Aisyah menemukan kontrakan yang pas untuk dirinya, dekat dengan jalan raya dan masih sejuk karena berdekatan dengan taman.
"Nah, berhubung lo udah nemu kontrakan Iqbang pulang ya?" Ucap Iqbaal.
"Iya, makasih sahabat kampret gue!" Ucap Aisyah nyengir.
"Ck! Kebiasaan lo ca.." Ucap Iqbaal.
"Eh, Bang gue minjem sepeda lo boleh kan?" Tanya Aisyah. Bukan sepeda motor, namun sepeda kayuh.
"Boleh.. Besok gue bawain ya, sekalian jemput lo ke sekolah.." Jawab Iqbaal.
"Siap sahabat kampret ku hehe." Ucap Aisyah.
Aisyah segera masuk kedalam kontrakannya. Aisyah tersenyum miris, nasibnya selalu seperti ini. Kontrakan Aisyah tergolong biasa. Hanya ada satu kamar dengan kasur yang belum bisa dibilang mewah. Ruang dapur yang kecil namun rapi dan ruang tamu yang tidak terlalu luas dengan cat warna biru.
"Uang gue tinggal segini.. " Gumam Aisyah memandangi lembar uang.
"Gue harus kerja! Kalau gue ngga kerja gue mau makan apa, mau sekolah pakai apa?" Gumam Aisyah sendiri.
"Pokoknya gue harus buktiin ke mama sama papa, gue bisa tanpa mereka!" Ucap Aisyah menyemangati dirinya sendiri.
Waktu yang berjalan cepat membuat hari lekas gelap. Aisyah membeli peralatan masak dan bahan masakan.
"Makasih mba.." Ucap Aisyah beranjak dari warung dekat kontrakan. Baru beberapa langkah ia pergi, ada insiden tak terduga di jalanan. Seorang pengendara motor di srempet oleh mobil.
Brak!
Suara nyaring itu membuat Aisyah terkejut, begitu pula warga sekitar. Aisyah menatap pengendara itu, seragamnya? Seragam sekolahnya juga. Akhirnya Aisyah menghampiri pengendara yang terduduk menahan sakit.
"Lo... Lo ngga apa-apa?" Tanya Aisyah. Pengendara itu mendongak.
"Elsa..." Lirih pengendara itu.
"Ari." Gumam Aisyah, ia segera membantu Ari berdiri, keadaan Ari lemah. Kakinya yang lecet membuat Ari berjalan terpincang-pincang.
"Mba.. Temennya?"
"Bawa aja mba, tolongin kasihan.."
"Kasihan ya.."
"Pacar nya kali.."
Begitulah gumaman para warga yang mengerubungi Ari.
"Ri.. Lo ikut gue ke kontrakan gue ya.." Ucap Aisyah.
"Iya.." Ucap Ari.
Hati gue! Kenapa jadi deg-deg an, jadi gugup- pikir Aisyah
"Lo tunggu disini sebentar ya.." Ucap Aisyah, membantu Ari duduk di sofa kontrakan.
"Thanks ya.." Ucap Ari tangannya mencekal lengan Aisyah yang beranjak.
Kok jadi awkawrd gini!- pikir Ari
"Iya, santai aja.." Ucap Aisyah tersenyum.
"Gue ke belakang dulu.." Ucap Aisyah. Ari tersenyum, ia memandangi ruangan itu. Kecil dan kenapa Aisyah tinggal disini?
"Sorry.. Gue cuma ada teh anget aja.." Ucap Aisyah kembali dengan secangkir teh hangat dan kotak P3K.
"Ngga apa-apa kali.." Ucap Ari.
"Yaudah, gue obatin ya luka lo biar ngga infeksi.." Ucap Aisyah seolah meminta izin.
"Iya.." Ucap Ari. Aisyah mendekat kan dirinya dengan Ari. Aisyah mengobati siku Ari dengan teliti dan hati-hati.
"Ssh.. Pelan syah." Ucap Ari meringis.
"Ini udah pelan..." Ucap Aisyah. Matanya bertemu dengan mata Ari.
"Jangan dilihat aja..." Ucap Ari menoel hidung Aisyah. Ekspresi Aisyah sangat menggemaskan dimata Ari.
"Hidung gue!" Ucap Aisyah merengut. Ia kembali mengobati luka Ari.
"Selesai.." Ucap Aisyah.
"Thanks ya." Ucap Ari.
"Iya, santai aja.." Ucap Aisyah.
"Elsa.. Kaka lo mana?" Tanya Ari hati-hati.
"Di rumah.. Gue diusir sama keluarga gue sendiri.." Ucap Aisyah tersenyum tak ikhlas.
"Setega itu keluarga lo sama lo?" Tanya Ari tak percaya.
"Iya.." Jawab Aisyah menunduk.
"Elsa.. Lo tenang aja, gue bakal ngelindungin lo dari siapapun.. Lo masih punya gue kok.." Ucap Ari. Entah mengapa tiba-tiba ia ingin melindungi gadis itu.
"Thanks.." Ucap Aisyah.
"Sama-sama.." Ucap Ari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Takdir
Fanfiction"Gue bukan Elsa ih!" Aisyah. "Itu panggilan sayang gue ke lo.." Ari -***-