part tiga

19 1 0
                                    

Aulia pov

Aku memainkan ponsel ku, untuk menghilangkan bosan, rasanya sangat bosan berada di kamar inap ini. Gerak ku pun terbatas karna masi lemas dan tangan yang di infus.

Setelah aku memakan makan malam ku, aku sudah berulangkali mencoba tidur, namun nihil, rasa kantuk ku belum juga datang.

Aku tidak berniat mengabari papa, tentang keadaan ku, aku berharap papa menelpon ku dan menanyakan kabar ku. Namun kini sudah jam 9 malam dan blm ada telpon masuk dari papa ke ponsel ku.

Tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan ini yang terbuka, aku mengalihkan pandangan ku ke arah pintu itu. Senyum ku langsung terbit saat meliat siapa orang yang membuka pintu , orang yang sudah dua hari ini membantu ku.

" Assalamualaikum "

" Wa'alaikumsalam, Ga "

" Aku bawain cemilan buat kamu, aku takut kamu gak suka sama makanan rumah sakit yang hambar " kata nya sembari menaruh makanan itu di atas meja di samping ku.

" Makasi ya Ga, udah perhatian sama aku "

" Kan kita sekarang jadi teman, jadi wajar kalok aku perhatian sama kamu "

" Kamu bosen ? " Sambung graha.

" Iya, gerak aku juga terbatas, susah ada jarum infus " keluh ku pada graha.

" Mau gak aku temenin kamu ke taman rumah sakit? Tapi sebentar aja soal nya udah malam "

" Beneran? " Seketika senyum ku terbit, mata ku yang berbinar menatap nya dengan penuh harap.

"Iya lah beneran" kata nya sembari membalas senyum ku dengan diiringi tawa kecil.

Dengan senang aku langsung turun dari brankar,  Graha yang melihat ku terlalu aktif dengan sigap langsung membantu ku.

" Kamu jangan banyak gerak, kamu kan masi sakit "

" Aku udh mendingan kok " kata ku dengan senyum.

Graha menuntun ku dengan pelan, membawa ku berjalan ke arah taman. Rasanya sangat nyaman berada di dekat Graha. Mungkin perasaan nyaman yang aku alami adalah sebagai bentuk kesepian ku, Karna beberapa waktu ini seolah semua orang tak ada yang perduli kepada ku.

Aku duduk di kursi taman, di temani Graha di samping ku, ia menatap ke arah langit, sedangkan aku menatap ke arah nya. Aku baru sadar ternyata ia tampan, dengan alis yang tebal, hidung yang mancung, dan juga dengan bentuk wajah yang nyaris sempurna.

" Kakak kamu udah lama di rawat di sini? " kata Graha memecahkan keheningan beberapa saat tadi.

" Udah tiga hari, dan tiga hari juga kakak belum sadar dari koma, bahkan kondisi kakak masi sangat mencemaskan "

Air mata ku mulai jatuh, ketika mengingat kakak yang masi terbaring lemah, antara hidup dan mati. Dan aku hanya bisa membatu lewat doa berharap keajaiban datang.

" Yang sabar ya, jangan pernah lupa buat terus doa in kakak kamu " kata nya sambil mentap ku.

" Makasi ya, dua hari ini kamu udah banyak bantu aku, padahal kita baru kenal, tapi kamu baik banget sama aku, kamu perhatian sama aku "

" Manusia emang harus tolong menolong, lagian sekarang kan,aku temen kamu. Udah seharus nya aku bantu dan selalu ada buat kamu "

Aku langsung memeluk nya, dia juga membalas pelukan ku, pelukkan hangat seperti pelukan dulu yang sering aku dapatkan dari mama.

" Kalau kamu ada masalah, sekarang kamu bisa cerita ke aku, sebisa mungkin aku bakal bantu kamu "

Aku melepas kan pelukan ku, lalu menatap nya, dengan senyum yang sudah jarang ku perlihatkan akhir-akhir ini.

Tentang MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang