chapter 4 : study

322 26 0
                                        

Pagi sekali yoongi ingin rasanya mengutuk orang yang duduk di hadapanya. Ini gila masih terlalu pagi untuk belajar dan juga sang ayah yang tidak mendukung yoongi.

"Yak! Apa yang kau gunakan untuk menyihir ayah ku!"

Yoongi berbicara bebisik pada taehyung dengan penuh penekanan.

Malangnya saat taehyung ingin menyahut sang ayah sudah datang membawa sarapan pagi dan tas kerjanya sudah tersampir di bahunya.

"Ayah berangkat kau jangan nakal! Sarapannya dimakan, papai!"

Yoongi di tinggal berdua dengan taehyung atmosfir yang dirasakan taehyung adalah cangung sedangkan yoongi asik menguyah makanan dan tidak berangapan ada manusia lain di ruang tamu.

"Kenapa tidak dimakan? Kau tidak lapar? Itu mustahil bukan?"

Taehyung tersenyum samar
"Kau berisik sekali ya"

Taehyung mulai makan roti pangangnya tanpa selai sambil meminum kopi panas. Taehyung asik sekali memperhatikan mulut yoongi yang bergerak dimaju majukan seperti menggoda taehyung.

"Kau makan seperti itu?"

"Memang mau bagaimana?"

"Kau harusnya bukan melempar petanyaan"

"Aku tau tapi memang aku makan seperti ini, ada masalah? Kau tak nyaman? Memang aku pikirkan kenyamanan mu!"

Taehyung setengah gemas lihat kelakuan bocah ingusan yang nyolot.

"Kau makan seperti bayi, dan suaramu tidak sesuai dengan wajah mu yang imut"

"Wea! Aku tidak imut sialan!"

"Jangan mengumpat ini masih pagi"

Astaga! Apa maunya orang tua di depan yoongi sekarang. Apa dia mencoba akrab? Tapi sayang yoongi tentu tidak akan pernah akrab dengan taehyung keinginan bertemu dokter tampan itu saja tidak ada.

"Kau ini kenapa? Datang pagi pagi kerumah orang! Kan bisa lebih siang lagi tidak sepagi ini!"

"Aku ingin mengenal mu sebagai guru yang baik"

"Apa maksudmu? Kau ingin menguntitku seharian penuh!"

"Kenapa tidak?"

"Dasar kau seperti fedofil tau!"

"Asal kau yang aku pedofilin"

"Yak! Eoma...."

Yoongi lari kekamarnya dia frustasi sebenarnya dia dokter atau orang stress mana ada guru seperti itu. Apa dia seorang pcycopath? Ah... Yoongi frustasi sekarnag bagaimana caranya agar dia tidak di ikuti si dokter berkedok guru itu?

I wanna die now

"Yoongi! Ayo jalan jalan keluar kau butuh matahari makanyanya  pucat!"

Taehyung berteriak di depan kamar yoongi.

"Yak! Dari pada kau hitam!"

Taehyung menyender di pintu kamar yoongi cukup lama hingga pintu itu terbuka dan buat dirinya terjengkang jatuh.

"Yoongi! Kalau aku lumpuh bagaimana!"

Protes taehyung
"Biar. Nanti aku tak perlu melihatmu."

"Yak! Bantu aku, dasar anak durhaka! "

"Aku bukan anak mu!" Yoongi meyambar jaketnya di sofa dan keluar rumah. Persetan dia mau kemana yang penting tidak dekat dekat guru dokter tak waras bernama taehyung itu.

Yoongi benar bodoh... Dia harus kemana? Dia mana pernah kelayapan ke luar rumah.

Oh... Yoongi ke caffe seokjin saja.

Langkah terburu yoongi berjalan menuju caffe yang cukup jauh dari rumahnya. Cukup nekat untuk putuskan berjalan kaki tapi kan terserah yoongi.

Masuk berjalan mengabaikan bahwa caffenya baru ingin buka. Perempuan yang berseragam seperti pekerja disana saja protes tapi tidak di dengar oleh yoongi.

"Yak! Yoongi! Caffenya belum buka!"

"Nona berisik aku sedang setres tau"

Yoongi duduk di depan meja bar

"Hish! Kau harusnya kesekolah! Jangan membolos!"

"Dengar suran nona yang munggil aku tidak bolos tapi di scors"

"Wah... Kau gila! Berapa banyak masalah yang kau buat! Kau tidak cocok sama sekali jadi dokter kau lebih baik jadi preman"

"Kau sama menyebalkan dengan dokter gila itu!"

Yoongi menengelamkan wajahnya di lipatan tangan di atas meja bar.

"Dokter gila?"

Seokjin yang baru datang dari menganti kebetulan mendengar pembicaraan suran dan yoongi.

"Iya! Ayahku menyuruh sekolah mencarikan guru privat dan dokter gila itu yang menjadi guruku!" Seokjin menopang dagu di hadapan wajah yoongi.

"Jadi sekarang katakan yoongi, apa dokternya tampan?"

Yoongi mendonggak yang benar saja dia tengah stress dan bisa bisanya seokjin memikirkan pria tampan.

"Mana aku peduli!"

"Hei... Kau sudah lihat wajahnya kan?"

Suran menyaut ikut duduk di sebalah yoongi.

"Ya. Tapi apa pentingnya wajah bagiku."

"Bohong! Yoongi kau bilang kau realistis kau harus punya suami yang tampan dan kaya!"

Bantah seokjin

"Ahk... Aniya tidak dia juga dia tidak waras"

"Siapa yang menyuruhmu pacaran denganya"

Yoongi sukses memerah padam. Ah... Kenapa dia bisa kepikiran kesitu menijikan!

Seorang pria berpakaian rapih masuk ke caffe berdiri tepat di sebelah yoongi.

"Jadi kau ingin meneraktir kopi untuk ku?"

Seokjin dan suran cuman bisa diam karena wajah si pria tampan itu serta pertayaan yang di lontarkan si pria pada yoongi. Seokjin loading lama sekali untuk memahami ucapan pria itu.

"Oh... Aku tau kau! Dokter gila itu ya?"

"Nde?"

Yoongi menahan tawanya ketika ucapan polos seokjin terlontar.
"Anyi! Maksudku kau gurunya yoongi ya"

"Bagaimana kau tau?"

"Tadi yoongi bercerita pada kami"
Suran ikut masuk dan menyelak seokjin

"Oh... Kalau begitu aku mau ice amerikano"
Seokjin buru buru menyiapkan pesananya.

"Kau tidak minum yoongi?"

"Kopi hangat"
Jawab yoongi singkat.

Yoongi itu malas malas setengah mati. Malas sekali berfikir untuk menghindari si orang gila di sampingnya gini.

























Tebece

벌 서 12시 (gotta go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang