2

39 6 5
                                    

Ara seakan menulikan kedua telinga miliknya. Ia tak peduli dengan omongan orang yang sekarang sedang membicarakannya dari belakang. Ia tak peduli kalau dibilang 'alay', 'lebay', 'baperan' atau semacamnya.
Intinya sekarang dia ingin sendiri dan jauh dari cowok yang cuek itu.

"Permisi bu, saya mau ijin ke toilet" ucap Ara kepada bu Asmi yang di jawab dengan anggukan.
Ara sekarang mulai menjauh dari pandangan Revano. Kelas pun menjadi hening sebelum bu Asmi kembali memulai mata pelajaran.

***

"GUE UDAH GILA!!"
"Ngapain harus pakai nangis sih? Bego ah Ara lo bego banget. Setelah ini muka lo mau dikemanain!" Ara berbicara dengan bayangan nya sendiri lewat cermin. Seakan cermin adalah teman curhat nya yang tak akan pernah menusuk nya dari belakang walau ia bercerita beribu kisah dengannya.

Sekarang Ara terus - terusan membasahi wajah mungil nya. Sampai seragam yang ia kenakan sekarang hampir basah total.
Saat Ara ingin mengambil tisu. Ternyata yang di dapatnya adalah sekotak tempat tisu yang kosong.
"Sial" akhirnya umpatan terlontar dari mulut Ara.

Ara mulai berjalan keluar dari toilet sekolah sambil mengusap seragamnya yang basah berharap agar kering walau sebenarnya percuma.
Saat dia berbelok ke arah kooridor ia mendapati Renavo sedang berdiri dengan tubuh nya yang tersandar di dinding sekolah.

"Astagfirullah"
"Lo ngapain di sini?" Tanya Ara.
Revano hanya diam sambil memperhatikan setiap gerak Ara.
"Lo tau dari mana gue ada disini?"
"Temen lo dari tadi histeris karena lo tiba - tiba ngilang. Dan gue ga sengaja dengar kalau lo ijin ke wc" jawab Revano.
"Ada perlu ap—" kalimat Ara dipotong oleh Revano.
"Nih" Revano melempar jaket milik nya kepada Ara dan tidak memperdulikan pertanyaan dari
Ara.
Setelah memberikan jaket, Revano pergi meninggalkan Ara sendirian di kooridor yang sepi.
"WOY, main tinggal - tinggal aja. Ini jaket buat apa?" Teriak Ara agar suaranya terdengar oleh Revano yang sudah berjarak darinya.
Revano melambaikan tangan walaupun ia tak berbalik menatap Ara dan tetap berjalan lurus kedepan meninggalkan Ara.

Dari kejauhan Ara berteriak lagi.
"GUE BUANG AJA JAKET LO!"
Setelah puas berteriak Ara berjalan dengan arah yang bertolak belakang dengan Revano.

                            ***

"Jaket ini gue buang aja gak ya?"
Ara sekarang berada di depan tong sampah yang berada jauh dari kelasnya. Ara berbicara pada dirinya sendiri karena bimbang antara mengantar pulang jaket milik Revano atau membuangnya.

"Ah bodo emang gue pikirin"
Saat hendak memasukkan jaket milik Revano. Ara terlihat ragu.

"YA AMPUN ARA, LO DARI TADI GUE CARIIN!! SAMPAI - SAMPAI GUE IJIN DARI MAPEL NYA BU ASMI DEMI LO!"
Teriak Keira yang tiba - tiba berada di samping Ara. Yang membuat ara kaget dan spontan melepas genggam jaket Revano. Jaket milik Revano lepas dari genggaman Ara dan masuk ke dalam tong sampah.

"KEIRAAAA!" Teriak Ara.
"Lo ngagetin gue, sumpah."
"Hehe, maaf habis nya lo tiba - tiba ngilang kan gue jadi—" kalimat Keira dipotong oleh Ara.
"WHAT!! JAKET NYA JAKET NYA" teriak Ara yang spontan membuat bingung Keira.
"Apa - apa?? Jaket apa?"
"JAKET NYA NYEMPLUNG DI DALAM TONG SAMPAH"

Ara semakin histeris. Sebab awalnya ia memang berniat untuk membuang jaket itu namun ia berubah pikiran dan sekarang jaket itu malah berakhir di tempat sampah.

Dengan sangat terpaksa Ara mengambil jaket milik Revano dari dalam tong sampah.
Jaket Revano yang semula bersih dan wangi kini sudah berubah menjadi sangat kotor dan pastinya bau tidak sedap.

Saat Ara berhasil mengeluarkan jaket itu dari tong sampah. Dan Mereka refleks menutup dihidung mereka agar bau yang berasal dari tong sampa tidak sampai masuk ke indra penciuman mereka.

please,hug meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang