Semakin dekat dengan surga (end)

9 0 1
                                    

"Seorang pria tidak akan sempurna keadaannya dan tidak akan tentram kehidupannya, kecuali dengan isteri yang shalehah.

Dan seorang wanita tidak akan tenang dan tidak akan tentram kehidupannya kecuali dengan suami yang shaleh.
📙 [Ta'sisul Ahkam 4/172]"

Aku masih sangat jauh dengan kata sholehah tapi aku selalu berusaha menjadi istri dan ibu yang lebih baik dari diriku yang dulu tentu saja dengan Ridho Allah sang pemilik semesta.

Kita pernah membuat kesalahan,dalam hidup kita,kita adalah mahkluk yang penuh dosa akan tetapi Allah selalu membuka pintu maaf untuk hambanya yang benar-benar ingin bertobat.  Janganlah kita terpuruk dengan kesalahan yang pernah kita lakukan dulu dan jangan pula kita merasa aman atas dosa-dosa kita teruslah berbuat kebaikan teruslah berbuat yang Allah senangi dan jauhi yang Allah benci. 

Sore itu dikala kandunganku telah berumur 4 bulan,  nadhifah selalu menyentuh perutku dan selalu berbicara didepan perutku yang semakin membuncit. 

"Attaalamualaikum adikku yang cantik" ucapnya mencium perutku.  Aku membalas salamnya dalam hati. 

"Emang ifah tahu adiknya nanti cewek? " tanyaku heran

"Iya dong mi,  adik ipah nanti cantik kayak ipah, kayak umi, kayak nenek aulia, kayak nenek adia, kayak --- tiapa lagi yaa cantiknya?" ucapnya memikirkan nama yang ingin dia sebut dengan gaya polosnyameletekakn jari telunjuknya di kepalanya seakan berpikir. 

"Kayak tante nana,  kayak,  tante Dian,  kayak Ade adelia, kayak..... " ucapku satu persatu menyebutkan nama-nama yang dia kenal.

"Oh iyaa iyaaa,  hihihi..  Umi kapan ciih ipah bitaaa gendong adik ipah?  Biall ipah ajakin mainnn doktel doktelan cama macam-macam bial pintal macak kayak umi.. "

"Yaa tunggu lagi sayang,  doain yaa biar adik ifah diperutnya umi selalu sehat biar bisa main bareng kakak ifah nanti"

"Aamiin--- " ucapnya dan mengusap kedua tangann di wajahnya "adik yang cehat yaaa dipelut umiii,  kakak ipah sayaaaaangggg bangeett sama adik ipah yang cantikkk" dia mengelus perutku sayang.

"Assalamualaikum "

"Abiiiii...... " teriak ifah dan berlari ketika memeluk abinya yang baru pulang.

"Salamnya mana?"

"Oh iyaa,  wa'alaikumcalamm" ucap nadhifah dan mencium punggung tangan abinya.

"Hari ini nakal nggak? "

"Ngak ipah nggk nakal bi,  ifah jagain adik dan umi,  iyakan mi?"  aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum melihat nadhifah telah berada digendongan abinya. 

"Iya,  ifah kan udah kakak-kakak jadi barus jagain umi sama adiknya" ucapku membela

"Mi gimana keadaannya,  ada yang aneh-aneh nggak rasanya?" sudha pernah kukatakan jika mas mifzal begitu protektif atas kehamilanku.

"Alhamdulillah bi"

"Umi jangan ngangkat yang berat-berat lho. Trus makannya yang teratur banyakkin nutrisi, jangan capek-capek yaa"

"Kayak umi baru pernah hamil aja deh bi diingetin terus"

"Iya dong, abi kan sayang sama umi, mau nanti anak keberapapun abi akan tetap ingetin"

"Emang abi mau anaknya berapa sih?"

"Sebanyak yang Allah berikan" ucapnya enteng dengan menampilkan deretan giginya yang putih. Aku hanya menampak wajah cemberut di hadapannya.

"Kok wajahnya gitu mi?" tanyanya

"Emang wajah umi gimana?" Tanyaku . Mas mifzal pun memasang wajah cemberut Yang dibuat-buatnya,  aku Dan nadhifah pun tertawa dengan wajah Yang menurutku sangag lucu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZhalikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang