•6

591 217 18
                                    

"Mau crepes lagi?" Tanya Arata saat Ai sudah tenang.

Gadis di sampingnya menggeleng, "ah, aku lapar sekarang. Tawaran tadi masih berlaku?"

Arata mengangguk dan mengulurkan tangannya, namun dengan cepat menariknya lagi. "Masih. Ayo, pergi."

Ai menyeka air matanya dan mengikuti Arata dari belakang. Keduanya kembali melangkah menuju DCM. "Maaf karena kau harus melihatku menangis."

Arata mengendikkan bahunya, "tak masalah. Itu cukup menghibur."

"Ah, yang benar saja." Balas Ai sebal.

Arata menepuk puncak kepala Ai beberapa kali, "kalau menyakitkan, berhenti saja. Aku akan menemanimu."

Ai berhenti melangkahkan, menatap Arata. "Apa maksudmu?"

"Kalau kau mau berhenti, aku akan ada untuk menghibur." Balas Arata, ia menatap Ai lurus. Tangannya di bahu Ai, agak menunduk untuk menyamakan pandangan mereka. "Tawaranku akan berlaku dengan jangka waktu yang tak terbatas."

"Kenapa?" Balas Ai, tak paham.

Arata memundurkan tubuhnya, memasukkan tangannya ke dalam saku. "Mungkin karena aku menyukaimu."

"Hah?"

Arata tersenyum, ia menarik tangan Ai. "Ah, lapar. Ayo, makan."

❇❇❇

"Aku tak tahu kalau Arata dan Ai dekat." Ujar Miwaki sambil memotong steak.

Takuya mengangguk, "mereka teman sekelas."

Dirinya bahkan tak tahu kalau mereka menjadi sedekat itu. Sejak kapan mereka dekat? Apa sejak bertemu di rumah? Kalau begitu harusnya Takuya tak membawa Ai ke rumah.

"Takuya," Miwaki meraih tangan Takuya membuat lelaki itu tersentak. "Ads apa? Apa ada yang kamu pikirkan?"

Takuya menggeleng, "tidak ada. Aku hanya berpikir bahwa Yuko sangat cantik hari ini."

Miwaki mendecih kemudian tersenyum. "Aku tahu. Setelah ini mau bermalam di rumahku?"

Takuya diam. Ia berencana untuk pergi ke rumah Ai setelah ini. Lagi, Miwaki menyentuh tangan Takuya. "Aku harus menyelesaikan beberapa dokumen untuk rapat besok. Maaf ya."

Miwaki menghela napas, kecewa. Takuya langsung memegang tangan Miwaki. "Bagaimana kalau akhir pekan nanti kita pergi berkencan?"

"Hm! Aku menyukai ide itu. Kita akan ke mana?" Takuya menyentuh tangan Miwaki dan tersenyum. "Ke mana pun."

❇❇❇

"Apa rencanamu besok?" Tanya Arata sambil memakan burgernya.

"Kerja."

"Seharian penuh?" Tanya Arata tak percaya.

"Hanya sampai pukul dua. Kenapa?" Ai memasukkan sepotong kentang. Arata tersenyum dan memajukan tubuhnya untuk mengggit kentang di mulut Ai. Arata menatap Ai selama beberapa detik baru kembali duduk di tempatnya. "Kau-, tidak boleh melakukan hal itu."

"Kenapa? Apa jantungku berdebar?" Senyumnya lebar dan jail. "Apa harus kulakukan lagi?"

"Berhenti bicara dan habiskan makananmu." Balas Ai sambil menunduk. Wajahnya memerah dan Arata tersenyum melihatnya.

"Aku harus melakukannya agar kau menyukaiku." Balas Arata santai. "Dengan menyukaiku, kamu tak akan terluka. Kalau denganku, kamu tidak perlu menderita."

"Siapa yang tahu?" Balas Ai.

Arata langsung menunjuk dirinya sendiri. "Aku yang tahu!"

Ai terkekeh mendengarnya. Melihat wajah Ai langsung membuat mata Arata bersinar. "Kau tertawa! Begini lebih bagus. Lebih manis."

Ai langsung memasukkan kentang ke mulut Arata. "Makan saja."

❇❇❇

Iya iya iya
-amel

i wish you were mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang