OVI

11.9K 1.9K 325
                                    

"Mini apaan sih, ngapain ditangisin segala. Laki berengsek kek dia gak pantes dapetin kamu, dasar cengeng." Minhee memarahi kebodohannya. Genangan air di pelupuk terus meluruh tanpa bisa dia tahan. Hatinya meraung menyuruhnya untuk tidak menangis. "Ada apa dengan mataku astaga,," Minhee buru-buru mendongak ketika air mata semakin deras membanjiri pipi gembilnya. "Kang Minhee, plis. Jangan menjadi bodoh karena dia." jemari kurusnya bergerak cepat menyeka air mata.

Ngomong-ngomong liburannya tinggal tiga hari lagi.

Dan selama empat hari itu Minhee menghabiskan seluruh waktunya bersama Yunseong. Sejenak Minhee melupakan masa sulitnya ketika ia kembali ngidam yang aneh-aneh. Yunseong akan memanjakannya setiap kali dia merengek pengen ini itu.

Argh, Minhee akan merindukan perlakuan manis Yunseong.

Bagaimana mungkin dia tidak mencintai si berengsek Hwang jika perhatian Yunseong selalu membuatnya terlena 😭

Jarum jam terus bergulir hingga langit sepenuhnya menggelap. Minhee masih betah menangis, berteman dengan selembar selimut yang membuntal tubuh gembulnya. Mengabaikan rasa lapar yang terus merongrong. Pada trimester pertama nafsu makan bumil memang suka meningkat drastis, dan Minhee mengalaminya sekarang.

Kasian sebenarnya dedenya belum mendapat asupan apapun semenjak sore tadi. Minhee melupakan kehidupan lain dalam dirinya, ia sibuk menangisi Hwang sialan itu.

"Huwee,,,"

Kan, nangis lagi.

Makanya jangan mengingatnya Kang Minhee, bodoh banget sih dibilangin
😣

Itu mas raden yang menasehatin.

Malam ini juga Minhee merengek minta pulang ke Mogu.

Sore tadi, sehabis pulang dari jalan-jalan ke kebun teh, Donghyun tiba-tiba berlari kearah Yunseong dan memeluknya di depan Minhee. Si mungil Keum mengatakan kalau ia merindukannya dan nekat menyusul Yunseong kesini bersama pengasuhnya.

Minhee awalnya baik-baik saja melihat adegan pelukan itu, tetapi tak lama dirinya tersentak ketika Yunseong melepaskan genggaman tangannya dan menyambut pelukan Keumdong.

Minhee gak akan menyalahkan siapapun karena Yunseong memang bukan miliknya. Sebisa mungkin ia menyamarkan getaran bibirnya ketika air mata terus mendesak keluar. Ia pura-pura tersenyum padahal dadanya sesak, kemudian menyapa Donghyun.

"Besok subuh saja ya, aku janji bakal anterin kamu pulang." Mogu berusaha nenangin Mini yang makin sesenggukan.

"Kalau kak raden gak bisa, Mini bisa pulang sendiri."

"Ini sudah malam Mini, jangan bebal."

"Aku pengen pulang kak, hiks." Minhee mewek lagi. Mogu sampe kelabakan musti ngapain.

Si manis menunduk, menyembunyikan muka bengkaknya setelah menangis seharian.

"Besok ya dek, lagipula kakak gak enak sama anak-anak kalau kita pulang duluan, dan juga siapa kemaren yang ngebet pengen ikut coba?"

"Mini." jawabnya, memberengut.

"Nah, tuh tau."

"Tapi aku tetap pengen pulang kak raden."

"Gimana kalau jalan-jalan saja?"

"Mager."

"Beli sate, mau?"

"Mau."

"Ck, kau ini. Dasar bayi."

Mogu tertawa renyah sebelum meraih punggung kurus Minhee dan memeluknya, gemas.

NGIDAM ; hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang