SESUDAH menikmati secangkir teh, Jaemin dan Odette berjalan beriringan menyusuri pasar yang cukup ramai itu. Tidak ingin identitas Odette terungkap karena mencuri sekeranjang apel, terpaksa Jaemin harus menyihir gadis tersebut dan merubah penampilannya.
Lagi-lagi Odette sempat menanyakan kenapa Jaemin bisa menguasai sihir seperti itu, namun jawaban Jaemin tetaplah sama.
Semua sihir yang ia kuasai hanyalah penyempurna saja.
Tanpa sadar, mereka berjalan sampai ke ujung tebing di mana pemandangan laut yang luas terlihat. Matahari mulai tenggelam dan itu terlihat sangat cantik, angin laut menyapu wajah Odette sehingga rambutnya ikut tertiup angin.
Ketika memperhatikan sosok Odette dari samping, Jaemin terpesona. Gadis itu membuatnya teringat lagi dengan seseorang,
Cinta pertama Jaemin yang sudah lama mati beratus-ratus tahun lalu.
"Aku senang bisa ke sini," Odette tersenyum lebar. "Aku tidak pernah keluar dari Istana seumur hidupku. Pilihan tepat bagiku untuk kabur...."
Jaemin mengangkat alis. "Anda pergi diam-diam ke sini? Bagaimana jika ayah anda marah?" ia bertanya.
"Biarkan saja,"
Odette menyampirkan helai rambut yang menutupi wajahnya. "Aku sengaja melakukan ini dan telah mempersiapkan bom kejutan. Aku jamin situasi kita saat ini benar-benar menguntungkan satu sama lain." ujarnya.
"Apa rencanamu?" tanya Jaemin curiga.
Kekehan Odette terdengar, "kamu akan tau nanti. Sebaiknya lihat saja dulu matahari di hadapan kita, pemandangan cantik seperti ini jangan sampai terlewat."
Jaemin menuruti saja dan kembali memperhatikan matahari tenggelam yang ada di hadapannya. Perasaan gelisah kembali muncul di dadanya.
Semoga saja rencana Odette tidak terlalu gila.
"Oh iya, asalmu darimana?"
Jaemin menunduk, "aku lupa asalku darimana dan seperti apa tempat tinggalku yang dulu. Saat ini aku tinggal di atas bukit Poisevy." dia menjawab.
Kedua mata Odette melebar kaget. "Poisevy? Bukit itu dekat sekali dengan Istana Regina loh."
"Aku tau," Jaemin memejamkan kedua matanya. "Tapi aku tidak tertarik dengan Istanamu atau apalah itu, aku lebih suka memperhatikan angkasa dari atas bukit."
Odette memainkan dagu lalu memikirkan topik pembicaraan yang lain, entah kenapa dia sangat penasaran dengan sosok Jaemin.
Apa pria ini sudah hidup begitu lama?
"Memang berapa umurmu?" tiba-tiba Odette bertanya seperti itu.
"Hah?" Jaemin menoleh dengan kening mengerut. "Sangat tua, bahkan aku lebih tua daripada ayahmu."
Odette tersenyum penuh arti. "Apa aku harus memanggilmu ‘kakek’ supaya lebih sopan? Aku masih tidak menyangka padahal parasmu terlihat seperti pria berumur 20 tahun...." ledeknya dengan sengaja.
Jaemin mendelik tak suka, "kakek?! Berani-beraninya kau—"
"Kalau begitu namamu siapa? Walau memorimu samar-samar, pasti kau tetap mengingat namamu sendiri kan? Cepat beritahu aku!!"
Hening.
Jaemin terdiam selama beberapa detik. Dia menatap sosok Odette yang saat ini ikut memperhatikannya. Iris mata berwarna ungu milik gadis itu membuat Jaemin larut ke dalamnya.
Entah kenapa tatapan Odette membuat Jaemin merasakan kembali sesuatu hal yang aneh. Sungguh.
"Jaemin," pria bertubuh jangkung itu bersuara dengan pelan. "Na Jaemin, itu adalah namaku." ujarnya memperjelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] S K Y : "Sebelum Na Pergi"
Fanfiction[ 100% MURNI DARI IMAJINASI PENULIS, BUKAN TERJEMAHAN!! ] Jaemin tidak menyangka pertemuannya secara kebetulan dengan seorang gadis akan membawa dampak yang luar biasa. Hidup Jaemin kembali berwarna seusai menyadari bahwa gadis tersebut adalah orang...