Basa-Basi

3K 601 46
                                    

Aku update lagi kalau Votenya banyak 🤭

Btw, hari ini close PO kedua untuk Novel Rimbi yaa...
Makasih yang udah ikutan.

Pyung 💕

***


"Ini beras apa ya? Bulir panjang, bulir sedang atau bulir pendek?"

"Hah?!"

"Tolong... Nanti aku bisa mati kelaparan."

Tari membuang napas pendek setelah melihat raut wajah Bima yang berusaha memelas, tapi tetap terlihat tampan. Demi nilai-nilai kemanusiaan yang pernah dia pelajari, Tari tidak bisa membiarkan lelaki tampan ini mati hanya karena tidak bisa memasak nasi.

"Berasnya kenapa tadi?" tanya Tari setelah melihat butiran beras dalam mangkuk yang dibawa oleh Bima.

"Ini jenis buliran yang mana? Pendek, panjang atau sedang."

Mendengar pertanyaan itu, Tari tertawa pelan dan menatap Bima tidak percaya. Sungguh, baru pertama kali ini dia bertemu dengan seseorang sekonyol Bima yang mengetuk pintu rumahnya hanya untuk bertanya buliran beras padanya.

"Kamu nggak pernah masak nasi?"

Bima menggeleng pelan, "Belum pernah."

"Kenapa nekat tinggal sendiri?"

"Aku nggak punya pilihan." jawab Bima dengan jujur.

Hati Tari terketuk, dia merasa iba hingga kembali menghembuskan napas pelan lewat hidungnya, dengan bibir yang mengatup karena kehabisan kata-kata.

"Jadi ini buliran yang mana, Sunday?"

Tari menjulurkan tangannya, membawa buliran beras itu ke depan wajahnya, "Aku nggak tahu." ucap Tari dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Yah..." seru Bima merasa kecewa.

"Tapi aku tahu caranya masak nasi, mau aku ajarin?"

Senyuman manis Bima terbit, persis seperti anak kecil yang baru saja mendapat tawaran sekotak eskrim gratis.

"Mau."

"Yaudah, ayo!"

"Kamu nggak mau cuci muka dulu?"

"Oh iya, aku kan jorok. Yakin masih mau aku ajarin?" ujar Tari dengan seringai tipis.

"Masih."

"Nggak takut mati karena aku belum cuci muka?"

Bima kembali menggeleng seperti anak kecil, "Enggak, aku lebih takut kelaparan."

"Kenapa harus kelaparan? Beli dong!"

Bima menggeleng tipis, "Aku harus berhemat, demi masa depan anak-anakku nanti."

Tawa Tari meledak membuat Bima ikut terkekeh. Bima memang bukan laki-laki yang bisa diabaikan dengan mudah. Setelah itu, Tari membalikkan tubuhnya menutup pintu rumahnya, lalu berjalan mengikuti Bima yang sudah berjalan di lebih dulu menuju rumahnya.

"Silahkan..." kata Bima setelah membuka pintu rumahnya.

Tari tersenyum tipis dengan mata yang melihat ke seluruh penjuru rumah Bima. Tidak ada yang istimewa, selain seluruh perabotan yang kelihatan baru dan tentunya berharga mahal. Dan juga berwarna hitam dan putih.

"Aku nggak nyangka kalau ternyata orang yang pindah kerumah ini, adalah kamu." ucap Tari sembari terus meneliti setiap detail rumah Bima yang terlihat membosankan.

Dan pikiran membosankan itu hilang setelah Tari melihat lemari kaca berisi gelas-gelas berkaki dan botol-botol champagne ataupun wine. Bima benar-benar menikmati hidup dengan cara yang berbeda.

When You Fall in Love, You Need a Double DosageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang