BEBERAPA jam kemudian acara penobatan Na Jaemin berakhir juga dengan sangat baik. Bangsawan yang tadi berkumpul telah dibubarkan oleh Raja Regis dan kembali ke tempat masing-masing untuk beristirahat. Berhubung besok masih ada acara lagi, mereka pasti sedang mengumpulkan tenaga agar bisa berpartisipasi ke dalam pesta kedewasaan Odette.
Namun, Odette belum juga kembali ke kamarnya. Dia mengikuti sosok Jaemin yang sedang pergi diam-diam ke bukit Poisevy tepat setelah acara berakhir.
Bagaimana bisa Jaemin pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun? Kenapa juga dia pergi sendirian tanpa mengajaknya sama sekali?
Membingungkan.
Iris mata Odette memperhatikan Jaemin yang mendekati sebuah kursi panjang lalu duduk di atasnya. Jaemin memejamkan mata sembari mendongak ke arah langit.
Tanpa sadar, semilir angin menerpa ke wajahnya—menggerakkan beberapa helai rambut Jaemin sampai-sampai Odette terpana dibuatnya. Paras wajah Jaemin saat terlihat dari samping benar-benar indah.
Perasaan apa ini?
Odette berusaha keras menguasai dirinya sendiri. Gadis itu tidak ingin memikirkan hal aneh yang selalu muncul di kepalanya, dia hanya ingin menghampiri Jaemin sekarang.
Dengan mengumpulkan keberanian dan tekad, Odette kembali berjalan untuk mendekati pria tersebut secara perlahan, duduk di sebelah Na Jaemin sembari memainkan kedua jari-jemarinya cemas.
Anehnya, Jaemin masih saja bergeming.
"Na," panggil Odette pelan. "Kamu kenapa?"
Pria bertubuh jangkung itu menggeleng. "Tidak ada masalah besar, hanya saja aku sedang merindukan seseorang...." ia menyahut tenang.
"Siapa? Apakah cinta pertamamu?"
"Tepat sekali."
Hening. Tidak ada percakapan lagi yang kembali terdengar. Keduanya sama-sama larut ke dalam pikiran masing-masing tanpa ada niatan untuk menginterupsi keheningan.
Jaemin larut dalam kerinduan panjang, sementara Odette tidak mau mengganggu pria itu sama sekali.
Langit yang tadi masih terang mulai berubah warna menjadi jingga keemasan—pertanda bahwa senja telah datang. Tanpa sadar, Odette ikut memejamkan mata karena kepalanya terasa berat. Gadis itu berusaha mengabaikan rasa pusing yang tiba-tiba muncul.Tepat saat itu juga, suara Na Jaemin kembali terdengar.
"Odette Regina," panggil Jaemin dengan suara serak. "Hari ini kamu benar-benar keren. Kalau boleh jujur, aku masih tidak percaya orang yang menobatkan aku adalah kamu. Mengingatnya saja tetap membuatku merinding,"
Jaemin menoleh lalu tersenyum kecil. "Raja dan Ratu pasti bangga karena anaknya sehebat ini, aku yakin kamu bisa memimpin Regina menjadi lebih baik, Tuan Putri." celotehnya.
Setelah mengucapkan itu, telapak tangan Jaemin terangkat untuk menepuk-nepuk puncak kepala Odette dengan lembut. Sorot mata Jaemin yang begitu hangat membuat Odette terpana untuk kesekian kalinya.
Lagi-lagi Jaemin begini...
"Na."
"Hm?"
"Jangan begitu."
"Memangnya kenapa? Kau tak suka aku puji?"
Odette menggeleng sembari menyentuh telapak tangan Jaemin dengan erat. Gadis tersebut menggigit bawah bibirnya untuk menahan rasa cemas yang menyeruak di dadanya.
"Aku takut," lirih Odette pelan. "Kamu terlalu baik sampai-sampai aku takut kamu akan pergi ... jika aku semakin bergantung padamu, aku pasti tidak akan siap jika suatu hari nanti kamu meninggalkan aku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] S K Y : "Sebelum Na Pergi"
Fanfic[ 100% MURNI DARI IMAJINASI PENULIS, BUKAN TERJEMAHAN!! ] Jaemin tidak menyangka pertemuannya secara kebetulan dengan seorang gadis akan membawa dampak yang luar biasa. Hidup Jaemin kembali berwarna seusai menyadari bahwa gadis tersebut adalah orang...