SEPULUH

653 82 14
                                    

🌸🌸🌸

"Woah ... indah sekali!" Seru Minhyuk begitu kakinya menapak di atas putihnya pasir pantai.

Seakan tak puas dengan lembutnya pasir pantai, anak itu langsung berlarian ke sana ke mari menikmati angin segar yang ada. Mengabaikan tiga orang yang menatapnya heran.

"Sepertinya aku salah mengajaknya ke pantai. Memalukan sekali," gumam Donghae saat menyadari tingkah bar-bar Minhyuk yang berteriak sepanjang pantai.

Beruntung kawasan ini merupakan daerah pribadi milik Donghae lengkap dengan penginapannya. Jadi dia tidak harus menanggung malu melihat orang-orang membicarakan tingkah bar-bar Minhyuk di sepanjang pantai.

"Tidak ada yang salah. Minhyuk memang membutuhkan hiburan semacam ini, kau terlalu banyak menekannya. Biarkan dia mengistirahatkan pikirannya barang sejenak," balas Ara yang berdiri di samping Donghae.

Di sisi lain terdapat Changkyun yang ternganga dengan tingkah Minhyuk.

"Ini kali pertamaku menginjakkan kaki di pantai Korea. Tapi mengapa seakan dia yang bertingkah seakan tak pernah datang ke pantai?" gumam Changkyun terheran.

"Ya! Changkyun-ah. Kemarilah, lihat burung-burung itu. Ayo kita dapatkan satu," teriak Minhyuk dari kejauhan.

"Hyung? Noona?" Changkyun menoleh pada Ara kemudian Donghae, meminta ijin.

Donghae mengangguk. "Pergilah, temani dan awasi dia. Jangan pergi terlalu jauh, beberapa sudut pantai memiliki area berbahaya dan di ujung utara adalah daerah pegunungan. Aku tak mau kalian pergi ke sana, itu masih daerah hutan murni yang mungkin ada kemungkinan serangan binatang buas," tutur Donghae terperinci.

Changkyun lantas mengangguk. Dia paham apa yang dikatakan Donghae dalam sekali dengar.

"Baiklah, aku pergi dulu," ujarnya kemudian berlari pada Minhyuk yang sudah berulang kali memanggil namanya.

"Bisakah kita juga menikmati liburan ini?" Donghae berujar dengan tangan melingkar di pinggang Ara.

Ara tersenyum. "Baiklah. Dengan memasakkan makan siang untuk mereka," balasnya kemudian berlalu menuju penginapan. Meninggalkan Donghae yang yang kini mendengus kesal.

*

"Apa yang kau lakukan, Hyung?" tanya Changkyun begitu melihat Minhyuk berjongkok di antara batu karang yang tak sepenuhnya terisi air.

"Mencari cangkang kerang," sahut bocah itu masih sibuk meneliti sela-sela batu karang.

Changkyun ikut berjongkok. "Untuk apa? Jika ingin menjadikannya kerajinan. Kita bisa membelinya di toko."

Mengangkat kedua bahunya serentak, Minhyuk pun menjawab, "Hanya ingin saja. Aku mau mencari yang tercantik dan membawanya pulang." Ia melanjutkan aktivitas.

Changkyun sendiri sampai sekarang masih heran dengan Minhyuk. Bukannya tak peka, Changkyun paham betul bagaimana hidup anak itu selama ini. Diasingkan dari lingkup sekolah yang merupakan satu-satunya dunia menyenangkan para pelajar dan diacuhkan oleh sosok yang disebutnya kakak. Namun, mengapa Minhyuk selalu memancarkan aura bahagia? Seakan semua itu tak masalah baginya. Jika saja Changkyun berada di posisi itu, dia tak yakin dia masih bertahan dalam kewarasan. Menghilang dari dunia mungkin lebih baik dari pada ekistensinya tak diakui.

"Kenapa diam? Bantu aku mencari cangkangnya," seru Minhyuk begitu menyadari sang lawan bicara terhanyut dalam lamunan.

"Ah ... baiklah. Aku ikut saja." Changkyun mengangguk kemudian ikut terlarut dalam kegiatan yang sama dengan Minhyuk.

STAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang