OO

27.3K 2.8K 800
                                    

–––

Ini pertemuan keduanya setelah malam itu.

Sebelumnya kedua remaja itu tak saling mengenal, tepatnya si manis Kang males berurusan dengan berandal kampus.

Minhee tak peduli dengan kejadian sebulan yang lalu. Ia sudah melupakan dan benar-benar akan melupakannya.

Cukup sekali saja ia mendapatkan mimpi buruk itu.

Ck, si brengsek itu.

Kedua pasang mata mereka tak sengaja bertemu dalam seperkian detik. Sorot tajam si pemuda seberang melemparinya tatapan sinis dan smirk menyebalkan, padahal dirinyalah yang bersalah.

Minhee sempat mengurung diri selama seminggu setelah insiden sialan itu. Dimana dirinya tiba-tiba terbangun dengan keadaan naked bersama salah satu kakak tingkat yang diundang Yuvin malam itu.

"Mini, kamu sakit ya?" pertanyaan lirih Wonjin berhasil membuat Minhee terkesiap dari lamunannya.

"Huh, eung– nggak." Minhee senyum tipis.

Sebenarnya ia tidak dalam kondisi yang cukup baik sejak pagi tadi. Tubuhnya lemes banget sehabis mengeluarkan seluruh isi lambungnya. Minhee memuntahkan setiap makanan yang masuk ke perut. Dan itu benar-benar menyiksanya karena harus bolak-balik ke kamar mandi. Tenaganya seolah tergerus habis. Beberapa kali ia juga sempat ambruk di toilet sekolah.

"Wajahmu pucet banget, aku anter ke uks ayo." Wonjin menggenggam sebelah tangan Minhee yang bebas.

"Gak usah, lebay banget kamu. Aku cuma masuk angin gak usah sekhawatir itu zeyenk, buruan habisin makananmu, aku ke toilet bentar."

Minhee beranjak dari duduknya dan bersiap meninggalkan meja kantin sebelum tubuh tingginya limbung dan berakhir gak sadarkan diri.

"KANG MINHEE!!" lengan Wonjin sampe terantuk pinggiran meja saat hendak mendekati sang sohib yang terkapar di bawah kakinya.

Kontan saja anak-anak mengerubunginya setelah pekikan panik Wonjin menarik atensi mereka.

Wonjin langsung menangis sambil meneriakan nama Minhee berulang kali. Menepuk-nepuk pipi dan mengguncang pelan bahunya.

"Woi, bantuin napa anjir, hiks."

Anak-anak tak kalah panik melihat si jenius Kang mendadak pingsan di kantin. Padahal beberapa menit yang lalu tawa dan omelannya masih terdengar berisik di indra pendengar mereka.

"Yak, Minhee kenapa?" si cerewet Pyo menghampiri Wonjin bersama kedua temannya.

"Aku tidak tau, minta tolong bantu aku bawa Minhee ke uks Pyo."

"Kurus kek kita mana bisa bawa tubuh setinggi Minhee, Jin, mending kamu aja dah Seong." Dongpyo menoleh ke si pemuda minim ekspresi.

Tadi dia gak mau ikut nyamperin kek yang anak lain lakuin, tapi Dongpyo memaksa dan menyeretnya berbaur–– mengerubungi Minhee.

"Kok gue, Hangyul aja tuh. Gue ada kelas habis ini, duluan ya gaes." Yunseong gak peduli, dia tetap jalan mengabaikan permintaan Dongpyo.

"Dasar, yak Hwang Yunseong. Bener-bener dah tu anak." geram Dongpyo. Lalu merengek ke Hangyul untuk membawa Minhee ke uks.

–––

Minhee kembali menutup mata saat rasa pusing masih menyerang kepalanya. Disusul rasa hangat menyapa kulit punggung tangannya, merasakan genggaman erat seseorang.

"Lama banget ya aku tidurnya, hehe."

"Gak lucu."

"Ya maaf." Minhee mempout.

"Minhee, sapa yang udah nidurin kamu? Jujur Kang Minhee."

Yang ditanya mendengus kesal. Baru juga bangun, bukannya ditanyain kondisinya malah ditanyain kek gitu.

"Kamu apaan sih Jin, nanya kek gitu."

"Plis, Mini."

"Apasih. Memangnya aku kenapa?"

"Kamu hamil bodoh."

"Jangan bercanda, gak lucu. Memangnya aku perempuan."

"Iya juga sih, tapi kenapa dokter Kim bilang kamu ini mungkin hamil yah, ah lupakan saja. Sekarang gimana kondisimu, udah enakan?"

"Masih pusing dan mual."

Minhee berusaha menepis celotehan konyol Wonjin dari kepalanya meski perasaan takut terus merambati pikirannya.

Tidak mungkin bukan jika ia hamil.

Tapi bagaimana jika itu benar.

Minhee mengalami semua gejala yang dirasakan oleh beberapa ibu hamil.

Dan dia seorang mahasiswa kedokteran.

Sialan.

Tolong hentikan niat Minhee untuk melakukan tes urin.

..

"Maaf, bisa ikut aku sebentar? Gak akan lama, janji."

Minhee mendatangi kelas si pemuda brengsek.

Terpaksa dia tuh.

Setidaknya dia harus memberi taunya.

"Satu menit."

"Aku hanya butuh sepuluh detik."

Minhee jalan duluan disusul Yunseong.

"Mau ngomong apaan, gue gak punya banyak waktu."

Kedua mahasiswa beda fakultas itu berada di ruangan teater. Minhee duduk sedang Yunseong berdiri.

"Aku hamil anak kamu, brengsek."

"Oh."

"Kok reaksimu begitu, kek gak ngerasa bersalah."

"Ya terus, kamu memintaku untuk bertanggung jawab dan menikahimu? Ck, maaf aku belum siap, dan siapa kamu? Lagipula aku tidak sadar saat melakukannya."

"Aku juga gak sudi kembali berhubungan denganmu, tenang saja aku bersumpah tak akan meminta pertanggungjawabanmu."

"Kalau begitu cepat gugurkan."

"Sebelum kamu memintanya, aku sudah berencana akan melenyapkannya."

"Terus ngapain kamu bawa aku kesini?"

"Aku melupakan sesuatu."

"Apa?"

PLAK!!!

Minhee menampar keras pipi Yunseong.

"Yak, kamu udah gila ya?"

"Kamu yang bajingan."



















Hehe,,, mohon dukungannya hiks, masih amatiran :'(

NGIDAM ; hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang