Okeysip mulai😁
.
.
.
.
.
.
."Jangan menangis!" bentak Donghae pada Minhyuk.
"Kau tak boleh menunjukan kelemahanmu pada orang lain," imbuh pria itu lagi.
Minhyuk yang tengah sesengukan mengigit bibir bawahnya, mencoba menghentikan tangisnya meski hal itu sia-sia.
"Dengarkan Hyung." Tangan besar Donghae meremas bahu Minhyuk keras.
"Selama Hyung pergi, kau harus belajar dengan baik. Kau harus menjadi si nomor satu karena tanggung jawab besar perusahaan ada di tanganmu. "
"Hyung, aku tak bisa melakukan itu."
"Kau bisa! Dan harus bisa! Aku tak mau dengar alasan apa pun."
"Tapi Hyung ...."
"Jangan ucapkan tapi Minhyuk-ah, hanya lakukan yang hyung katakan!"
Minhyuk kini menunduk dalam, tak berani beradu pandang dengan Donghae yang menunjukan raut emosinya.
"Hyung takkan pergi lama, setelah Hyung menyelesaikan pendidikan dan jadi lebih kuat, Hyung akan kembali dan kita bisa tinggal bersama lagi."
Bisa Minhyuk rasakan tangan besar Donghae yang mengusap lembut surai miliknya, namun entah kenapa hal itu justru tak menyisakan rasa nyaman di hati Minhyuk sama sekali.
~
Minhyuk terduduk dengan napas sedikit tak beraturan. Mimpi itu lagi, selalu sama setiap ia merindukan sosok sang kakak. Sembilan tahun lamanya ia menunggu, tetapi sama sekali tak ada tanda-tanda jika ia akan kembali.
Ia bahkan nyaris lupa bagaimana rupa Lee Donghae saat ini, jika saja ia tak menyimpan selembar foto yang mereka ambil saat terakhir bertemu.
Diliriknya alarm yang berada di atas nakas. Pukul 09.35 A.M, sepertinya ia bangun kesiangan hari ini. Padahal di hari Minggu seperti ini biasanya Kihyun akan mengajaknya jogging. Apakah bocah itu meninggalkannya?
"Ah, mungkin dia baru bersiap," gumamnya lantas beranjak menuju kamar mandi, apa lagi jika bukan mencuci muka dan bersiap untuk jogging.
Kini dengan wajah yang lebih segar dan apik dari sebelumnya. Kaus putih lengan pendek dengan bawahan celana training kesukaannya kini sudah melekat di tubuh yang bisa dibilang ramping itu. Bocah itu berlari kecil menuruni tangga dengan riang. Langkahnya semakin bersemangat kala mendapati sosok cantik tengah berdiri membelakanginya dan tanpa ada sedikit pun keraguan, Minhyuk memeluknya dengan hangat.
"Selamat pagi, Bibi," sapanya mempererat pelukannya.
"Aigoo, aigoo. Pagi, Minhyuk-ah. Ada apa, heum? Kau mimpi buruk lagi?" Nyonya Yoo yang sudah paham perangaian keponakannya itu pun bertanya.
"Di mana Kihyun?" Tak menjawab pertanyaan sang bibi, bocah itu malah melayangkan pertanyaan.
"Kihyun, dia ada di kebun belakang bersama pamanmu. Sepertinya sedang menanam tanaman baru lagi. Pergilah, dia sudah menunggumu," tukas Nyonya Yoo maklum.
Tak ada sahutan dari pemuda husky tersebut karena dirinya sudah melesat ke tempat yang dimaksud tepat setelah wanita paruh baya itu selesai berucap.
"Kihyun-ah, ayo! Aku sudah siap." Minhyuk berteriak bahkan sebelum dia sampai ke kebun keluarga.
Di lain sisi, Kihyun yang tengah berjongkok dengan sebuah sekop di tangan kanannya mendongak dan bersitatap dengan sang ayah, meminta persetujuan. Dan tanpa bersuara, Tuan Yoo mengangguk diikuti senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY [END]
Fanfiction🔒𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🔒 #sickstory #brothership #family #angst . . Ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, Lee Minhyuk harus tinggal dengan paman dan bibinya. Sepasang orang baik yang mau merawatnya seperti anak send...