Chocolate Cheeks & Wings

4.3K 498 53
                                    

Jimin lagi lagi terbangun di kamar dengan bau 'woody'.
Bau yang membuatnya tenang.
Berbeda dengan bau Taehyung yang sedikit lebih manis, bau kamar ini sangat menenangkannya.

"Jadi, kau sudah mau cerita?"
Jungkook muncul dari kamar mandi dengan pakaian casual.
Air menetes dari ujung rambut Jungkook.
Wajah Jungkook benar benar menghipnotis Jimin.

Jimin menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan Jungkook. Ia masih belum sanggup bercerita kepada siapapun mengenai Taehyung.

Jungkook mendekati Jimin, menarik dagunya untuk menatap manik Jungkook.
"Hey.. Bagaimana jika aku memberimu penawaran?"

Jimin mengerutkan alisnya, "Penawaran?"

Jimin menatap mata Jungkook, ia benar benar terhipnotis.

"Cerita padaku mengenai masalahmu, aku akan akan menyelesaikannya, tetapi, bergabunglah denganku."

Nafas Jimin tertahan untuk beberapa detik, ia tidak mengerti dengan maksud 'bergabung'.
'Apa yang disembunyikan Jungkook?' batin Jimin.

Jimin memegang tangan Jungkook, menurunkannya dari dagunya.
"Maksudmu?"

Jungkook tersenyum, bukan tersenyum yang manis. "Bergabunglah dengan Black Rabbit."

Black Rabbit?
Jimin membelalakkan matanya, tidak pernah menyangka bahwa Black Rabbit benar benar ada.
Ia selama ini mengira Black Rabbit hanyalah omong kosong belaka untuk menakuti masyarakat.

Jimin menepis tangan Jungkook, menatapnya tak percaya.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Jeon Jungkook, ketua Black Rabbit. Salam kenal, Jimin."

Jimin tidak membenci fakta itu, disatu sisi, ia senang dengan fakta tersebut.
Ia bisa membalas dendamnya kepada Taehyung.

"Apa yang bisa ku lakukan untuk membalasmu?" Tanya Jimin, ia mulai tertarik dengan arah pembicaraan ini.
Mungkin dalam benak kalian, kalian bertanya 'Apa Jimin gila?'
Dia terkejut dengan fakta bahwa lelaki didepannya ini adalah ketua dari sindikat gelap yang ia pikir tidak pernah ada.
Tetapi dia tidak marah ataupun kesal.
Jika memang lelaki ini mau membunuhnya, lakukan saja. Lagipula, Jimin sudah tidak memiliki siapapun dihidupnya selain Taehyung, tetapi kini dirinya pun tidak begitu penting bagi Taehyung.

Jungkook tampak berpikir sejenak, "Kau hanya perlu disisiku, maksudku, menemaniku."

Kini Jimin menaikkan salah satu alisnya.
Menemani? Dalam artian sex?
Jimin tidak ingin menjual tubuhnya hanya untuk membalas dendamnya. Jika ia sampai menjual tubuhnya, maka ia sama saja seperti Taehyung.
Murahan.

"Jika kau ingin menjadikanku mainan sex milikmu, maaf saja, aku harus menolak tawaranmu. Jungkook-ssi, kurasa kebaikanmu sudah cukup banyak hingga hari ini, kita bisa melanjutkan pertemanan kita, aku akan melupakan percakapan hari ini." Jimin bangkit berdiri dan melewati Jungkook begitu saja.

Setelah kepergian Jimin, Jungkook tertawa.

"Sungguh luar biasa lelaki itu, dia jauh lebih mempesona dibanding Anna. Anna-ku sayang, aku menemukan penggantimu."

.
.

Sudah beberapa hari Jimin tidak bertemu Taehyung.
Pada nyatanya, Jimin lebih sering menghabiskan waktunya bersama dengan Jungkook. Jimin tidak peduli dengan Black Rabit atau apalah itu. Menurutnya, Jungkook adalah orang yang baik.
Jungkook peduli dengan Jimin. Ia mengantar Jimin tanpa diminta, mengantarkan makanan ke apartemen Jimin.
Tapi setelah Jimin pikir pikir, perilaku Jungkook sudah seperti perilaku seorang kekasih, ah.. lebih tepatnya, perilaku Taehyung sebelum bersama orang itu.

Stay The Night // KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang