Ia keluar kamar untuk bersantap bersama pagi ini. Wangi Soto Padang buatan Ibunya, telah merambat ke seluruh antero rumah. Perut yang awalnya tidak terlalu lapar tiba-tiba langsung keroncongan.
Setelah menyelesaikan sarapan pagi, Sofie pun siap-siap untuk berangkat ke sekolah tercinta.
***
Langkah kaki Sofie terasa lebih berat ketika sampai di depan kelas. Ia melihat Lula, Silva, Delia, dan Jihan sedang berbincang-bincang dengan serunya."Woi, fi ngapai lu disana? Mau ajakin kita main petak umpet? " tiba-tiba saja Lula menyambar, sehingga Sofie sedikit kaget.
"Eh lul, paansih lu, gue baru nyampe juga." jawab Sofie sembari melangkah memasuki kelas.
Sofie menaruh tas hitam legendnya di bangku depan, lalu bergabung dengan keempat sahabatnya.
Tak seperti yang ia khawatir kan, keempat sahabatnya itu sama sekali tidak membahas malam tahun baru. Melainkan, membahas masalah percintaan yang sedang dialami Delia.
"Kok lu bisa putus?" tanya Jihan yang selalu saja peduli jika itu masalah hati."Gak cocok lagi, udah saling bosen," Jihan yang mengerti mengangguk mendengar jawaban itu.
Dan untuk beberapa waktu, mereka hanya diam terpaku dengan gadget masing-masing.
"HOAX! Kalian jangan percaya!"
Keempat sahabat dan beberapa murid yang berada di dalam kelas terkejut ketika suara cempreng Lula berhasil merusuhkan suasana.
"Kalian gak liat grup angkatan di line?" tanya Lula entah kepada siapa.
Detik itu juga para murid langsung membuka chat grup. Tidak ada yang mau ketinggalan satu berita pun.
"Yeee,kita dipulangkan!!" teriak salah satu murid dengan merdekanya.
"Pulang pulang pulang mantap jiwa."
Dan beberapa murid menyanyi bahagia.
Lula memegang kepalanya yang tidak pusing. Ia heran saja,kenapa para murid masih saja percaya. Padahal, hal-hal seperti ini sudah sering terjadi.
"Del, hayu kita ambil tas," Delia mendongakkan kepalanya ke arah Jihan yang sudah berdiri dari tempat duduk. Dan kemudian mengangguk.
"Lah, lu berdua mau kemana hah?" tanya Lula keheranan.
"Percaya sama gue, ini HOAX!" jelasnya lagi.
Lula menghentikan langkah kedua sahabatnya. Ia menarik Jihan dan Delia agar duduk kembali.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, diberitahukan kepada seluruh murid SMP N 1 UNGGUL BUKITTINGGI bahwa hari ini kegiatan belajar mengajar dilanjutkan di rumah masing-masing."
Belum selesai pengumuman tersebut, suara gaduh dan heboh sudah terdengar di seluruh antero sekolah.
Tidak terkecuali kelas Silva, Sofie,dan Lula."Lul, ini HOAX! Awas ya,kalau gua liat lu pulang." ejek salah satu murid kepada Lula.
"Enak aja, gue juga mau pulang." Lula menjawab perkataan Agung dengan wajah memerah. Ya Lula terlihat sangat malu atas perkataannya tadi.
Semua murid yang berada di kelas pun tertawa mendengar jawaban Lula.
"Yuk gaes, pulang. Tapi temenin gue sama Delia ke kelas dulu ambil tas." kata Jihan memimpin perjalanan menuju kelasnya.
***
Mereka masih berada di depan gerbang sekolah untuk menanti jalanan sedikit lengang. Maklum, sekolah mereka berada di pusat kota yang berhadapan langsung dengan jalan utama."Nyampe rumah gue mau packing manjahh, gue udah gak sabar untuk besok, " Lula seperti sedang berimajinasi. Mungkin, ia telah merencanakan kegiatan untuk malam itu.
"Fie, lu pergi kan?" tanya Silva yang sedari tadi memperhatikan kelakuan Sofie.
"Gue gak di bolehin geng, " Sofie menatap satu persatu sahabatnya.
"Maaf banget ya," timpalnya lagi.
"Gapapa kok fie, asalkan lu patuh mah," Jawab Delia yang direspon senyuman oleh yang lain.
Mereka semua terlihat paham dengan kondisi Sofie. Mereka tahu, ini bukan keinginan Sofie. Jadi, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
"Hei! Ini sahabatku, apa yang harus aku cemaskan. Mereka tidak akan meninggalkanku hanya karena itu bukan?"
Sofie menghembuskan nafas lega. Pikirannya sudah melalang buana entah kemana. Lain kali jangan begini.
Tunggu bagian selanjutnya ya :)
Vote di bawah :)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Close Friend (proses)
Historia CortaPeralihan monokrom hidup begitu jelas ketika kalian datang. Dan gelap gulita malam menjadi saksi kalian kembali hilang. Tak perlu aku berkutik untuk membuktikannya karena Alam semesta juga menjadi saksinya.