•1

5.6K 341 46
                                    

Bagaimana kalau kamu membuka pintu kamar dan teman sekelasmu ada di hadapanmu? Tepatnya, teman perempuanmu. Tepatnya lagi, dia baru keluar dari kamar kakak laki-lakimu.

"Oh, Arata sudah bangun." Tegur Takuya, kakak laki-laki dari Arata. Lelaki yang lebih tua sepuluh tahun darinya kemudian menoleh pada gadis di sampingnya. "Ai, kamu dan Arata satu sekolah bukan?"

Ai--teman perempuan Arata--mengangguk. "Hm." Hanya itu jawabannya. Takuya menepuk puncak kepala Ai, membuat gadis ifu mendongak. "Baguslah. Aku jadi tak usah khawatir. Nah, Arata, berangkat bareng Ai ya? Kakak harus pergi sekarang."

Arata hanya bisa mengangguk. Takuya masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tas kemudian mengecup puncak kepala Ai. "Sampai jumpa."

"Hati-hati." Balas Ai.

Arata yang sedari tadi hanya memperhatikan akhirnya bertanya. "Kau dan kakakku ada hubungan apa?"

Ai malah menatap Arata, datar. "Menurutmu bagaimana?" Ia maju, memperlihatkan lehernya. Lebih tepatnya bekas merah di lehernya. "Kalau seorang perempuan keluar dari kamar laki-laki dengan tanda ini, menurutmu bagaimana hubungan mereka?"

Ai tak menunggu untuk mendengar jawaban Arata, gadis itu sudah terlebih dahulu berjalan menuju pintu. Ia menggunakan sepatunya, "oi, kau tak sekolah?"

Arata mendecih dengan terburu dia berjalan menuju pintu dan menggunakan sepatunya. Terlalu banyak informasi yang didapatkannya pagi ini. Ai, teman kelasnya memiliki hubungan dengan kakaknya? Benang kusut di kepalanya tak bisa ia tarik agar menjadi rapi. Ia tak menemukan alasan bagaimana mereka bisa bertemu dan berakhir seperti itu.

"Kau tahu jika Takuya sudah punya kekasih bukan?" Arata bertanya. Daun mulai gugur dan angin berhembus, membuat tanda merah di leher Ai terlihat jelas. Jarak sekolah dengan rumah keluarga Hanada tak terlalu jauh, hanya lima belas menit dengan berjalan kaki. Di sekitar keduanya sudah banyak siswa yang menuju sekolah.

"Oi, kau dengar pertanyaanku tidak?" Arata mengulangi ucapannya.

Kali ini Ai menoleh, tepat sebelum masuk ke gerbang sekolah. Rambut sebahunya tertiup angin. "Aku tahu, lalu kenapa?"

Lagi-lagi Arata tak paham. "Apa maksudmu dengan kenapa? Oi, dia itu sudah punya kekasih! Takuya dan Miwaki bukan hanya pacaran, mereka sudah bertunangan juga!"

Arata sampai mengguncang bahu Ai, berharap bahwa teman sekelasnya ini sadar. Tangannya dengan mudah ditepis oleh Ai. "Aku tahu. Lalu, apa salah jika aku juga mencintainya?"

Lelaki itu tak tahu jika jawaban itu yang akan keluar. Ai kemudian berbalik, mengeratkan pegangannya pada tas di bahu dan berjalan cepat menuju sekolah. Iya, lalu kenapa kalau Ai mencintai Takuya? Cih, kenapa juga Arata harus ikut campur?

Arata bukan laki-laki yang baik. Dia juga sering bermain dengan perempuan. Hanya saja, kalau Takuya melakukan hal yang sama, Arata tak rela. Kakaknya itu sempurna, begitu juga dengan Miwaki. Kenapa pasangan yang sempurna harus memiliki orang ketiga di antara mereka? Dan Miwaki adalah perempuan baik dengan hati yang lembut. Arata tak bisa membiarkan Miwaki terluka.

Cih, kenapa juga Arata harus ikut campur? Sudahlah. Itu urusan mereka. Arata tak akan ikut campur.

Akan tetapi, hari ini adalah awal dari Arata masuk ke dalam hidup Ai.

••

Takamiya Ai memasuki kelas 2-4 dengan tatapan datar, seperti biasa ia tak memiliki siapapun untuk disapa. Bukan berarti ia mengeluh, hanya ia lebih suka sendirian. Baginya Hanada Takuya sudah lebih dari cukup.

Ai kemudian mengeluarkan buku tulisnya. Mejanya kotor dengan banyak coretan, ia sudah biasa melihatnya. Jadi itu sudah tak begitu mengganggu.

i wish you were mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang