Lamaran

10 2 0
                                    

Selesai pertemuan beberapa hari yang lalu kami pun melanjutkan aktifitas seperti biasanya. Tapi semakin mendekati hari lamaran mama semakin sibuk, Keluarga mama dan almarhum papa sudah mulai berdatangan  untuk membantu keperluan proses lamaran ini, ada tante aidah saudara kembar mama,  tante yuyun adik mama dan om romzi suami tante yuyun dan masih banyak lagi sepupu-sepupuku yang ikut datang untuk membantu atau hanya sekedar berkumpul. aku hanya melihat kesibukan mereka karena pada hakikatnya aku pun kurang mengerti dengan acara seperti ini. mama memintaku untuk istirahat saja tapi kadang aku sedikit membantu jika diperlukan.

"Ternyata ribet juga yaa" pikirku.
Aku tak tahu harus melakukan apa lagi hingga akhirnya aku tak sengaja melihat nana sepupuku  yang sedang menonton TV.  Aku berjalan dan mendaratkan bokongku di sofa, kulirik nana yang serius menonton drama korea kesukaannya yang tak memperdulikan aku yang duduk disampingnya. sepupuku ini sangat menyukai apapun yang berbau dengan drama korea dan kpop.  Dia akan update drama terbaru,  lagu terbaru dari boyband kesukaan dia bahkan gosip artis-artis korea pun dia akan tahu. 

"Serius amat nontonnya" ucapku karena di anggurin si nana. dia hanya melirikku  sekilas dan kembali fokus ke arah TV.

"Ahh mbak zha gangguin aja deh" balasnya tanpa menoleh padaku.

"Kamu ya udah mau jadi mahasiswi masih juga nonton drakor" ucapku padanya

"Mbak juga dulu suka banget sama drakor" ucapnya mengingatkanku. dulu aku sangat menyukai drama dan boyband asal negeri ginseng itu tapi lama-lama malas juga kita mengidolakan mereka, bela-belain beli baju, tas, apa yang mereka pakai kita juga mau ngikutin, beliin tiket untuk konser mereka dan apapun tentang mereka, seakan-akan mereka adalah segala-galanya padahal mereka mengenal kita juga nggak. Saat itu aku juga seperti ini benar-benar mengidolakan mereka tapi ketika aku belajar agama dan tak sengaja melihat salah satu postingan akun islami dan aku membaca sebuah hadist dalam postingan tersebut, aku merasa tersindir. 

Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat telapak tangannya” (HR Tirmidzi, hasan)

Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan).

Akupun sadar dan juga takut diakhirat nanti dikumpulkan dengan orang-orang seperti ini karena mengikuti mereka,  menyerupai mereka yaitu dengan menyanyi dan menari mengikuti mereka,  "astagfirullah "  batinku.
Aku membayangkan diriku yang dulu yang jahil, kembali aku menggeleng -gelengkan kepalaku dan terus beristighfar hingga handphone didalam saku gamisku bergetar.  Aku hanya mengenyitkan keningku ketika melihat nomor baru di layar hpku, tak menunggu lama aku pun menekan tombol hijau itu.

"Assalamualaikum, apakah ini dengan dek zhalika" terdengar suara laki-laki di seberang sana.

"Wa'alaikum salam. iya,  saya sendiri. maaf sebelumnya ini dengan siapa? " tanyaku santai dan berjalan ketempat yang sedikit sepi karena didalam sangat ramai.

"maaf sebelumnya dek zhalika,  ini dengan saya mifzal" ucap orang itu yang ternyata adalah calon suamiku.  Semenjak pertemuan waktu itu kami tak pernah saling berkomunikasi. tapi aku bertanya-tanya kenapa tiba-tiba dia menghubungiku dan tunggu dia memanggil ku 'dek' agak sedikit lucu aku mendengarnya. 

"Oh iya ma'mas mifzal,  ada apa yaa? " tanyaku penasaran.  Agak sedikit kaku memanggilnya dengan sebutan 'mas' tapi mau bagaimana lagi dia lebih tua dariku mau tak mau aku harus terbiasa memanggilnya dengan sebutan ini.

ZhalikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang