Sunday, Monday

4.1K 549 61
                                    

"Saya rasa, mulai malam ini saya akan melihat wajah Dokter Bima di dalam mimpi saya."

"...." Bima terpaku.

Tari tertawa pelan membuat Bima sadar dan kembali bernapas. Tari benar-benar menghukum Bima dengan cara yang tidak masuk akal. Dia muncul dengan wajah yang mirip dengan Dewi Arimbi, lalu mengucapkan kalimat-kalimat konyol yang biasa digunakan Bima untuk membuat para wanita tersenyum.

Jadi seperti inikah perasaan semua wanita yang mendengarkan omong kosong Bima? Apakah mereka juga berdebar-debar? Mereka tidak mungkin jatuh cinta dengan omong kosong itukan? Tari tidak mungkin akan memimpikan dirinya malam nantikan?

"Dokter?" panggil Tari merasa Bima sudah terlalu lama tidak bereaksi dengan ucapan dan tawanya.

"Ya?" sekali lagi, Bima Cendekia Dharma dibuat kebingungan oleh ucapan Dewi Utari.

"Saya cuma bercanda, jangan terlalu serius." lanjut Tari dengan senyuman manisnya.

Bima memperbaiki ekspresi wajahnya, begitu juga dengan posisi duduknya. Jadi begini rasanya dibuat terbang lalu dijatuhkan dalam sekali tarikan napas? Sekarang Bima jadi merasa bersalah pada semua wanita yang sudah mendengar ocehannya.

"Saya tahu kamu cuma bercanda." ucap Bima dengan suara datar.

"Bohong! Saya berhasil membuat Dokter berdebar-debar kan?"

Tari bertanya dengan mengedipkan kedua kelopak matanya pelan, dan membuat perut Bima terasa geli. Tapi, Bima menyembunyikan rasa geli itu dengan tertawa kecil dan mengibas-ngibaskan tangannya.

"Saya cuma kaget karena belum pernah ada wanita yang bicara seperti itu pada saya."

Tari tertawa lalu mendekatkan wajahnya, kembali memberikan Bima senyuman manisnya.

"Oh ya?"

"Iya, karena biasanya saya yang selalu berbicara seperti itu." Bima mengangguk beberapa kali, berusaha sekuat tenaga menahan rasa gemas.

"Wah! Kalau begitu, mulai sekarang Dokter harus menyiapkan diri."

"Menyiapkan diri untuk apa?"

"Mendengar ungkapan hati tanpa kata cinta dari saya."

Sontak tawa Bima meledak, bukan cuma gila, wanita di depannya ini benar-benar jago merayu. Buktinya Bima kembali dibuat berdebar-debar hanya karena satu kalimat saja.

Dan yang mengherankan, Bima sama sekali tidak keberatan dengan kalimat rayuan itu. Bima malah semakin penasaran dan ingin mendengar lebih banyak kalimat aneh dari penulis novel romantis itu. Dan setelah ini, Bima tidak akan tertipu lagi dengan rayuan Tari.

"Dokter,"

"Ya?"

"Kalau sudah nggak ada yang kita bicarakan, saya undur diri dulu."

"Baik, semoga pertemuan dengan saya bisa membantu." ucap Bima dengan senyuman manis yang jarang sekali ia tunjukkan pada semua orang.

"Tentu sangat membantu Dokter, saya sangat bahagia bisa bertemu dengan, Dokter." balas Tari dengan senyuman tak kalah manis.

"Terima kasih banyak." Bima terkekeh malu.

Tari beranjak dari sofa, lalu mengulurkan tangannya ke arah Bima. Melihat apa yang dilakukan Tari, Bima segera berdiri, dan ikut mengulurkan tangannya menjabat tangan hangat dan halus milik Dewi Utari.

"Saya tidak akan datang kesini lagi, Dokter Bima." ucap Tari masih dengan senyuman manis.

"Saya pasti sedih." Bima mencoba membalas ucapan Tari.

When You Fall in Love, You Need a Double DosageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang