CHAPTER 10

6 3 0
                                    

"Aku tahu, dan aku sadar diri. Kamu tak mungkin untuk aku miliki. Tapi aku hanya minta satu hal, bisakanlah ketidak mungkinan itu."

● ● ●

"Jika bisa bertukar posisi, biarkan aku yang ada di posisimu. Aku tak sanggup melihatmu menderita penyakit sebanyak ini" ucap Erick.

"Udahlah, ini jalan terbaik" kata ku.

"Di dunia ini apa yang kau suka?" Pertanyaanku dulu pada Erick sekarang Erick lontarkan kembali padaku.

"Caramu memperlakukanku, hingga aku dibuat aneh."

"Oh yah? Jika benar... selama ini aku terlanjur mencintaimu bukan sebuah kesalahan besar, aku sayang Taca! Aku ingin menjadi alasan dibalik senyummu dan pembuat senyuman itu, aku tak ingin kehilangan kamu, sekarang kita pacaran! Kamu harus mau jadi pacar aku! Hahahaha."

Kalimat Erick terlalu tegas untuk aku jelaskan. Aku hanya diam dan senyum manis, semacam tak ada kata yang bisa aku ucapkan. Seperti tak ada kalimat yang pernah aku miliki. Yang jelas aku seperti orang yang baru terlahir dan berotak kosong.

Aku terlalu di buat bahagia olehnya. Seakan-akan apa yang sedang aku rasakan sekarang, ucapan Erick adalah obat dari segalanya.

"Iya aku mau."

***

Jika cinta telah berkuasa di atas segalanya, dan janji telah terbuat hingga menjadi  sebuah tanggung jawab yang tak bisa di tinggalkan. Apalah daya seseorang yang terlanjur saling mencinta.

"AKU BENAR-BENAR DEWASA"

Memang benar dulu Clara berlaku seperti itu pada Bayu. Sekarang aku merasakannya.

"Huh! Dasar aku terlalu bodoh."

***

Hari demi hari, aku dan Erick semakin dekat dan semakin akrab. Layaknya dia adalah kakakku hingga aku tak sanggup untuk berpisah. Berangkat sekolah aku dijemput dan ketika pulang sekolah aku diantar olehnya. Bukankah itu sebuah kebahagiaan yang tak bisa di ungkapkan?

"Uhuk! Uhuk! Taca, aku gak enak badan, sepetinya aku akan sakit."

"Ih kamu tuh ngomong apa si. Jangan dong, setelah ini kau cepat makan, makan obat dan istirahat. Oh ya bila perlu tak usah sekolah aja sekalian untuk hari esok."

Inilah percakapan singkat di jalan ketika Erick mengantarkanku pulang.

***


Bisa dihitung sudah 3 hari dia tak masuk sekolah. Benar saja apa yang diucap Erick waktu itu, dia benar-benar sakit.

"Whatsapp-nya gak di bales-bales, mau nanyain rumah nya Erick ke siapa lagi. Aku kan gak punya temen deket. Ngehubungi temen-temen yang waktu itu bareng kemping di tepi danau pada gak bales lagi. Haduhhhh..

Sudahlah esok aku tanya Bayu atau Megan di kelas."

***

Tok Tok Tok

"Iya, bentar!"

Crek Crek

"Eh Erick? Udah mau sekolah lagi?"

"Ahahha iya, di rumah bosen gak ada kerjaan, mana kangen  lagi ke kamu."

"Ihh Erick, kalo masih sakit jangan maksain sekolah dong."

"Engga Tacaku, udah baikan kok. Ayo kita ke sekolah bareng."

Uhuk Uhuk Uhuk

"Tuhkan masih sakit"

"Alah cuma tinggal batuk sama flu doang ini"

"Tapi kamu pucet banget Erick"

Erick hanya tersenyum manis dan tak menghiraukan ucapanku.

***


Saat di kantin pada jam istirahat.

"Erick pingsan! Erick pingsan!" ini ujar Megan yang mengabariku secara panik.

Aku langsung lari ke UKS. Tujuanku untuk menjenguk dan melihat keadaan Erick di sana.

***

"Tuhkan apa kata aku, kamu belum seutuhnya sembuh."

"Eh Taca, engga kok barusan aku tiba-tiba sakit dada doang dan agak sesak, padahal sebelumnya baik-baik aja"

"Pulang ya pulang. Biar surat-surat izinnya aku yang urus dan biar kamu di antar Megan pulang

"Tak usah Taca, aku tak mau merepotkanmu"

"Tak apa, aku gak mau liat kamu sakit kaya gini terus ada di sekolah. Pulang ya istirahat di rumah"

"Iyaa iyaa. Makasih Taca, maaf aku secara tidak langsung menyuruhmu"

"Gapapa Erick aku ikhlas, asal kamu sembuh lagi"

"Hehehe.."

***

Minggu ini aku hanya memikirkan Erick.

"Sudah seminggu Erick gak masuk sekolah semenjak kejadian di UKS  itu, semoga Erick baik-baik saja."

Kringgg Kringgg Kringgg

"Ih Erick vid-call aku? Lagi sakit juga masih aja vid-call dasar Erick" aku sambil tertawa manis.

"Assalamualaikum Taca"

"Eh Erick waalaikumsalam, kok kamu makin pucet si

"Efek dari HP nya kali"

"Gak mungkin sampe sepucet ini, biasanya pun kan kita suka vid-call tapi aku lihat kamu gak sampe sepucat ini"

"Doa nya aja ya Taca semoga aku cepet sembuh"

"Selalu aku doain biar kamu cepat sembuh"

"Makasih ya Taca"

"Iya iya, kamu banyakin istirahat ya, makan obat pula"

"Iya oke siap, aku tutup ya"

"Iya iya"

Tuuut tuttt tuuut

° ° °

Ya Tuhan sembuhkanlah Erick. Aku tak sanggup lihat Erick sakit seperti ini. Masih bisa-bisanya dia vid-call aku, dasar si aneh.

Makin anehnya lagi aku selalu rindu akan dia yang memperlakukanku seperti tuan putri. Semoga ini untuk selamanya.




■ ■ ■ ■ ■


HAI!!
JAN LUPA VOTE JUGA COMMENT YA ^-^




TBC..




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASING [MERINDUKAN MENTARI DIKALA KEGELAPAN DATANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang