"Kamu siapa, jangan ikut campur masalah keluarga saya"
"Dia gak akan iku campur, kalau papa enggak keterlaluan sama anak nya. Bahkan orang lain aja bisa menilai kalau papa keterlaluan. Lantas papa seorang orang tua gak ada rasa kasian terhadap anak nya. Papa gak seharusnya berubah hanya karena mengenal orang yang baru beberapa hari papa kenal. Aku mau bikang kalau keadaan kakak kritis, aku mohon papa jenguk kakak. Semua masalah gak harus di selesai kan dengan uang pa.
"Jangan lancang kamu mengajari saya atas dasar pantas atau tidak nya. Jangan sok menilai perilaku saya, kamu hanya anak kemarin sore, saya gak ada waktu buat jenguk dia, saya akan transfer uang perawatan nya saja. "
"Tapi pa, masa papa gak ada rasa empati sedikit aja ke kakak? "
"Sudah saya bilang, saya gak ada waktu. Maaf saya harus berangkat, kalau tidak saya akan ketinggalan pesawat"
"Makasi atas semua jawab papa, saat aku emang yakin aku kehilangan sosok papa, bahkan aku juga mau bilang, kalau saat ini juga, papal kehilangan sosok aku, Putri papa"
Setelah mengucapkan itu Aulia berjalan keluar, di ikuti oleh Graha di belakang nya.
Graha cukup kaget atas perlakuan orangtua Aulia. Bahkan sampai tega menampar Aulia di depan orang lain.
Setelah mereka memasuki mobil, Graha menjalan kan mobil nya menuju taman, bukan ke rumah sakit, ia rasa Aulia butuh menenangkan diri terlebih dahulu.
Sepanjang jalan Aulia hanya menangis, pandangan mata nya kosong, seperti waktu pertama kali Graha bertemu dengan nya.
"Maafin aku ya kamu jadi makin sedih karena aku paksa ketemu papa kamu"
"Gakpapa ga, sekarang aku makin yakin kalau papa udah berubah"
"Yauda sekarang kamu tenangi diri kamu dulu ya, kita ke taman dulu"
"Tap__"
"Ikut aja ayo turun"
Tanpa Aulia sadari ternyata ia sudah berada di depan pintu masuk taman.
Aulia menuruti omongan Graha untuk turun dari mobil, dan sekarang mereka sedang duduk di salah satu kursi di taman ini, di kursi yang cukup jauh dari keramaian, dan sedikit tersembunyi.
"Sekarang kamu boleh nangis sepuas nya, kamu luapin aja rasa sedih kamu, aku bakal temeni kamu di sini"
"Hik.. Hik.. Makasi ya, maaf udah buat kamu terlibat tadi"
"Aku yang seharus nya minta maaf ke kamu, aku yang udah maksa kamu buat ngomong langsung ke papa kamu. Gara-gara itu kamu jadi berantem dan di tampar"
"Gakpapa kok,hikk.. "
"Yang sabar ya, kamu gak boleh putus asa. Kakak kamu masi butuh kamu"
"Iya aku harus kuat demi kakak, makasi beberapa hari ini kamu selalu ada buat aku, kita emang baru kenal tapi aku gk ngerasa asing sama kamu Ga"
" SEMAGAAAAAT" kata Graha sambil mengangkat tangan, berusaha menghibur Aulia.
Aulia hanya bisa tersenyum melihat tingkah Graha.
Tiba-tiba Aulia bersandar di bahu Graha, Graha membiarkan nya mungkin dengan cara ini bisa membuat Aulia menjadi tenang. Tapi seperti ada yang aneh, tidak ada pergerakan yang di lakukan Aulia.
Graha mengarahkan pandangan nya ke arah Aulia, Aulia terlihat memejam kan mata nya. Mustahil kalau Aulia tertidur, Graha mencoba menepuk pelan pipi Aulia dengan memanggil nama nya. Tetapi Aulia tetap memejamkan mata nya.
Dengan panik, Graha langsung menggendong Aulia, dan membawanya ke rumah sakit. Ada rasa khawatir yang sedikit berlebihan terhadap Aulia. Graha menjalankan mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mu
Teen FictionTuhan mempertemukan kita bukan tanpa sebuah alasan. Ada cerita di setiap pertemuan, aku harap kamu adalah pemeran utama untuk cerita kita, bukan hanya sebagai tokoh pelengkap. Tetap genggam tangan ku, akan ku temani hingga akhir.