Mataku melihat jalanan yang basa terkena air hujan. Hujan aku selalu benci hujan. Setiap hujan pasti aku mengingat pertemuan terakhir denganmu. Kita yang saling salah paham. Dan memutuskan untuk saling meningalkan.
Mataku menerawang lebatnya air yang jatuh dari atap cafe milikku. Aku melihati ke luar cafe tanpa peduli pegawaiku yang bekerja keras karna banyaknya pelanggan. Yang ingin kulakukan sekarang hanyalah mengumpulkan banyak uang lalu mencarimu. Entah suatu saat kau menerimaku lagi atau malah mengusirku di kehidupan mu nanti.
"Mbak bos bisa bantu pembelinya tambah banyak mbak." Suara pegawaiku menyadarkanku dari lamunanku.
"Apa yang bisa saya bantu Cit?. " Tanya ku kepada Citra pegawaiku.
"Embak bantu jaga kasir soalnya aku bantu Dwi yang kuwalahan nganterin pesanan." Serunya sedikit berteriak karna dia sedang mengambil pesanan di dapur.
Tanpa bicara aku mengantikan posisinya di kasir. Sedangkan Citra suda sibuk mengantar pesanan. Aku melayani pembeli yang membayar makanannya. Tanpa ku sadari hanya di kasir saja yang tidak terlalu kelimpungan karna pembayar masih sedikit.
"Difandra tumben kamu jaga kasir. " Tanya sahabatku entah sejak kapan dia sudah membantuku di kasir.
"Sejak hari ini Silfia karna pelangan hari ini sangat banyak. " Jawabku sambil mengambil kembalian.
"Aku tau karna dari luar saja sudah keliatan. " Katanya sambil ikut membantu pembayaran di kasir satunya. Yah di cafe ku ada dua kasir. Jadi kalau banyak orang yang mau bayar tinggal di bayar dengan lebih cepat.
"Hemm, oh yah trima kasih telah membantuku. " Kataku.
" Yo i." Serunya santai.
Oh yah aku bahkan sampai lupa mengenalkan namaku pada kalian. Aku Difandra sky cahya kirana. Sahabatku dan pegawai biasanya memangilku Difa atau Difandra. Tapi 'Dia'memangil ku Sky. Katanya karna mataku yang bewarna biru jernih seperti warna langit.
Membahas dia aku jadi kepikiran denagannya dimana dia sekarang. Sudah menikah atau masih singgel. Bekerja sesuai impiannya atau di bidang lain. Aku membayangkannya membuat rinduku semakin besar. Seandainya saja hari itu aku tidak bersifat egois mungkin sekarang tak kan jadi seperti ini. Tapi sudahlah jika dia memang jodohku pasti dia akan datang kembali.
"Dif lo kenapa ngelamun lagi. " Tanya Silfia.
"Sil gua titip cafe yah aku lupa sekarang harus nganterin bunda Sintia ke rumah sakit. " Kataku. Bunda sintia adalah orang yang merawatku di panti. Yah aku adalah yatim piatu. Bunda menemukanku saat usiaku empat tahun sedang menangis di depan panti. Sejak saat itu bunda selalu merawatku bersama anak-anak panti lainnya. Dan dia adalah malaikatku sampai sekarang. Namun sayang usianya sekarang sudah tua membuat dia sering sakit-sakitan.
"O yaudah sana buruan kasian lo bundamu." Katanya lembut. Tapi entah kenapa aku serasa di usir dengan kata-katanya.
"Makasih yah. " Seruku sambil memberinya kunci cafe lalu mengambil jaket dan segera keluar cafe. Aku mengendarai mobil dengan sedikit kencang. Kenapa aku bisa lupa sih. Gerutuku dalam hati.
Lima belas menit perjalanan akhirnya aku sampai ke panti asuhan. Aku lihat bunda sudah duduk di kursi yang ada di teras. Aku menepihkan mobil ku di sebelah teras.
"Maaf bun lama soalnya di cafe lagi banyak pelanggan." Seruku sambil mencium tangan bunda.
"Gak papa kalu gini bundah serasa ganggu kamu kerja. " kata bunda lembut tapi tersimpan rasa bersala dalam kalimatnya.
"Apaan si bunda kan aku udah janji bunda kan bilang janji harus di tepati." seruku sambil tersenyum lembut.
"Iya pinternya putri bunda. " Kata bunda sambil berdiri dari duduknya.
Bunda naik ke mobil dan di bantu olehku. Lalu ku susul naik di kursi pengemudi. Aku mengendarai mobil dengan pelan dan santai karna hujan terlalu deras dan aku tidak ingin celaka. Sepuluh menit perjalanan kami telah sampai di rumah sakit dokter sutomo. Aku berjalan ke meja tungu karna tadi sudah ambil nomor tunggu lewat antribot.
"Atas nama ibu Sintia. "
Mendengar itu aku langsung membantu bunda berjalan. Bunda sulit berjalan karna dia perna jatuh dan tulangnya sedikit geser. Tapi sehabis di pijit sufah agak baikan tapi jalannya masih sedikit nyeri katanya. Kami masuk ke ruangan dokter dan aku langsung kaget melihat siapa dokternya.
"Sky?. " Tanyanya sambil memiringkan kepala.
"Loh Dif kok kamu di panggil Sky sama pak dokter temen mu tah nduk?. " Tanya bunda.
Aku mengelengkan kepala lalu membantu bunda duduk.
"Bisa langsung di priksa dok?. " Tanyaku tanpa basabasi.
"O iyah silakan buk apa keluhan ibuk?. " Tanya 'Dia'.
"jadi saya bla bli blu ble blo................................................" kata bunda menyebutkan keluhannya.
'Dia'pun memeriksa ibu. Dan mengatakan bahwa bunda udah tua dan tulangnya mulai keropos. Sehingga bunda harus berhati-hati dalam melakukan sesuayu. Aku mengangu angukkan kepalaku karna mengerti penyebab sakitnya bunda. 'Dia'memberikan ku resep obat. Lalu setelah selesai aku bertrima kasih dan berjalan keluar ruangannya. Namun belum selsai aku mau membuka pintu tangan ku dicekal olehnya.
"Bu bisa beri waktu sebentar untuk saya bisa bicara dengan sky?. " tanya 'Dia'.
Bunda mengangguk lalu keluar dari ruangan. Menyisahkan kami berdua. Dia menatapku intens lalu memegang tanganku.
"Maaf....." Serunya membuka pembicaraan.
Aku hanya mengangguk toh ini bukan sepenuhnya salanya. Dan yang seharusnya yang meminta maaf itu aku.
"Aku udah tau semuanya dan yang seharusnya minta maaf itu aku. " Seru ku sambil menahan air mataku.
"Fyiuh aku legah jika kau sudah tau sebenarnya tapi aku juga salah karna tidak memberi tahumu alasanku menjaga Layana. " Katanya dengan santai.
"Ya trimakasih karna berkat kau layana bahagiah di saat saat terakhirnya bahkan dia dengan senang hati mendonorkan kedua ginjalnya, Oh iyah kau tega tak mengundangku ke acara pernikahanmu. " Seruku sambil mengodanya padahal aku belum tau dia sudah menikah apa
"Aku sudah mencari mu tapi kau tak ketemu jadi aku tidak mengundangmu" Katanya.
Duarrrrr...............
Bagai di sambar petir ternyata rinduku sudah tak berguna. Jadi dia sudah menikah oh aku sungguh bodo sekali dulu. Untung saja dia tidak melihat expreksiku barusan.
"Oh iya siapa nama istrimu.? " Tanyaku.
"Dela. " Jawabnya.
"Oh,eh aku pulang dulu yah bunda mungkin menungguku. " Kataku.
Dia hanya mengangguk. Lalu aku keluar dari tempat itu. Aku melihat bunda duduk sendiri di kursi tunggu yang tadi kami duduki. Aku menghampirinya dia menoleh.
"Maaf ya bun kalau lama tadi dokter bilang bunda bisa sembuh dengan minum obat dan minum susu kaya kalsium untuk membantu tulang bunda yang kropos. " Kataku lalu membantunya berdiri.
"Tadi itu sahabatmu Angga kan bunda masih ingat kok paling dia sama kamu sedikit basa basi." Kata bunda sedikit mengodaku.
"Hehehe bunda tau aja." untung aja bunda gak mikir aneh-aneh. Aku dan bunda pun ke mobil dengan bercanda. Aku bahkan sudah lupa kenyataan pait yang baru saja aku terima.
Tanpa ku sadari ada sesosok pria yang memperharikanku sedari aku keluar dari ruangan Angga. Pria itu menyeringai . Sambil melihat kepergianku........
Gimana ceritanya guys bagus gak jangan lupa vote dan comen ya. Ingat nulis cerita itu gak gampang. Jangan lupa comeni author ya jadi kalau ada salah kata author bisa ngerevisi dengan mudah
KAMU SEDANG MEMBACA
the blue Sky
RomanceBiru langit yang selalu mengingatkanku tentang birunya matamu yang selalu menyimpan beban hidup. segini aja deskripsinya sisanya langsung baca. Plis plagiat jangan dateng