Pagi yang cerah usai peristiwa tak menyenangkan semalam. Minhyuk sudah berdiri di depan cermin sembari menatap bagian lehernya, bekasnya sudah lumayan memudar jadi dia tidak perlu repot-repot untuk menyembunyikannya.
"Kau tampan, hanya saja sedikit menyedihkan, ya?" ucapnya pada bayangan diri yang terpantul dari cermin.
Minhyuk pun menarik nafas dalam-dalam berharap hal itu bisa menghilangkan rasa sesak yang menaungi hatinya. Cukup lama ia melakukan hal tersebut, hingga ketukan pintu mengalihkan fokus remaja bermarga Lee tersebut.
"Masuklah," tukas Minhyuk sambil mengarahkan tubuhnya membelakangi cermin.
Kepala Changkyun menyembul dari balik pintu yang terbuka, membuat Minhyuk segera menarik seulas senyum di wajahnya.
"Hyung, kau sudah selesai bersiap?" tanya Changkyun kepada Minhyuk.
Memutar tubuhnya sambil merentangkan tangan, Minhyuk masih mempertahankan senyum terbaik di wajahnya.
"Kau bisa lihat bukan, aku sudah lebih dari siap."
"Kalau begitu ayo turun dan sarapan." Ajak Changkyun tanpa basa-basi.
"Apa ...." Minhyuk menggantungkan kalimatnya. "Apakah ada Donghae Hyung juga?" tanyanya kemudian.
Changkyun menggeleng pelan. "Tidak, Donghae Hyung sudah pergi pagi-pagi sekali. Sepertinya ada hal penting yang harus ia lakukan."
Ada kelegaan yang Minhyuk rasakan saat mendengar jawaban dari Changkyun, hal tersebut membuat bungsu keluarga Lee itu menghela napas pelan. Minhyuk cukup tenang karena tak harus berhadapan dengan Donghae pagi ini, sebab bayangan buruk semalam benar-benar membuatnya tak nyaman.
"Hyung, kenapa diam saja. Ayo turun, kita bisa terlambat sekolah jika kau melamun seperti ini," ujar Changkyun bingung karena Minhyuk tak juga memberi reaksi apapun.
"Ah, iya." Dengan cepat Minhyuk meraih tas miliknya yang ada di atas ranjang, kemudian berjalan mengikuti Changkyun yang sudah lebih dulu beranjak dari sana.
▪▪▪
"Pernahkah kau membenci seseorang tanpa sebab?"
Pertanyaan itu Minhyuk lontarkan pada Kihyun saat mereka sedang berada di perpustakaan untuk mengerjakan tugas biologi mereka. Tak hanya mereka, semua teman kelas pun berada di sana dengan kelompok masing-masing. Dan tentu saja Kihyun satu kelompok dengan Minhyuk.
Kihyun yang awalnya serius dengan buku bacaannya segera menatap bingung pada Minhyuk, yang hanya duduk sambil menopang dagunya. Anak itu tak benar-benar mengerjakan tugas karena sudah dikerjakan oleh Kihyun semua.
"Apa maksudmu?"
Minhyuk menarik tubuhnya dan menyandarkan pelan ke sandaran kursi. Wajahnya terlihat murung untuk sesaat, meski kemudian dia mencoba tersenyum beberapa waktu kemudian.
"Rasa suka dan benci, bukankah selalu ada alasan untuk merasakannya? Lalu, apa kau pernah tiba-tiba saja membenci seseorang tanpa alasan apapun?" Mencoba menjelaskan maksud ucapannya, Minhyuk kembali berujar pada Kihyun.
"Tak ada yang seperti itu Lee Minhyuk, karena setiap tindakan itu selalu saja ada alasannya." Kihyun berujar dengan nada yang terdengar begitu tenang.
"Seperti halnya kau menyukai pizza, itu juga berlaku untuk membenci dan menyukai seseorang," lanjut Kihyun kemudian beralih menatap pada sang sepupu.
"Lalu, apa kau pernah membenciku?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir tipis Minhyuk.
Sorot mata berbeda Kihyun dapati dari sepasang manik Minhyuk dan hal tersebut membuatnya merasa sedikit khawatir. Kihyun yakin ada yang terjadi pada sang sepupu saat ini, namun untuk bertanya pria Yoo itu belum mampu melakukannya. Ia juga tak ingin memaksa Minhyuk bercerita, sebab yang ada bocah ini akan mengarang seribu cerita bohong hanya karena tak mau dia merasa semakin cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY [END]
Fanfiction🔒𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🔒 #sickstory #brothership #family #angst . . Ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, Lee Minhyuk harus tinggal dengan paman dan bibinya. Sepasang orang baik yang mau merawatnya seperti anak send...