part enam

11 1 0
                                    

Berkali-kali aulia melirik ke arah jam yang menempel pada dinding, rasanya waktu berjalan cukup lambat. Ia bosan tak bisa ke mana-mana hanya bisa tiduran saja di kasur. Ingin rasanya ia melihat keadaan kakak, namun keadaaan tubuh nya tidak bisa di ajak kerja sama. Ia hanya bisa menanyakan kabar kakak nya ke pada suster yang kerap kali masuk ke ruangan nya untuk menyuntikkan obat ke infus nya di jam-jam tertentu.

Informasi yang ia dapat dari suster tersebut adalah, kakak nya masi sama keadaan nya seperti kemarin. Di dalam keadaaan yang mengkhawatirkan bisa saja sewaktu-waktu kembali kritik.

Kini ia kembali melirik jam dinding yang menunjukkan jam 12 siang, aulia mengambil handphone nya lalu mencoba menghubungi graha. Di dering ke dua graha mengangkat nya.

"Iya, hallo assalamualaikum, ada apa li? "

"Wa'alaikumsalam, gakpapa aku cuma mau tanyak,kamu jadi kan ajarin aku hari ini?"

"Jadi setengah jam lagi aku sampek, yauda ya aku masi ada satu kelas lagi. Jangan rindu tenang sebentar lagi aku dataaaang"

"Hahahah...  Apaansi aku gak rindu kamu, jangan gr"

"Hahaha....  Iya iya, yauda ya assalamualaikum "

"Wa'alaikumsalam"

Benar tepat setengah jam, graha menampakkan Batang hidung nya. Ia membuka pintu ruangan aulia dengan senyum manis nya,  sambil menenteng kantung plastik penuh berisi makanan.
Aulia tanpa sadar membalas senyum nya.

"Assalamualaikum, gimana keadaan kamu?"

"Wa'alaikumsalam,  udah mendingan, tapi masi lemes banget"

"Bagus deh, oiya gue bawa makanan, kita makan dulu ya baru setelah itu belajar"

"Setelah makan jenguk kakak dulu ya"

"Iya apa aja lah buat aulia yang cantik"

"Apaan si aneh satu hari ini, manis banget mulut nya"

"Hahaha...  Kesambet hantu ganteng penunggu kampus. Uda ah ayo makan"

"Hahahha..  Aneh ya kamu"

" Ga, makanan yang di bawak bibi kemarin kan Masi banyak " kata Aulia menunjuk meja yang terlihat Masi penuh dengan makanan.

" Oiya aku lupa kalau ada makanan di sini, terus kamu mau makan yang mana "

" Sebagian yang bibi bawa, sebagai yang kamu bawa "

" Biar sama-sama adil " sambung Aulia.

Graha hanya mengangguk patuh, dan mengambil beberapa makanan yang di tunjuk Aulia.

Ada perasaan lebih yang aulia rasakan, rasanya ia ingin waktu seperti ini terus menghampiri nya. Waktu seolah bukan hanya dia yang menanggung semua beban namum ada seseorang yang membantu menemani.

Setelah selesai makan, Aulia melihat keadaan kakak nya, dengan bantuan graha yang mendorong kursi roda aulia.

Aulia mengenggam erat tangan kakak nya, lalu menempel kan pada pipi nya, tanpa sadar air matanya jatuh.

"Kak, kakak kapan berniat bangun?  Aku kangen diomelin sama kakak, kakak gak capek tidur aja. Aku ke sepian gak ada kakak"

Graha hanya memperhatikan lalu mengelus-elus pundak aulia.

"Kakak gak mau rawat aku, aku lagi sakit, biasa nya kakak yang rawat aku kalo sakit kan, aku kangeeen banget sama kakak. Please cepet bangun yaaa"

Tak lama seorang suster masuk memperingati aulia supaya tidak terlalu lama menjenguk pasien.

"Yauda kak, aku pamit ya, aku mau ke kamar inap ku. Kakak jangan lupa pesan aku ya, kakak harus semangat cepat sembuh, harus cepat sadar. Aku selalu ada dan nunggu kakak sadar"

Tanpa mengucapkan apa pun graha langsung mendorong kursi roda aulia ke kamar nya.

Setelah sampai di kamar, graha membantu aulia untuk naik ke atas brankar nya.

"Gimana udh siap kan buat belajar? "

"Udah, aku takut kalo kelamaan santai nanti banyak pelajaran yang tertinggal"

"Yauda ayooo semangat"

"Semangattttt" kata Aulia dengan mengangkat kedua tangan sembari tersenyum lebar.

Graha hanya tertawa pelan melihat tingkah Aulia yang tampak ceria tak seperti kemarin yang terlihat murung.             

                         🍁🍁🍁🍁🍁

Setelah berberapa hari di lewati aulia di rumah sakit, akhirnya ia sudah bisa pulang kemarin. Hari ini aulia kembali menjalankan rutinitas ke kampus seperti biasa, ia berniat setelah pulang dari kampus akan ke rumah sakit dan menjenguk kakak nya.

Soal graha, aulia trakhir ketemu dengan nya kemarin, graha yang mengantar aulia pulang ,dan setibanya aulia ke kampus ia juga tak melihat graha. Tak ada kabar dari nya, graha tak ada mengirim pesan ke aulia. Sudah lah pikir aulia, mungkin graha sedang ada urusan. Lagipula graha punya kehidupan nya sendiri bukan hanya seputar menjadi teman aulia saja.

Setelah jam pelajaran terakhir, berakhir aulia bergegas menuju rumah sakit, setibanya di lorong ia melihat seseorang yang cukup familia beberapa hari ini.

Graha, iya itu graha. Ia tampak menundukkan kepala, duduk di kursi tunggu yang kebetulan saat ini cukup sepi. Dengan langkah pasti aulia menghampiri graha, tampaknya graha tak sadar akan kehadiran nya.

"Graha? " kata aulia sembari menepuk pundak graha.

Graha mengangkat kepalanya, lalu ia tampak kaget akan kehadiran aulia.

Aulia menatap wajah graha beberapa saat, ada yang berbeda dengan graha beberapa waktu lalu, kini wajah graha tampak pucat, kantung mata yang sedikit menghitam, dan juga sedikit lesu.

"Kamu ngapain disini? " tanya Aulia.

"Aku gak enak badan jadi periksa ke sini"

"Oh, udh selesai periksa nya? "

"Udah ini aku mau pulang, kamu mau jenguk kakak kamu? "

"Iya mau jenguk kakak, alhamdulillah keadaan kakak udah sedikit membaik"

"Alhamdulillah, maaf ya aku gk bisa temenin kamu di sini"

"Gakpapa kok, kamu istirahat aja di rumah"

"Iya, yauda aku pamit pulang ya"

"Iya, hati-hati "

Aulia terus menatap punggung graha yang semakin menjauh.  Ada perasaan aneh yang ia rasakan. Graha tampak berbeda, tak seperti biasanya yang terlihat ceria dan hangat. Bahkan saat Aulia menyapa nya senyum hangat itu gak ada. Hanya ada wajah pucat dan lesu.

Sudah lah mungkin graha memang sedang tak pada kondisi yang sehat, pikir Aulia.

Aulia kembali melangkah kan kaki nya menuju ruangan kakak nya, keadaan kakak aulia tidak bisa di bilang baik-baik saja namun juga tidak seburuk beberapa hari lalu. Sedikit lebih besar peluang kakak, aulia untuk sadar.

Kini aulia duduk di samping brankar kakak nya, menatap wajah pucat yang semakin tirus, tak bisa di pungkiri setiap melihat kondisi kakak nya, seperti ada ribuan jarum yang menghantam jantung aulia, rasanya sangat sakit dan menyesakkan.

"Aulia temenin ya, kakak pasti kesepian di sini" kata aulia dengan wajah sendu.

Tak ada suara hanya ada keheningan, aulia terus menatap wajah pucat kakak nya, sesekali memainkan rambut yang terurai bebas.

Tanpa sadar aulia, tertidur sembari meletakkan kepala nya di dekat tangan kakak nya. Sembari menggenggam tangan itu.

Assalamualaikum

Makasi yang udah mau baca, jangan lupa vote dan komen

Tentang MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang