CHAPTER 3 - Threat

4.3K 195 144
                                    

"Aku ingin memesan tempat untuk dua orang."

PELAYAN restoran yang ada di sana langsung tersenyum ramah. "Mari ikut saya, apakah anda ingin tempat yang biasa atau yang tertutup?" ia bertanya.

"Hm, saya butuh ruang untuk berbicara lebih intim dengan—" Odette pun berdeham kikuk. "Ma-maksud saya dengan ke-kekasih saya...."

Jaemin melotot kaget sebab jawaban itu terlalu tiba-tiba baginya. Bagaimana bisa gadis sekecil ini mengucapkan kata ‘kekasih’ dengan begitu santai?!

Gila.

Pelayan tersebut hanya tersenyum, "silahkan ikuti saya, akan saya catat pesanan anda lalu—"

"Bawakan dua cangkir teh," potong Odette dengan cepat. "Setelah itu jangan dekati ruangan kami, datang saat aku memanggilmu saja," ia mentitah.

Iris matanya menajam. "Jangan terlalu lama kalau tidak ingin dipecat hari ini juga, aku tidak suka menunggu...." Odette berbisik seperti ancaman.

    

Hening. Pelayan itu tidak bisa mengatakan apapun selain menuruti permintaan Odette. Setelah menguasai raut wajahnya, pelayan tersebut kembali mengantar Odette dan Jaemin ke ruang VIP.

Jaemin geleng-geleng kepala karena tidak menyangka Odette berbicara pada pelayan hingga tak berkutik seperti itu. Dia memang punya aura yang tegas sih...

Tapi gadis ini tetap saja manis walaupun sedang mengancam seseorang.  Batin Jaemin mulai ngaco.

  
Akhirnya Odette dan Jaemin duduk berhadapan di dalam ruang VIP yang cukup luas. Mereka tidak berbicara sebelum pelayan tadi membawakan teh yang sudah dipesan oleh Odette.

Bisa dibilang Odette dan Jaemin hanya berkomunikasi lewat tatapan mata untuk saat ini.

‘Kau kasar sekali pada pelayan tadi.

Jangan banyak protes!

Sepertinya kamu tidak punya hati nurani.

   

Odette melotot dan Jaemin hanya terkekeh geli. Pertarungan lewat isyarat mata itu harus berakhir karena sang pelayan telah datang dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat. Sepertinya ancaman Odette membuat pelayan itu agak takut.

"Ini pesanan anda," pelayan itu menyajikan teh ke atas meja. "Selamat menikmati ... saya permisi dulu. Maaf jika saya melakukan kesalahan pada anda, Nona."

Odette tidak menyahut sama sekali. Dia hanya mengibas-ngibaskan tangan sebagai tanda agar pelayan itu segera pergi dari sini. Gestur tubuhnya jadi lebih santai karena hanya ada Jaemin di sini.

Sekarang tidak ada yang mengganggu atau mengintrupsi percakapan mereka...

"Aku tidak menyangka kau punya sifat yang dingin dibalik usiamu." cibir Jaemin.

Odette mengambil cangkir tehnya, "jangan banyak omong. Kau seharusnya berterimakasih karena pelayan itu tidak akan mengganggu percakapan kita nanti."

Jaemin menyeringai kecil sembari menopang dagu di atas meja.

"Benar juga. Lagipula ada yang harus aku pastikan terlebih dahulu," kedua matanya menyipit. "Berapa usiamu? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan ‘kekasih’ hm?"

Glek!

Odette menelan ludah dengan gugup, gadis itu menguasai raut wajahnya agar terlihat tenang.

"Memang kau tidak suka?"

"Kamu masih kecil."

"Usiaku 17 tahun dan aku sudah besar."

[4] S K Y : "Sebelum Na Pergi"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang