"arkan,"
arkan menoleh, "eh, kenapa la?"
"pinjem buku kimia, boleh? hehehe" saut shilla cengengesan,
arkan terkekeh, "nih," jawab arkan sembari memberikan buku nya kepada shilla,
shilla tersenyum, "hehe, ntar gue balikin kalau udah beres!!!" semangat shilla sembari menuju tempat duduknya,
arkan masih terkekeh, bisa-bisanya shilla bersikap seperti ini didepan seorang arkana mahaprana.
🍒
"arka–"
"yuk, ke kantin" tarik rania kepada arkan menuju kantin,
padahal niat shilla mau balikin buku kimia-nya arkan, karena arkan nya pergi ke kantin bareng rania, jadi shilla urung niatnya nanti aja, sesudah jam pelajaran terakhir selesai.
"SHILLA PRATISTAAAAA!!!!" teriak yang tidak lain adalah shamira.
"berisik miraaa!!!" yang ditegur cengengesan aja. kebiasan.
"eh btw, katanya hani lagi deket sama si ardhan tuh?" tanya shilla yang diangguki oleh mira, "iya emang, udah ayo buruan ntar tanya kejelasan nya sama hani di kantin"
saut mira sambil menarik tangan shilla menuju kantin dengan sedikit berlari.
dug!
"hahhh, capek" keluh mira sambil sedikit menggebrak meja kantin yang ditempati oleh hani.
"lu berdua kenapa lari-lari, deh? padahal kan makanannya udah gue pesenin" bingung hani, ia mengira shilla dan mira berlari karena takut tidak kebagian makanan, padahal bukan.
"bukan itu han, shilla katanya kepo soal lo sama ardhan"
"ih, kapan gue bilang kepo nya, deh???" protes shilla. "alah, padahal pengen tau juga kan?" shilla cengengesan.
hani yang liat dua sahabatnya ini cuman ketawa, kenapa hani bisa betah ya punya sahabat absurd macem shilla sama mira.
"makan dulu deh, ntar gue ceritain sambil makan" saut hani. "hani doang emang yang pengertian sama gue" saut shilla.
"yah kasian, si doi ga ngertiin lo emang?" tanya mira. "si doi siapa, shamira???"
"itu si arkan, lu berdua kayaknya sekarang jarang ngobrol, ya?" shilla mengangguk,
"eh gue mau cerita dong" saut shilla. mira mengangguk antusias, "kenapa kenapa???"
dasar, mira emang ratunya gibah. semangat banget kalau ada yang cerita.
"masa ya, kan waktu itu arkan minta gue temenin ke toko buku buat beli komik katanya"
"eh ketemu rania, gue liat rania peluk arkan masa. gue kan ngerasa jadi nyamuk ya, yaudah gue pamit pulang. tapi arkan cegat gue, terus dia bilang katanya gamau gue cemburu jadi dia ngejar gue dan ngebiarin rania yang jelas-jelas neriakin nama nya. aneh gak sih?"
puk!
"ih bego! arkan suka lo tau, kok lo gapeka sih, la?" gebuk mira diatas tangan shilla.
"ya allah shilla!!! kok gue greget sama lo, sih??? nih ya, kalau gue jadi lo udah gue pepet tuh, mumpung lagi peka" kesal hani.
"padahal kan–"
"padahal kan lo suka arkan, la! kenapa mendadak bego, sih?"
"eh? emang keliatan banget, ya?" tanya shilla atas ucapan mira tadi.
mira maupun hani ngangguk-ngangguk sambil ngunyah makanannya.
"ih, miraaa maafin" saut shilla. mira terkekeh, "santai aja la, gue udah move on ini"
"oiya han, lo kan mau cerita, ih!"
🍒
pelajaran terkahir udah beres, shilla mau ngembaliin buku arkan, tapi diliat arkan nya udah gaada dikelas. jadi shilla susul keluar berharap arkan masih ada.
dan ya, shilla liat arkan lagi jalan ke parkiran.
shilla niat manggil arkan, tapi gajadi. pas diliat arkannya lagi ngobrol sama rania. jadi shilla samperin aja mereka berdua.
shilla bisa denger rania minta arkan anterin dia pulang, katanya rania buru-buru.
tapi arkannya nolak, gatau kenapa.
"kalian–lagi ngobrol, ya?" tanya shilla menatap keduanya bergantian,
grep!
"udah ada shilla, gue duluan" saut arkan menggenggam tangan shilla, shilla nya bingung, arkan kenapa?
"hah–gue kan cuman mau bal–"
"udah ya, gue ada urusan sama shilla. lo pulang sendiri aja" saut arkan kepada rania dan meninggalkan rania disini.
shilla bisa liat, raut wajah rania gaenak banget. keliatan banget kesel nya.
"kan–gue cuman mau balikin buku kimia punya, lo"
arkan senyum, "gapapa, sekalian gue anterin pulang, yuk"
shilla masih natap arkan bingung.
🍒
bandung, 3 juli 2019
©Sei, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] SESAK RAHARJA
Fanfiction❝Mungkin kata Tere Liye benar, cinta dalam diam hanya berkutat pada spekulasi sendiri.❞ Starting with, Lee Jeno & Park Xiyeon. © Sarasloka, 2019.